PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION

dokumen-dokumen yang mirip
Manifestasi Infeksi HIV-AIDS Di Mulut. goeno subagyo

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai masalah karies dan gingivitis dengan skor DMF-T sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan tembakau telah lama diketahui merupakan faktor yang merugikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel

Lampiran I LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pengobatan (The World Oral Health Report 2003). Profil Kesehatan Gigi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sebanyak 91% dari orang dewasa pernah mengalami karies, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pencegahan dan manajemen yang efektif untuk penyakit sistemik. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. trisomi kromosom 21. Anak dengan Down Syndrome memiliki gangguan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi, jaringan pendukung gigi, rahang, sendi temporomandibuler, otot mastikasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial

IX. Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Gigi Tiruan Cekat

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehilangan gigi menyebabkan pengaruh psikologis, resorpsi tulang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan mulut dan senyum dapat berperan penting dalam. penilaian daya tarik wajah dan memberikan kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. cepat di masa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang, seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 3,4

BAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM. Sistem pakar yang akan di rancang merupakan Sistem pakar untuk deteksi dini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Gambaran Klinis Karies Botol. atau cairan manis di dalam botol atau ASI yang terlalu lama menempel pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

Tahun 1999, National Institude of Dental and Craniofasial Research (NIDCR) mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Pengelolaan Pasien Dengan Angular cheilitis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tahap-tahap penegakan diagnosis :

"KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI"

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi pada posisi ideal dan seimbang dengan tulang basalnya. Perawatan

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

TUGAS PEMICU I GUSI BERDARAH DAN GIGI YANG HILANG

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB I PENDAHULUAN. Streptococus mutans yang menyebabkan ph (potensial of hydrogen) plak rendah

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sudah dimulai sejak 1000 tahun sebelum masehi yaitu dengan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Ortodontik berasal dari bahasa Yunani orthos yang berarti normal atau

KARTU PENCATATAN ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

PEMELIHARAAN ORAL HYGIENE DAN PENANGGULANGAN KOMPLIKASI PERAWATAN ORTODONTI SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi geligi dan struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. palatum, lidah, dan gigi. Patologi pada gigi terbagi menjadi dua yakni karies dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

"KAJIAN KEBUTUHAN MASYARAKAT AKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN REVISI STANDAR PENDIDIKAN-STANDAR KOMPETENSI DOKTER GIGI" Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

PLAK GIGI PADA ANAK : MASALAH DAN PENANGGULANGAN

GAMBARAN PERILAKU MENYIKAT GIGI DENGAN KEJADIAN GIGI BERLUBANG PADA ANAK USIA SEKOLAH DI SD YBPK KEDIRI

Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi

Transkripsi:

PROFIL KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN BERDASARKAN STANDAR PENILAIAN DARI WORLD HEALTH ORGANIZATION Dr. SUDIBYO, drg., M.Kes * *Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Hang Tuah Surabaya

LATAR BELAKANG Masalah kesehatan gigi: karies gigi, penyakit periodontal, maloklusi, dan kanker mulut mempunyai peran signifikan dalam bidang kesehatan. Data penyakit gigi dan mulut : lokal, regional, bahkan internasional sangat sedikit dalam memberikan gambaran makro dan mikro tentang kesehatan gigi dan mulut. Karies gigi, periodontitis, maloklusi, kelainan dento facial, dan kanker rongga mulut seringkali terjadi karena faktor sosio-ekonomi diarea perkotaan, dan pedesaan. Dengan metode dan mengikuti beberapa kriteria pengukuran kesehatan gigi dan mulut dapat memberikan referensi tambahan tentang kesehatan gigi dan mulut secara lokal, nasional maupun regional.

RUMUSAN MASALAH Apakah ada variasi masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat pedesaan dan perkotaan?

TUJUAN Menganalisis beberapa masalah penyakit kesehatan gigi dan mulut masyarakat di wilayah pedesaan dan perkotaan

LOKASI PENELITIAN Beberapa masyarakat di wilayah Puskesmas Kota Surabaya yang merepresentasikan masyarakat perkotaan, dan Puskesmas Kabupaten Blitar yang merepresentasikan masyarakat pedesaan.

RUANG LINGKUP 1. Pemeriksaan Ekstra Oral dan Pemakaian Gigi Tiruan 2. Status Kesehatan Gigi dan Karies Gigi 3. Penyakit Periodontal 4. Mukosa Rongga Mulut 5. Fluorosis

1. KRITERIA PENILAIAN Kode pada pemeriksaan ekstra oral, menggunakan kriteria dari World Health Organization, sebagai berikut: 0 = gambaran ekstra oral normal 1 = ulcerasi, luka, erosi, fissure (kepala, leher, dan bibir 2 = ulcerasi, luka, erosi, fissure (hidung, pipi, dan dagu 3 = ulcerasi, luka, erosi, fissure (commisurres 4 = ulcerasi, luka, erosi, fissure (vermilion border 5 = cancrum oris 6 = abnormalitas pada bibir atas dan bibir bawah 7 = pembesaran kelenjar lymphe (kepala dan leher 8 = pembengkakan lainnya pada muka dan rahang 9 = tidak ada catatan

2. KRITERIA PENILAIAN Pemeriksaan pemakaian gigi tiruan dilakukan dengan kode, sebagai berikut: 0 = tidak memakai gigi tiruan. 1 = menggunakan gigi tiruan sebagian. 2 = menggunakan gigi tiruan penuh rahang atas dan bawah.

3. KRITERIA PENILAIAN Kriteria untuk melakukan diagnosis karies gigi, sebagai berikut: 0 = Sound crown 1 = Mahkota gigi berlubang (decayed 2 = Tumpatan dan berlubang (filled and decayed 3 = Tumpatan dan tidak lubang (filled no decay 4 = Gigi hilang karena karies (missing due to caries 5 = Gigi hilang dengan alasan lain (missing any other reason 6 = Sealant dan Varnish 7 = Gigi tiruan jembatan, mahkota (bridge abutment special crown 8 = Gigi tidak erupsi (unerupted tooth

4. KRITERIA PENILAIAN Kriteria pengukuran kehilangan perlekatan jaringan penyangga (loss of attachment, adalah: 0 = 0 3 mm 1 = 4 5 mm 2 = 6 8 mm 3 = 9 11 mm 4 = 12 mm atau lebih x = gigi eksklusi 9 = tidak terjadi apa-apa

5. KRITERIA PENILAIAN Pemeriksaan mukosa rongga mulut dengan kode: 0 = kondisi normal dan tidak ada kelainan 1 = tumor malignansi (oral cancer 2 = leukoplakia 3 = lichen planus 4 = ulcerasi (apthous, herpetic, traumatic 5 = acute necrotizing gingivitis 6 = candidiasis 7 = abses 8 = kondisi lainnya 9 = tak ada catatan

6. KRITERIA PENILAIAN Kriteria penilaian fluorosis adalah: 1 = Normal (permukaan enamel gigi halus, mengkilat, dan berwarna putih kekuningan. 2 = Questionable (enamel gigi tampak translusen, dan kadang-kadang muncul bercak putih. 3 = Very mild (warna opak, terdapat bercak putih tidak teratur, dan luas kurang dari 25% permukaan labial. 4 = Moderate (enamel gigi warna kecoklatan dan menunjukkan estetika yang tidak baik. 5 = Severe (enamel gigi sangat jelek, hipoplasia seluruh permukaan gigi dan tampak korosi gigi 8 = Excluded (misal: gigi yang memakai mahkota jaket 9 = Not recorded

1. HASIL PENELITIAN Tabel 1 Distribusi sampel menurut wilayah pedesaan dan perkotaan n Jenis Kelamin Jumlah Desa (% Kota (% Desa(L/P Kota (L/P 782 (52,13% 718 (47,87% 378 / 404 (25,2/26,94% 353 / 365 (23,53/24,33% 1500 (100% Sumber: data primer diolah, 2010 Sumber: data primer diolah, 2010

Area kulit (kepala, leher, bibir Area kulit sekitar mulut hidung, pipi, dagu Area kelenjar limphe (kepala, leher Kulit daerah bibir atas dan bawah Garis merah terang dan commiss ures Sendi TMJ dan daerah kelenjar parotis 2. HASIL PENELITIAN Tabel 2 Hasil pemeriksaan ekstra oral wilayah pedesaan dan perkotaan Desa Kota 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 663 47 6,01% 680 31 3,96% 652 43 5,50% 17 2,17% 19 2,43 % 28 3,58% 15 1,92% 13 1,66% 14 1,79% 18 2,30% 20 2,56% 20 2,56% 0 18 2,30% 0 8 1,02% 0 17 2,17% 4 0,51% 11 1,41% 8 1.02% 0 634 32 4,46% 0 660 20 2,78% 0 647 28 3,90% 9 1,25% 7 0,97% 8 1,11% 10 1,39% 15 2,09% 9 1,25% 7 0,97% 15 2,09 % 12 1,67% 0 121,67 % 0 4 0,56% 0 9 1,25% 200 - - - - - - - - 175 - - - - - - - - 703 23 2,94% 11 1,41% 766 0 3 0,38% 14 1,79% 4 0,51% 8 1,02% 2 0,25% Sumber: data primer diolah, 2010 0 10 1,28% 13 1,66% 0 0,38% 4 0,51% 0 664 17 2,36% 8 1,11% 0 711 0 2 0,28% 9 1,25% 2 0,28% 5 0,70% 0 7 0,97% 0 0 1 0,14% 14 1,95% 6 0,84% 5 0,70% 9 1,25% 2 0,28% 0 0 0 0 0

3. HASIL PENELITIAN Tabel 3 Hasil pemakaian gigi tiruan wilayah pedesaan dan perkotaan Desa Kota Jumlah 0 1 2 0 1 2 758 (50,53% 19 (1,27% 5 (0,33% 656 (43,73% 50 (3,33% 12 (0,8% 1500 (100% Sumber: data primer diolah, 2010

4. HASIL PENELITIAN Tabel 4 Hasil status kesehatan dan karies gigi wilayah pedesaan dan perkotaan Desa Kota 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 504 64,45% 102 13,04 % 69 8,82% 30 3,84% 47 6,01% 22 2,81% - 14 1,79% - 459 63,93 % 98 13,65 % 50 6,93% 26 3,62% 30 4,18% 13 1,81% - 7 0,97% - Sumber: data primer diolah, 2010

5. HASIL PENELITIAN Tabel 5 Hasil penyakit periodontal wilayah pedesaan dan perkotaan Desa Kota 0 1 2 3 4 x 9 0 1 2 3 4 x 9 183 (23, 40% 92 (11, 76% 35 (4, 47% - - 139 (17, 77% 333 (42, 58% 156 (21, 73% 80 (11, 14% 37 (5, 15% - - 88 (12, 26% 357 (49, 72% Sumber: data primer diolah, 2010

6. HASIL PENELITIAN Mukosa dan sulkus labial ( Labial commis urres dan mukosa bukal Permuk aan dorsal, ventral, dan tepi lidah Dasar mulut Jaringan keras dan lunak palatum Ridge alveolar atau gingiva Tabel 6 Hasil pemeriksaan mukosa rongga mulut wilayah pedesaan dan perkotaan Desa Kota 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 407 (52,05% 507 (64,83% 528 (67,52% 508 (64,96% 670 (85,68% 481 (61,51% - 28 (3,58% - 21 (2,68% - 22 (2,81% 25 (3,20% 23 (2,94% 15 (1,92% 67 (8,57% 46 (5,88% 77 (9,85% - - - 96 (12,28% - - 18 (2,30% - 9 (1,15% 15 (1,92% 63 (8,06% 136 (17,39% Sumber: data primer diolah, 2010 82 (10,49% 51 (6,52% 78 (9,97% 58 (7,42% - 97 (12,40% - 83 (10,61% 53 (6,78% 37 (4,73% 26 (3,32% 83 (10,61% - - 15 (1,92% 106 (13,55% 8 (1,02% 22 (2,81% 42 (5,37% 19 (2,43% 17 (2,17% 32 (4,09% 16 (2,05% 18 (2,30% 452 (62,95% 542 (75,49% 555 (77,30% 491 (62,79% 657 (91,50% 562 (78,27% - 27 (3,76% - 13 (1,81% - 11 (1,53% 34 (4,73% 14 (1,95% 9 (1,25% 47 (6,55% 34 (4,73% 59 (8,22% - - - 72 (10,03% - - 13 (1,81% - 5 (0,70% 7 (0,97% 42 (5,85% 65 (9,05% 58 (8,08% 54 (7,52% 46 (6,41% 36 (5,01% - 62 (8,63% - 76 (10,58% 34 (4,73% 16 (2,23% 14(1,95 % 59 (8,22% - - 4 (0,56% 58 (8,08% 4 (0,56% 10 (1,39% 20 (2,78% 9 (1,25% 8 (1,11% 20 (2,78% 3 (0,42% 7 (0,97%

7. HASIL PENELITIAN Tabel 7 Hasil pemeriksaan fluorosis wilayah pedesaan dan perkotaan Desa Kota 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 433 (55, 37% 64 (8, 18% 24 (3, 07% 158 (20, 20% 19 (2, 43% 9 (1, 15% 75 (9, 59% 355 (49, 44% 37 (5, 15% 9 (1, 25% 116 (16, 16% 35 (4, 87% 4 (0, 56% 162 (22, 56% Sumber: data primer diolah, 2010

PEMBAHASAN 1. Ulcerasi, luka, dan erosi pada daerah kepala, leher, bibir, hidung, pipi, dagu, akibat perilaku masyarakat dalam konsumsi makanan dan sress. 1. Pemakaian gigi tiruan, masyarakat perkotaan relatif lebih tinggi, jika dibandingkan pedesaan,karena perbedaan status sosial ekonomi. 2. Masyarakat pedesaan, dan perkotaan relatif mengalami karies gigi cukup tinggi karena kebiasaan membersihkan gigi dan pola makan. 3. Kehilangan perlekatan jaringan penyangga gigi wilayah pedesaan dan perkotaan relatif rendah karena kepedulian membersihkan gigi. 4. Mukosa rongga mulut didapatkan leukoplakia, lichen planus, ulcerasi berupa apthous, herpetic, dan traumatic, acute necrotizing gingivitis, candidiasis, abses, dalam persentase yang kecil. 5. Masyarakat wilayah pedesaan dan perkotaan cenderung mempunyai warna enamel gigi normal.

KESIMPULAN 1. Hasil pemeriksaan ekstra oral menunjukkan: cenderung mengalami ulcerasi, luka, erosi, fissure dengan persentase wilayah pedesaan relatif lebih besar daripada wilayah pekotaan. 2. Hasil pemeriksaan pemakaian gigi tiruan menunjukkan: persentase pemakaian gigi tiruan, masyarakat perkotaan relatif lebih banyak, dibandingkan dengan pedesaan. 3. Hasil pemeriksaan status kesehatan gigi dan karies gigi menunjukkan: persentase masyarakat pedesaan, dan perkotaan relatif mengalami karies gigi cukup tinggi. 4. Hasil pemeriksaan penyakit periodontal menunjukkan: kehilangan perlekatan jaringan penyangga gigi di wilayah pedesaan cenderung lebih tinggi dari pada perkotaan. 5. Hasil pemeriksaan mukosa rongga mulut menunjukkan: leukoplakia, lichen planus, ulcerasi apthous, herpetic, dan traumatic, acute necrotizing gingivitis, candidiasis, abses, meskipun persentase kecil. 6. Hasil pemeriksaan fluorosis menunjukkan: masyarakat wilayah pedesaan dan perkotaan cenderung mempunyai warna enamel gigi normal.

SARAN 1. Perbaikan gizi dengan konsumsi makanan seimbang bagi individu dan keluarga sehari-hari, sehingga gangguan ekstra oral berkurang atau hilang. 2. Perubahan perilaku masyarakat, sehingga paham fungsi gigi sebagai pengunyah (mastikasi dan kosmetik untuk memperindah wajah dan meningkatkan kepercayaan diri. 3. Masyarakat peduli memeriksa gigi secara berkala, terdeteksi secara dini kemungkinan kelainan rongga mulut khususnya potensi terjadinya karies gigi. 4. Menjaga kebersihan gigi agar tidak timbul debris maupun plak gigi, sehingga kemungkinan kerusakan jaringan penyangga gigi dapat dihindari. 5. Membiasakan perilaku sehat, agar mukosa rongga mulut tidak terjadi ulcerasi atau kelainan akibat makanan yang mengiritasi mukosa,atau pemakaian gigi tiruan yang tidak terkontrol kebersihannya. 6. Memperhatikan kebiasaan anak (berusia dibawah 8 tahun mengkonsumsi air minum, atau memakai pasta gigi yang mengandung fluor, sehingga tidak menggunakan fluor berlebihan yang berakibat risiko terjadi fluorosis.

TERIMA KASIH