BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan permasalahan bagi setiap negara, golongan,

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PROGRAM MICROFINANCE SYARI AH BERBASIS MASYARAKAT (MISYKAT) DAN MANAJEMEN

BAB VI PENUTUP. 1. Pengelolaan zakat mal di BAZIS desa Slumbung dan LAZ Desa Bedug.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENDISTRIBUSIAN ZAKAT UNTUK HOME INDUSTRI DI PT. BPRS DAYA ARTHA MENTARI BANGIL

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI MANAJERIAL, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN UNTUK PENELITIAN SELANJUTNYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

PERSETUJUAN PEMBIMBING

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi di negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. ingin berkembang. Indonesia yang merupakan Negara berkembang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam mengumpulkan zakat sehingga jumlah zakat yang terkumpul. dapat membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad M. Saefuddin, Ekonomi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam, (Jakarta: CV Rajawali, 1987), h.71.

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV EFEKTIVITAS ZAKAT PRODUKTIF DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MUSTAHIK PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan yang sering dihadapi oleh negara berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBIAYAAN BAZ KOTA MOJOKERTO TERHADAP USAHA PESERTA PUSYAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjelaskan dan mengajak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB V KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP. kita tarik kesimpulan sebagai berikut:

pertama, Iman dan Ketaatan dari subyek amal. Dalam konteks zakat

BAB III ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH KUDUS

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan tantangan utama yang dihadapi negara-negara. Asia-Afrika. Jika menggunakan indikator Bank Dunia, yang mematok

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH UNTUK PENGEMBANGAN DAKWAH PADA BADAN AMIL ZAKAT (BAZ) KECAMATAN PEDURUNGAN

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

BAB IV ANALISIS PROGRAM PEMBERDAYAAN BERBASIS PENDAMPINGAN DOMPET DHUAFA JAWA TIMUR

Implementasi Pentasharufan Zakat pada LAZ DKD Magelang Perspektif Konsep Basic Needs Approach

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan di akhirat nanti. Islam sangat memegang tinggi prinsip solidaritas yang

LAPORAN AKTIFITAS YBM PLN JANUARI

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB II PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI MUSTAH{IQ. pemberdayaan melalui berbagai program yang berdampak positif (mas}lahat)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB V PEMBAHASAN. kepada para mustahik. Dalam proses penghimpunan, pengumpulan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada mustahik yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Islam adalah agama yang menawarkan pandangan hidup seimbang

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Bab III akan disajikan data yang diperoleh dari. kepada 50 orang, dilengkapi dengan alternative jawaban yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Yusuf Qaradhawi, Spektrum Zakat, Zikrul Hakim Jakarta, 2005, hlm. 24

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BAB IV PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DI BAZNAS KOTA SEMARANG UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO. A. Program Pelaksanaan BAZNAS Kota Semarang dala Pendayagunaan

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB V PENUTUP. dihadapi LAZ Sidogiri. Dapat disimpulkan bahwa LAZ Sidogiri dalam manajemen

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA ANGGOTA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. akademis serta bermunculannya lembaga perekonomian islam di Indonesia. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) merupakan ibadah yang tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Secara umum Badan Lembaga Agama mempunyai tujuan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Maret 2006

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT DI LAZISNU GORONTALO. Mustofa ABSTRAK

BWI, Baznas, dan BPKH

BAB I PENDAHULUAN. secara layak. Menurut Siddiqi mengutip dari al-ghazali dan Asy-Syathibi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini makin sering terdengar ungkapan ya ng mengatakan. bahwa dunia moder n sudah memasuki era informasi.

LAPORAN AKTIVITAS JANUARI - FEBRUARI T A H U N UNIT YBM PLN PUSAT DAN DANA KKS

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA A. Analisis Partisipasi Masyarakat Nahdlatul Ulama Terhadap Keberhasilan Pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya Masyarakat Nahdlatul Ulama merupakan penggolongan kelompok masyarakat dari masyarakat Islam secara umum. Dimana masyarakat Islam secara umum mempunyai kewajiban membayar zakat sebagai rukun Islam yang ketiga. Oleh karenanya, dalam organisasi Nahdlatul Ulama terdapat lembaga yang secara khusus mewadahi dari kewajiban tersebut, yaitu Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU). Dimana lembaga ini memberikan layanan bagi masyarakat Nahdlatul Ulama untuk menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui LAZISNU. Demi keberhasilan dari program-program yang direncanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya, maka diperlukan beberapa faktor pendukung, salah satu faktor yang penting dalam mendukung keberhasilan tersebut adalah maksimalnya tingkat partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama. Karena partisipasi masyarakat merupakan pondasi awal dari berjalanya program-program yang direncanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya. 54

55 Dalam teori unsur-unsur pengelolaan di dalam buku Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen yang ditulis oleh Sarwoto mengatakan bahwa partisipasi masyarakat manjadi peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan, karena pada dasarnya bertujuan untuk manusia dan dari manusia itu sendiri. Dan secara khusus, partisipasi masyarakat dalam penelitian ini membahas tentang partisipasi masyarakat Nahdlatu Ulama. Masyarakat Nahdlatul Ulama jumlahnya sangat besar. Karena organisasi Nahdlatul Ulama merupakan organisasi Islam terbesar jumlah pengikutnya di Indonesia. Sehingga jumlah masyarakat yang begitu besar tersebut menjadi peluang tersendiri bagi LAZISNU di setiap daerah dalam mengembangkan lembaganya masing-masing. Seperti halnya jumlah masyarakat Nahdlatul Ulama di Wilayah Pengurus Cabang Kota Surabaya yang mana dalam bab sebelumnya sudah disebutkan jumlahnya mencapai lebih dari 1 juta orang. Jumlah ini bisa dikatakan sepertiga dari jumlah keseluruhan masyarakat Kota Surabaya yang menurut Kementerian Dalam Negeri berjumlah 2.806.306 Jiwa pada Tahun 2015. Melihat jumlah tersebut merupakan jumlah yang tidak sedikit bagi LAZISNU Kota Surabaya untuk mengembangkan lembaga tersebut. Apalagi didukung dengan perekonomian daerah yang baik dimana terdapat banyak Perguruan Tinggi serta perkantoran di Wilayahnya. Melihat hal ini, tentu banyak dari masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada didalamnya. Hal ini tentunya menjadi

56 dukungan tersendiri bagi LAZISNU Kota Surabaya dalam mengembangkan lembaga melalui instrument zakat. Dari data yang ada. Pada tahun 2016 hanya ada kurang lebih 100 muzakki yang berpartisipasi menyalurkan dana zakat, infak maupun sedekah melalui LAZISNU Kota Surabaya setiap bulan. Jumlah ini tentunya sangat sedikit dari jumlah masyarakat Nahdlatul Ulama yang berada di Kota Surabaya dimana dalam analisa penulis jumlahnya lebih dari puluhan ribu jiwa melihat dari jumlah penduduk Kota Surabaya dari data Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2015 mencapai 2.806.306 jiwa yang menempatkan Kota Surabaya sebagai kota nomor dua dengan jumlah penduduk terbsesar sesudah Ibukota Jakarta. Usaha yang dijalankan oleh pengurus LAZISNU kota Surabaya dalam pengumpulan dana zakat, infak, dan sedekah selama ini memang sepenuhnya belum maksimal, karena kesadaran masyarakat Islam sendiri secara umumnya masih sangat minim. Meskipun secara umum, membayar zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Islam. Dari sedikitnya jumlah partisipasi masyarakat dalam menyalurkan dana zakatnya melalui LAZISNU Kota Surabaya bukanlah tanpa alasan. Sebab Kota Surabaya merupakan salah satu kota dengan perekonomian besar di Indonesia. Dimana terdapat banyak lembaga amil zakat, infak, dan sedekah di kota ini. Melihat kondisi ini, tentunya dapat dipastikan banyak dari elemen masyarakat Nahdlatul Ulama yang menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya di lembaga amil zakat yang lain. Karena tidak ada aturan yang mengikat dalam

57 tubuh organisasi Nahdlatul Ulama bagi anggotanya yang mengharuskan membayar zakat, infak, maupun sedekah melalui LAZISNU disetiap daerah. Hal tersebut juga yang menjadi salah satu kelemahan LAZISNU Kota Surabaya dalam mengoptimalkan partisipasi masyarakat Nahdlatul Ulama supaya menyalurkan dana zakat, infak, dan sedekahnya melalui lembaga amil zakat yang berada didalam tubuh organisasi Nahdlatul Ulama sendiri. Usaha yang selama ini dilakukan oleh pengurus LAZISNU Kota Surabaya dalam pengumpulan dana zakat, infak, maupun sedekah juga tanpa pemaksaan kepada seluruh masyarakat yang tergolong masyarakat Nahdlatul Ulama. Karena selama ini sifatnya hanya menekankan kepada pengurus cabang Nahdlatul Ulama Kota Surabaya dan juga Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama di setiap Kecamatan untuk menyalurkan dana zakat, infak dan sedekahnya melalui LAZISNU Kota Surabaya. B. Analisis Pengelolaan Dana Terhadap Keberhasilan Pengelolaan LAZISNU Kota Surabaya Seperti yang sudah dijelaskan pada bab II bahwa pengelolaan merupakan bagian terpenting dalam mencapai tujuan suatu organisasi sehingga keberhasilan dari program-program yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam sebuah lembaga amil zakat, infak, dan sedekah yang ada, pada dasarnya memiliki suatu proses pengelolaan yang berbeda pula dengan lembaga amil yang lain. Namun harus tetap sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ada. Begitu juga pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah di LAZISNU Kota

58 Surabaya. Implementasi pengelolaan dana zakat, infak, dan sedekah di LAZISNU Kota Surabaya. seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya secara pendayagunaan lebih mengarah pada pengembangan dana zakat, infak, dan sedekah berbasis konsumtif kreatif dan produktif kreatif yang diberikan kepada para penerima dana (mustahiq) dan ditujukan kepada keluarga kurang mampu. Pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah berbasis konsumtif kreatif serta produktif kreatif yang dilaksanakan oleh LAZISNU Kota Surabaya tersebut sudah sesuai dengan gagasan yang dibuat oleh Kementerian Agama Bidang Haji, Zakat, dan Wakaf dalam buku panduan Fiqh Zakat yang mengatakan bahwa pendistribusian zakat dan infak tidak hanya terbatas pada pola konsumtif murni tetapi sebagian dengan pola kunsumtif kreatif dan juga produktif kreatif. Melalui pendayagunaan dana zakat, infak dengan pola konsumtif kreatif serta produktif kreatif tersebut diharapkan mampu membantu para mustahik lebih mandiri serta diharapkan keberlanjutan dari program yang disalurkan lebih maksimal dalam upaya mengurangi angka kemiskinan. Dengan demikian, pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah yang ada di LAZISNU Kota Surabaya sudah dapat dikatakan baik. Karena dalam penyalurannya disesuaikan dengan kebutuhan fakir miskin sehingga dapat mencegah ketergantungan dan dipertimbangkan dengan skala kemampuan (skill) para mustahik. Pemberian zakat dalam bentuk produktif memang seharusnya

59 dilakukan dengan melihat pada keahlian dan kemampuan para mustahik dibidangnya masing-masing, karena apabila dalam pemberian hanya terpola pada konsumtif murni saja, maka zakat, infak, dan sedekah tidak menjadi berdaya guna, dan hasilnya tidak sesuai dengan tujuan. Akan tetapi dari pengelolaan dana zakat, infak, dan juga sedekah di LAZISNU Kota Surabaya yang sudah sesuai dengan apa yang dianjurkan oleh Kementerian Agama masih mengalami beberapa kendala dilapangan dalam pendayagunaan dana berbasis pengembangan ekonomi. Misalnya. Dari mustahik yang memperoleh bantuan modal usaha, usaha yang dijalankan hanya bertahan tidak lebih dari empat bulan, dari analisa penulis berdasarkan hasil wawancara yang didapat dari manajemen lembaga yang sudah dipaparkan dalam bab III, Langkah pendayagunaan yang dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya sudah baik, akan tetapi dari beberapa kendala, seperti : banyaknya pesaing usaha, serta kalah dalam hal produk, kendala paling serius terletak pada manajemen usaha yang dijalankan, karena pihak LAZISNU Kota Surabaya selama ini hanya bersifat memantau dalam berjalanya usaha tersebut. Dimana dalam dunia usaha, demi terwujudnya sebuah usaha kecil menjadi usaha dengan jumlah pendapatan yang menjanjikan. Monitoring saja tidak cukup sebagai langkah berkembangnya sebuah usaha, akan tetapi butuh banyak aspek, misalkan; Perencanaan usaha yang berpeluang baik kedepan. Manajemen yang baik, mulai dari keuangan, pemasaran, produk, dan tempat usaha yang strategis. serta pengawasan yang terus menerus dari pihak LAZISNU Kota Surabaya.

60 Karena dalam dunia kewirausahaan, ilmu-ilmu tersebut menjadi bagian penting dalam berkembangnya suatu usaha yang dijalankan. Apalagi dalam masalah ini modal yang didapat bersumber dari dana zakat dan infak yang tujuanya membantu mengentaskan kemiskinan bagi masyarakat kurang mampu. Hal ini akan menjadi sia-sia jika aspek dalam dunia wirausaha tersebut tidak diikutsertakan. Oleh karenanya hal tersebut harus dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya. supaya keberlanjutan dari program pendayagunaan dana zakat, infak, dan sedekah dengan pola produktif kreatif bisa berjalan dengan baik dan bisa berkembang sesuai dengan apa yang direncanakan. Selain itu, penyaluran dana zakat, infak, dan sedekah kepada para mustahik dengan pola konsumtif kreatif seperti program dalam bidang pendidikan pesantren tahfidz al-qur an harus terus dimaksimalkan, karena program ini merupakan prioritas utama dari pendayagunaan dana zakat, infak, dan juga sedekah tersebut. Dimana manajemen dari program ini sudah bagus, hanya saja kendala yang muncul disebabkan dari para santri yang kurang serius dalam mengikuti pendidikan tersebut sehingga jumlah yang ditargetkan dari dua puluh santri pada tahun 2016 sedikit tidak terpenuhi. Dengan melihat sistem pendayagunaan dengan pola konsumtif kreatif dan juga produktif kreatif yang diterapkan di LAZISNU Kota Surabaya tersebut. Dan dengan beberapa perkembangan yang didapat oleh para mustahik serta beberapa kendala yang sudah diketahui oleh pihak manajemen LAZISNU Kota Surabaya.

61 perlu ada evaluasi secepat mungkin yang harus dilakukan oleh LAZISNU Kota Surabaya. supaya program-program yang dijalankan dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan dan dari waktu kewaktu keberlanjutanya dapat dikembangkan dengan baik.