BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL DENGAN EFEK KOMUNIKASI DALAM PEMASARAN LANTING UBI KAYU

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 8 Tabel Subjek penelitian berdasarkan kelas

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

Oleh : DWI ERNAWATI A

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyajian hasil penelitian ini merupakan penjelasan mengenai data hasil

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

BAB VII MOTIVASI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F dan VIII G di SMP Negeri 1 Suruh.

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik pengetahuan dan ketrampilan hidup. Prakarsa (1996)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VC SDN 71 Kota Bengkulu. Subyek dalam

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu gaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Silma Ratna Kemala, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dalam mata pelajaran IPA siswa mempelajari

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

BAB IV ANALISIS KUALITAS SOFT SKILL MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARI AH DALAM KESIAPANNYA MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Nusantara yang berjumlah 166 karyawan. Berikut karakteristik responden. Tabel 1.Identitas Responden Menurut Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa aktif dalam upaya mengembangkan

SURVEI MINAT MAHASISWA IPB TERHADAP PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB 4 ANALISIS HASIL. Bab ini akan menjelaskan hasil pengolahan data dan analisis data yang terdiri

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang dewasa ini sedang giat-giatnya

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

Kesimpulannya, intensi seseorang terhadap perilaku tertentu dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu sikap, norma subjektif, dan kontrol perilaku (Ajzen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penilaian bahkan sampai pada penulisan tugas akhir. Cheating merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. tergolong cukup (48.51%). Komitmen afektif masih tergolong cukup dikarenakan

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

IDENTITAS RESPONDEN. Nama : ( Boleh tidak diisi ) Mohon Bapak/ Ibu periksa kembali semua jawaban agar jangan sampai ada

GASTER, Vol. 8, No. 2 Austus 2011 ( )

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK ANGGOTA KOMUNITAS DAN DINAMIKA KELOMPOK DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

TINJAUAN PUSTAKA Teori Komunikasi Keluarga Pengertian Komunikasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Refleksi Awal Proses Pengembangan Perangkat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. relevan, serta mampu membangkitkan motivasi kepada peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

HASIL Kondisi Umum Lokasi Penelitian

BAB 4 ANALISIS HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL SUPERVISOR

II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTIVASI KERJA PEGAWAI

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. distribusi responden berdasarkan karakteristik tersebut di atas.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII HUBUNGAN BAURAN PROMOSI TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PEMASARAN HONEY MADOE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK SEKUNDER DAN PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tepatnya berada di Jln KH.Ahmad Dahlan.Lokasi sekolah SMA Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN PREDICT- OBSERVE-EXPLAIN-WRITE (POEW) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI 11 PALU

Transkripsi:

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah Kreativitas remaja. Sehubungan dengan hal tersebut maka kreativitas remaja berhubungan dengan dua faktor utama, yaitu karakteristik individu (jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi) dan interaksi sosial teman sebaya (intensitas interaksi dan dukungan). Faktor-faktor yang berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) akan dijelaskan pada uraian berikut. 6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktorfaktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Salah satu variabel tersebut adalah karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi, dan motivasi berprestasi. Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara karakteristik individu dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel karakteristik individu dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Karakteristik individu seperti jenis kelamin dan prestasi akademik tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang menunjukkan hubungan. Hasil pengujian hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 19. 61

Tabel 19 Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas. Karakteristik Individu Jenis Kelamin Koefisien (X 2 / r s ) χ 2 = 0,267 C 2 = 0,061 Kreativitas p-value 0,606 Prestasi Akademik r s = -0,045 0,705 Pengalaman Organisasi r s = 0,440 ** 0,000 Motivasi Berprestasi r s = 0,294 * 0,012 Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Hubungan antara masing-masing karakteristik individu dengan kreativitas berdasarkan Tabel 19 dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. 6.1.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas Jenis kelamin dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Responden laki-laki terdiri dari 37,5 persen dan responden perempuan terdiri dari 62,5 persen. Pada kelompok responden pria rataan skor yang didapat sebesar 20,11 dan kelompok responden perempuan memiliki rataan skor sebesar 22,75. Dari hasil uji Chi-Squre (χ 2 ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai χ 2 yang didapat sebesar 0,267. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kreativitas. Artinya, tidak ada perbedaan antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Azzahra (2009) yang membuktikan bahwa responden laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan Mahasiswa. Alasannya bahwa laki-laki cenderung memiliki rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya. Namun, hasil tersebut tidak sepenuhnya bertentangan dengan hasil penelitian ini. Hal itu karena pada penelitian ini tidak mengukur kreativitas melalui keterlibatan dalam 62

Program Kreativitas Mahasiswa pada bidang kewirausahaan saja. Penelitian ini melihat Program Kreativitas Mahasiswa secara menyeluruh dan menuju kepada ciri kreativitas yang melekat pada responden. Hasil penelitian ini memaparkan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kecenderungan tingkat kreativitas yang sama. Pernyataan ini kemudian didukung oleh data sekunder dari Direktorat Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal kreativitas. Selain itu dinyatakan pula bahwa telah terjadi kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Hal ini yang menyebabkan perempuan dan laki-laki merasa memiliki kesempatan yang sama untuk berkreativitas melalui ajang PKM. Berdasarkan hasil analisis data di atas maka terima H o atau tolak H 1 artinya tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kreativitas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jenis kelamin tidak menentukan kreativitas. 6.1.2 Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas Prestasi Akademik dalam penelitian ini digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu rendah, tinggi dan sedang. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 5,6 persen, kategori sedang 56,9 persen dan kategori tinggi 37,5 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik rendah memiliki rataan skor sebesar 21,67. Kelompok responden yang berada pada kategori prestasi akademik sedang memiliki rataan skor sebesar 22,90 dan kelompok responden pada kategori prestasi akademik tinggi memiliki rataan skor sebesar 22,56. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar -0,045 dengan nilai p-value 0,075. Hasil uji yang negatif menunjukan hubungan yang tidak searah, namun karena hasil uji tersebut tidak signifikan dan mungkin hanya terjadi pada sebagian kecil sampel yang tidak bisa menggambarkan populasi secara keseluruhan. Hal ini dapat dipahami bahwa prestasi akademik merupakan hasil dari pengukuran kemampuan kognitif saja. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Salam (1997) bahwa prestasi akademik merupakan tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan, dimana dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti 63

memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Sedangkan kreativitas itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dan lingkungannya. Hasil ini kemudian diperkuat oleh data dari Direktorat Kemahasiswaan yang menunjukkan bahwa terjadi sebaran yang merata terhadap IPK mahasiswa yang mengikuti PKM. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa bidang pada PKM yang dapat diikuti oleh mahasiswa tanpa harus sesuai bidang keilmuannya, sehingga tidak dibutuhkan pengetahuan keilmuan untuk dapat terlibat dalam PKM. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka terima H o atau tolak H 1 yang artinya tidak terdapat hubungan antara prestasi akademik dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman yang negatif dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa prestasi akademik tidak menentukan kreativitas. 6.1.3 Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas Pengalaman organisasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Responden yang berada pada kategori rendah terdiri dari 9,7 persen, kategori sedang 72,2 persen dan kategori tinggi 18,1 persen. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi rendah memiliki rataan skor sebesar 21,42. Kelompok responden yang berada pada kategori pengalaman organisasi sedang memiliki rataan skor sebesar 22,76 dan kelompok responden pada kategori pengalaman organisasi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,83. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,440 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pengalaman organisasi memiliki hubungan yang cukup berarti dengan kreativitas. Artinya semakin tinggi pengalaman organisasi responden maka semakin tinggi tingkat kreativitasnya. Pernyataan ini dapat diperkuat melalui penelitian Manulu (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi 64

seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah. Apabila dilihat dari aspek perkembangan kreativitas menurut Torrance (1988 dalam Citra, 2008) maka hubungan antara pengalaman organisasi dengan kreativitas dapat dikaitkan dengan aspek proses. Pada aspek proses dapat dijelaskan bahwa kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan, menguji dan menyampaikan hasil-hasilnya. Oleh karena itu keterlibatan responden dalam kegiatan organisasi akan membuat responden terbiasa berada dalam situasi untuk memecahkan masalah. Selain itu berdasarakan informasi yang didapat dari Direktorat Kemahasiswaan bahwa sebagian besar Organisasi Kemahasiswaan di IPB mencantumkan PKM sebagai salah satu agendanya. Oleh karena itu mahasiswa yang terlibat dalam organisasi akan lebih mudah mendapat informasi mengenai PKM dan tertantang untuk mengeluarkan ide kreatif melalui PKM. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara pengalaman organisasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p- Value kurang dari 0,01. 6.1.4 Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas Motivasi berprestasi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Namun, pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi rendah. Kelompok responden yang berada pada kategori motivasi berprestasi sedang memiliki rataan skor 21,83 dan kelompok responden pada kategori motivasi berprestasi tinggi memiliki rataan skor 22,90. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,294 dan berhubungan nyata pada level 5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Motivasi berprestasi dapat memberikan arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi dimana hal tersebut sejalan 65

dengan kebutuhan manusia yang didefinisikan oleh Mc Clelland (1976) dimana salah satunya adalah kebutuhan berprestasi. Motivasi berprestasi ini kemudian dapat mengarahkan tingkah laku individu dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai dengan suatu standar keunggulan tertentu. Hal ini juga yang kemudian membuat individu selalu berusaha mengembangkan kreativitasnya agar dapat lebih unggul. Selain itu dinyatakan pula bahwa dari semua karakteristik individu yang paling berpengaruh adalah motivasi. Oleh karena itu dalam setiap kegiatan sosialisasi, hal pertama yang dilakukan Direktorat Kemahasiswaan adalah membangkitkan motivasi mahasiswa. Hal ini dilakukan dengan cara membangkitkan memori Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), menampilkan gambar-gambar saat mahasiswa IPB berhasil meraih medali, ceritacerita sukses dari para alumni PKM dan sebagainya. Setelah motivasi itu dibangkitkan barulah materi sosialisasi diberikan dengan harapan mahasiswa menjadi lebih tertarik pada informasi karena telah tumbuh motivasi dalam dirinya. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara motivasi berprestasi dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p- Value kurang dari 0,05. 6.2 Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas Variabel-variabel yang berhubungan dengan kreativitas adalah faktorfaktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel yang berhubungan dengan kreativitas selain karakteristik individu adalah interaksi sosial teman sebaya. Hasil pengujian hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 20. 66

Tabel 20 Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas. Interaksi Sosial Teman Sebaya Koefisien ( r s ) Kreativitas p-value Intensitas Interaksi 0,119 0,319 Dukungan 0,334 ** 0,004 Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Interaksi sosial teman sebaya meliputi intensitas interaksi dan dukungan. Variabel intensitas interaksi tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya variabel dukungan yang menunjukkan hubungan. Hubungan antara masing-masing interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut: 6.2.1 Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas Intensitas interaksi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori intensitas interaksi rendah memiliki rataan skor sebesar 20,00. Kelompok responden pada kategori intensitas sedang memiliki rataan skor sebesar 21,95 dan kelompok responden pada kategori intensitas interaksi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,14. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,119. Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan teman sebayanya tidak berkaitan dengan pengembangan kreativitas responden. Hal ini dapat dipahami bahwa intensitas interaksi yang sebagian besar masuk ke dalam kategori tinggi terjadi dalam ruang lingkup waktu jam belajar mengajar dan meliputi kegiatan yang terkait dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu Trock (2003) juga mengatakan bahwa interaksi yang 67

cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Oleh karena itu interaksi yang dilakukan seringkali bertujuan untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya. Hal tersebut untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung dan tidak berhubungan dengan kreativitas. Apabila dikaitkan dengan faktor yang mendasari interaksi sosial, maka intensitas interaksi yang terjadi disebabkan oleh faktor imitasi. Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima H o atau tolak H 1 yaitu intensitas interaksi dengan teman sebaya tidak mamiliki hubungan dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi tidak menentukan kreativitas. 6.2.2 Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas Dukungan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori dukungan rendah memiliki rataan skor sebesar 23,00. Kelompok responden pada kategori dukungan sedang memiliki rataan skor sebesar 21,89 dan kelompok responden pada kategori dukungan tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,67. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,334 dan berhubungan nyata pada level 1%. 68

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pritini (2006), dimana didapatkan hasil bahwa teman sebaya bisanya memberikan dukungan semangat, fisik dan ego yang kemudian akan mengarah pada solidaritas bersama. Peran teman sebaya sebagai penyedia informasi kemudian mengakibatkan remaja yang haus akan informasi dari lingkungan luar merasa mendapatkan berbagai informasi. Hal ini didukung pula oleh sifat dan karakteristik remaja yang mulai senang melakukan eksperimen untuk mengembangkan kreativitasnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk interaksi menurut Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) maka dukungan dapat dikategorikan sebagai bentuk kerja sama (co-operation). Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama Selain itu dinyatakan pula oleh Direktorat Kemahasiswaan bahwa informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan sesama teman ternyata lebih ampuh dalam penyampaian informasi sosialisasi PKM. Hal ini dikarenakan mahasiswa, terutama yang masih berada pada tingkat 2 masih percaya kepada informasi dari teman sebayanya yang dirasa memiliki pengetahuan lebih. Mereka merasa informasi tersebut jujur dan tidak berlebihan. Mereka juga tidak segan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai hal-hal detail pada teman. Dukungan inilah yang menyebabkan kreativitas mereka muncul dan berkembang. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka H 0 ditolak atau terima H 1 yaitu dukungan teman sebaya memiliki hubungan dengan kreativitas. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kreativitas ini termasuk ke dalam hubungan yang signifikan pada level 1% yaitu pada selang kepercayaan 99,6 persen. 6.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Variabel yang berhubungan dengan kompetensi dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel tersebut adalah kreativitas. Kreativitas berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM melalui tiga variabel pada kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil pengujian 69

hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa disajikan secara ringkas pada Tabel 21 berikut ini. Tabel 21 Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi Koefisien ( r s ) Kreativitas p-value Pengetahuan 0,122 0,308 Sikap 0,379 ** 0,001 Keterampilan 0,384 ** 0,001 Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM). Hasil analisis data antara variabel kreativitas dan kompetensi dalam mengikuti PKM menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Salah satu variabel kompetensi yaitu pengetahuan tidak menunjukkan adanya hubungan. Kreativitas hanya menunjukkan hubungan dengan variabel sikap dan keterampilan. Hubungan antara kreativitas dengan masing-masing variabel kompetensi dalam mengikuti PKM dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut 6.3.1 Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan Kreativitas dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa setelah dilakukan akumulasi skor data responden maka tidak ada responden yang berada pada kategori rendah. Oleh karena itu kategori pada kreativitas menjadi dua, yaitu kreativitas sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 9,82 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 10,67. 70

Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,122. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh responden tidak berkaitan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi ini lebih ke arah kemampuan responden menangkap informasi dalam sosialisasi PKM. Kreativitas lebih menekankan kepada kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru berguna dan dapat dimengerti. Pada intinya kreativitas lebih menakankan pada kemampuan unruk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pengetahuan bidang ilmu dan pengetahuan materi sosialisasi PKM. Dari hasil penelitian terdapat beberapa alasan mengenai tidak adanya hubungan antara kreativitas dan pengetahuan. Pertama dikarenakan terdapat beberapa kategori PKM yang tidak harus sesuai dengan bidang keilmuan. Hal ini memberi peluang agar setiap mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya walaupun pengetahuan yang ia miliki belum cukup banyak. Selama mahasiswa tersebut memiliki motivasi, berkemauan dan mampu bekerjasama maka ia dapat mengikuti PKM. Kedua, yaitu status responden yang berada pada tingkat dua dimana ia baru diperkenalkan pada pengetahuan-pengetahuan menurut bidang ilmunya. Pada usia tersebut mereka cenderung memanfaatkan keterampilan bukan pengetahuan mereka. Ketiga, yaitu status mahasiswa tingkat dua yang membuat mereka merasa hanya dianggap sebagai pelengkap syarat. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena mahasiswa tingkat dua ini dipersiapkan untuk kemudian menjadi pemimpin dalam kegiatan PKM berikutnya. Namun, posisi mereka yang kurang dari segi pengalaman membuat mereka tidak dapat mengembangkan kreativitas dan memperoleh sedikit pengetahuan. Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima H o atau tolak H 1 yaitu kreativitas tidak mamiliki hubungan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. 71

6.3.2 Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap Variabel kedua pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas adalah sikap. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor sikap sebesar 28,69 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap sebesar 30,70. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,379 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Murfiani (2006) bahwa sikap atau domain afektif dalam kompetensi ini merupakan dasar untuk melakukan suatu kegiatan melalui kesiapan menerima nilai-nilai. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) yang menyatakan bahwa dengan kreativitas seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab. Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa yang tergolong dalam kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut memiliki sikap yang lebih positif terhadap PKM. Mereka cenderung merasa senang untuk mencari informasi, mengunjungi tempat-tempat yang dapat memberikan pengetahuan dan mereka juga merasa senang apabila dapat terlibat dalam kegiatan PKM. Berdasarkan hasil analisis di atas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-value kurang dari 0,01. 6.3.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan Variabel ketiga pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas adalah keterampilan. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor keterampilan sebesar 28,71 dan kelompok responden pada 72

kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor keterampilan sebesar 32,00. Dari hasil uji korelasi Spearman (r s ) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai r s yang didapat sebesar 0,384 dan berhubungan nyata pada level 1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Simpson (1956 dalam Huzaifah, 2009) bahwa hasil belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang kemudian membuat individu mampu untuk melahirkan suatu gagasan yang baru dan kreatif. Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang berada pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor yang tinggi pula dalam keterampilan. Hal ini karena kreativitas sendiri memang menuntut sesorang dapat mengeluarkan keterampilannya. Sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam PKM juga menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti PKM seperti memahami informasi, mengumpulkan data secara cepat dan tepat, menyusun proposal secara sitematis, lengkap dan sesuai, merinci biaya secara lengkap dan wajar, menerapkan kesesuaian metode, serta mengkoordinasikan kelompok. Berdasarkan hasil analisis diatas maka H 0 ditolak atau terima H 1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-value kurang dari 0,01. 73