2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

dokumen-dokumen yang mirip
2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. hingga sekarang. Folklor termasuk dalam suatu kebudayaan turun-temurun yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2014 KONSEP KESEJAHTERAAN HIDUP DALAM MANTRA

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya anak muda pada jaman sekarang, mereka cenderung lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Setiap suku bangsa memiliki adat dan tradisinya yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Atik Rahmaniyar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. Dina Astrimiati, 2014 MOTIF HUKUMAN PADA LEGENDA GUNUNG PINANG KECAMATAN KRAMATWATU KABUPATEN SERANG, BANTEN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. kearifan. Tradisi Mesatua di Bali lambat laun semakin tergerus dengan roda

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai bentuk permainan pada manusia yang terus berkembang, pada

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat pendukungnya secara

BAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Membicarakan mantra dalam ranah linguistik antopologi tidak akan

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Permukaan Bulan. Bulan merupakan satu-satunya satelit alam yang dimiliki bumi. Kemunculan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan kebiasaan yang diturunkan oleh leluhur secara turuntemurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Folklor yang menjadi salah satu kajian bidang antropologi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan hati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 1401) Syahadat persaksian dan pengakuan (ikrar) yang benar, diikrarkan dengan lisan dan dibenarkan dengan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah. Adapun arti Sahadat menurut masyarakat tradisional sunda merupakan suatu istilah bagi sebutan kalimat sakral yang diyakini sebagai bagian dari tertib hidup Budaya Sunda Wiwitan. Sahadat menurut ajaran Sunda Wiwitan diartikan sebagai rangkaian kalimat berisi doa-doa atau jampe-jampe yang disampaikan kepada Sang Pencipta Alam sesuai dengan kebutuhan, kegiatan atau masalah yang dihadapi, dan diucapkan tidak sembarangan ada kramanya (Kurnia dkk; 2010: 90). Dari pendifinisian di atas, tentunya memiliki konsekwensi, bahwa jampe-jampe yang memenuhi syarat sebagaimana sahadat dapat dikatagorikan sebagai sahadat dalam pengertian Jampe, bukan dalam pemahaman sahadat dalam pengertian islam. Tradisi lisan telah berkembang di Indonesia sebelum masyarakat Indonesia mengenal aksara. Tradisi lisan pada awalnya subur dan berkembag di seluruh nusantara dan menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Indonesia. Setelah aksara masuk ke nusantara, tradisi lisan tidak hilang, teteapi berkembang beriringan dengan tradisi tulisan. Hal-hal yang terlahir dan mentradisi dalam suatu masyarakat yang merupakan warisan nenek moyang. Pada dasarnya, suatu tradisi dapat disebut sebagai tradisi lisan jika tradisi tersebut dikatakan (oleh penutur) dan didengar (oleh penonton). Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam tradisi lisan adalah sastra, antropologi, dan sejarah. Tradisi lisan tentu tidak akan lepas dari sejarah karena berhubungan dengan masyarakat dan kebudayaan di suatu daerah. Tradisi lisan

2 juga tidak dapat lepas dari sejarah karena tradisi merupakan hal yang diwariskan secara turun-temurun. Itu berarti tradisi lisan tentu berhubungan dengan masa lalu atau sejarah suatu daerah. Selain tradisi lisan dan sastra lisan, satu lagi bidang yang berhubungan dengan kelisanan adalah folklor. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 414) folklor adalah adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Pengertian kedua adalah ilmu adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang dibukukan. Menurut Dundles, folklor adalah kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun oleh sekelompok masyarakat atau dalam suatau komunitas yang kolektif. Ini berkaitan dengan pengertian flok yang berarti komunitas yang kolektif dan lore yang berarti tradisi yang diturunkan secara turun-temurun. Salah satu tradisi lisan yang hampir punah yaitu mantra Sahadat Sunda, mantra Sahadat Sunda atau disingkat MSS ini adalah sebuah tradisi di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi dari masyarakat Sunda yang penyebarannya turun-temurun melalui lisan. Mantra ini sebenarnya tidak semua masyarakat Sunda mempunyainya, karena tidak semua masyarakat Sunda percaya dengan adanya MSS di samping itu, mantra ini tidak tahu siapa yang menciptakannya, sehingga orang bebas untuk menafsirkan isinya. Ketidaktertarikan generasi saat ini terhadap tradisi bermantra menurut Ali (dalam Sukatman, 2009, hlm. 3) dikarenakan adanya anggapan bahwa tradisi tersebut kuno. Hal tersebut kiranya memang benar adanya. Menurut informan, keturunannya belum ada yang mau mewarisi tradisi bermantra karena hal tersebut merupakan kebiasaan lama. Ditambah lagi dengan keadaan bahwa anak dan cucunya memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga tidak tertarik untuk mewarisi tradisi bermantra. Selain itu, penutur mantra pun tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk mewariskan mantra-mantra kepada keturunannya yang mungkin pemikirannya sudah lebih modern. Dalam pewarisannya, penutur mantra tidak bisa sembarangan mewariskan kemampuan

3 bermantra yang dimiliknya kepada siapa saja. Penutur harus mewariskan mantra kepada orang yang memang cocok untuk mewarisinya. Dewasa ini, MSS yang merupakan salah satu tradisi lisan yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi. Melainkan berbeda dengan masyarakat yang berada di pelosok pedesaan, itupun hanya sebagian masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhur didalam menjalankan kehidupan mereka. Dimana yang kita tahu nenek moyang kiat menciptakan tradisi atau kebudayaan tersebut ada maksud dan tujuannya. Akan tetapi lunturnya tradisi nenek moyang yang selama ini dipegang teguh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Cikaranag Timur, Kabupaten Bekasi dikarenakan pesatnya arus kehidupan era globalisasi yang sebagian masyarakat enggan terpaku terhadap ajaran para leluhur meraka dahulu. Berdasarkan gambaran di atas, mantra ini menarik untuk diteliti. Dalam perjalanannya sastra lisan menemukan tempat dan bentuknya masing-masing di tiap-tiap daerah pada ruang etnik dan suku yang mengusung flok budaya dan adat yang beda-beda. Oleh karenanya, sebagai salah satu data budaya sastra lisan dapat dianggap sebagai pintu untuk memahami salah satu mungkin seluruh unsur kebudayaan yang bersangkutan. Penelitian mengenai mantra Sahadat Sunda ini pernah dilakukan oleh Iis Irmawan Solehah dalam makalahnya berjudul Analisis Struktur, Fungsi, dan Makna Sahadat Sunda di Desa Hegar Manah pada tahun 2012. Kajian tersebut memaparkan mengenai struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, dan fungsi. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, kajian mengenai MSS ini akan membahas apa kandungan teks MSS. Dalam kajian ini digunakan tiga varian teks MSS tiga teks tersebut diperoleh dari Desa Sertajaya, Jati Reja, dan Jati Baru Kecamatan Cikarang Timur Kabuaten Bekasi. Meski ke tiga teks MSS tersebut diperoleh di Desa yang berbeda tetapi berbeda tetapi di Kecamatan yang sama. Mendapati adanya tiga varian teks MSS yang berbeda dari satu

4 Desa, menunjukan bahwa tempat tersebut yakni Kecamatan Cikarang Timur kabupaten Bekasi memiliki tradisi maupun sastra lisan dalam MSS yang menarik untuk diteliti. B. Identifikasi Masalah Dalam latar belakang masalah, muncul beberapa permasalah dalam penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Permasalahan-permasalahan itu antara lain, sebagai berikut. 1. Kemajuan pembangunan dan modernisasi menyebabkan perkembangan tradisi lisan terhambat bahkan hampir punah. 2. Tradisi lisan mulai ditinggalkan oleh masyarakat terutama oleh generasi muda. 3. Kurangnya upaya pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan tradisi lisan termasuk mantra. 4. Penutur MSS sudah mulai berkurang. 5. Pewarisan mantra terhambat sebab generasi muda tidak tertarik menjadi penutur MSS yang dianggap kuno. 6. Penuturan MSS sudah jarang dilaksanakan. C. Batasan Masalah Setelah melihat masalah-masalah yang muncul pada bagian identifikasi masalah, peneliti mencoba untuk membatasi penelitian ini ke dalam ranah-ranah yang dapat peneliti kerjakan, yaitu sebagai berikut. 1. Penelitian ini akan terfokus pada teks MSS. 2. MSS yang akan dianalisis adalah mantra yang dituturkan ketika akan melakukan sesuatu hal yang bersifat positif tergantung kehendak si pemilik mantra tersebut. 3. Dalam penelitiannya, peneliti akan mengambil tiga mantra di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi.

5 D. Rumusan Masalah Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa masalah, yaitu: 1. Bagaimana struktur dalam teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi? 2. Bagaimana proses penciptaan MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi? 3. Bagaimana konteks penuturan yang terdapat pada MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi? 4. Bagaimana fungsi dari MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi? 5. Apa makna yang terkandung dalam MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi? 6. Bagaimana pembuktian keeasaan tuhan dalam teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: a. struktur dalam teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; b. penciptaan MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; c. konteks penuturan yang terdapat pada MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; d. fungsi dari MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; e. makna yang terkandung dalam MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi;

6 f. keesaan tuhan dalam MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Menambah pengetahuan mengenai MSS yang ada di masyarakat. b. Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan sastra lisan di masyarakat, khususnya MSS. c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya sastra lisan. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai langkah pendokumentasian sastra lisan khususnya MSS. b. Menggali kearifan dan nilai di masyarakat yang harus dilestarikan. c. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sastra lisan atau penelitian lainnya.