BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. akibat insufisiensi fungsi insulin (WHO, 1999). Berdasarkan data dari WHO

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BIODATA DOSEN PROGRAM PASCASARJANA ILMU FARMASI UGM

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juta orang atau 8,05 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Persentase keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Nasional (SJSN) ditetapkan dengan pertimbangan utama untuk memberikan

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. (InfoDatin, 2014). Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan masyarakat. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung

BAB I PENDAHULUAN. negara, pada berbagai tingkat pelayanan kesehatan, berbagai studi dan temuan

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan studi potong lintang (cross sectional) yaitu jenis pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk usia lanjut tumbuh lebih cepat daripada kelompok umur

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental secara

PERAN UMPAN BALIK TERHADAP PERESEPAN DOKTER DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN MEDICATION SAFETY PRACTICE ELIZA KONDA LANDOWERO

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

TINJAUAN ASPEK KLINIS PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB I PENDAHULUAN. Farmasi Klinik mulai muncul pada tahun 1960-an di Amerika, dengan

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

TINJAUAN ASPEK ADMINISTRATIF PADA RESEP DI TIGA APOTEK DI KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi perhatian adalah medication error. Medication error menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

Peran Kefarmasian dari Aspek Farmasi Klinik dalam Penerapan Akreditasi KARS. Dra. Rina Mutiara,Apt.,M.Pharm Yogyakarta, 28 Maret 2015

Christina A.K. Dewi, et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

I. PENDAHULUAN. dilakukan rata-rata dua kali atau lebih dalam waktu dua kali kontrol (Chobanian,

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermutu serta pemerataan pelayanan kesehatan yang mencakup tenaga, sarana dan

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

ANALISIS RASIONALITAS PERESEPAN OBAT DI APOTEK RUMAH SAKIT X PADA BULAN MARET TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gaya hidup, mental, emosional dan lingkungan. Dimana perubahan tersebut dapat

PENERAPAN PELAYANAN FARMASI SATU PINTU DI RUMAH SAKIT

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh RESITA MEILAFIKA SETIAWARDANI

POLA PERESEPAN DAN RASIONALITAS PENGOBATAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug Related Problems (DRPs). Error merupakan kesalahan dalam proses yang dapat menyebabkan terjadinya DRPs (Mil, 2005). DRPs adalah suatu kejadian atau situasi yang menyangkut terapi obat, yang mempengaruhi secara potensial atau aktual hasil akhir terapi pasien. Beberapa penelitian mengenai DRPs sebelumnya menunjukkan bahwa angka kejadian DRPs pada peresepan rawat jalan maupun rawat inap masih cukup tinggi. Penelitian menyebutkan dari 100 kasus pasien geriatri yang menjalani rawat inap, 73 pasien mengalami DRPs dengan jumlah kejadian rata-rata 1,36 per pasien (Mulyaningsih, 2010). Pada penelitian yang lebih spesifik untuk diagnosis tertentu khususnya penyakit kronis, penelitian kejadian DRPs pada pasien dengan hemodialisa (Khasanah, 2011) menyebutkan kejadian DRPs terjadi pada 88 pasien dari 131 pasien dengan angka kejadian DRPs adalah 1,57 per pasien. Sedangkan penelitian DRPs pada pasien Chronic Heart Failure (CHF) dengan diabetes melitus (DM) menyebutkan bahwa dari 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat kejadian DRPs sebanyak 62 dengan angka kejadian rata-rata 2,07 per pasien (Damayanti, 2009). 1

Jenis kejadian DRPs pada tiap penelitian juga beragam (Nurpeni, 2006). Penelitian Khasanah (2011) menemukan jenis kejadian DRPs adalah kegagalan menerima terapi (57,97 %), dosis sub terapi (21,01 %), dan interaksi obat (10,15 %). Penelitian Damayanti (2009) menemukan kejadian DRPs yang terbanyak adalah interaksi obat (40,39 %), obat yang tidak tepat (17,31 %) dan adverse drug reactions (ADR) (16,35 %). Jenis DRPs yang paling banyak ditemukan adalah dosis kurang (60%), obat tidak tepat/kontraindikasi (17%), dosis lebih (11,5%), membutuhkan terapi obat (6%), dan interaksi obat (5,5%). DRPs perlu mendapat perhatian khusus karena DRPs berpengaruh terhadap outcome klinik. DRPs dapat memberikan pengaruh negatif pada outcome klinik yang menyebabkan meningkatnya kunjungan ke unit gawat darurat (Baena dkk., 2006). DRPs memberikan konstribusi yang besar terhadap masuknya pasien geriatri ke Rumah Sakit (Somers dkk., 2010) serta penyebab kematian yang tinggi (Ebbesen dkk., 2001). Dalam proses pencegahan dan pengatasan DRPs, kefarmasian di Rumah Sakit yang tertuang dalam Kemenkes No 58 tahun 2014 (Kemenkes RI, 2014), disebutkan bahwa salah satu tugas pokok Farmasi Rumah Sakit adalah mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien serta mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan penggunaan obat atau alat kesehatan (Kemenkes RI, 2014). Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa DRPs dapat dicegah karena sebenarnya bisa diprediksi sebelumnya, laporan yang lain menyampaikan bahwa 50 % kejadian DRPs dapat dihindari (Cunningham dkk., 1997). Identifikasi DRPs dapat mengoptimalkan terapi obat. Dengan diketahuinya DRPs yang sering terjadi, 2

maka Farmasis dapat menyediakan informasi peresepan obat, sehingga kejadiannya dapat dihindari (Cunningham dkk., 1997). Pentingnya peran Farmasi dalam mencegah dan mengatasai DRPs semakin nyata dalam era SJSN yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014. Pada era ini, pembayaran biaya kesehatan oleh pemerintah dilakukan dengan sistem paket per diagnosis, sehingga kontrol terhadap kualitas dan kontrol biaya mutlak dilakukan agar tidak meningkatkan pembiayaan oleh pihak rumah sakit. Dalam hal penggunaan obat, kendali biaya dan kendali mutu ini ada di tangan Farmasi. Farmasi Klinik perlu mengkaji dengan cermat pemilihan obat pada setiap pasien untuk menghasilkan outcome maksimal serta menghindarkan biaya tambahan karena penggunaan obat yang tidak perlu ataupun biaya untuk mengatasi adverse event dari penggunaan obat. Peran nyata Farmasi klinik dalam mencegah DRPs baik aktual maupun potensial adalah dengan melakukan skrining/pengkajian resep. Berdasarkan standar pelayanan Farmasi di rumah sakit, Apoteker mempunyai tugas untuk melakukan skrining resep meliputi aspek administratif, farmasetik, dan klinik. Sejalan dengan hal tersebut, dalam standard akreditasi rumah sakit (JCI, 2013) disebutkan bahwa Farmasi wajib melakukan pengkajian permintaan obat dan melakukan rekonsiliasi obat, yang meliputi riwayat alergi pasien dan jenis obat yang sedang dikonsumsi pasien saat itu. Untuk dapat melakukan skrining dengan cepat dan tepat, perlu dilakukan pemetaan permasalah dalam peresepan rawat jalan secara tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi DRPs pada peresepan rawat jalan. Pada penelitian ini, 3

identifikasi DRPs dilakukan pada pasien dewasa dengan gangguan jantung karena berbagai obat kardiovaskular memiliki resiko tinggi dalam menyebabkan kejadian DRPs. Penelitian menyebutkan bahwa pengobatan kardiovaskular memiliki potensi sebesar 24-33% dalam kejadian DRPs dan berpengaruh secara signifikan terhadap outcome klinik yang diharapkan; (Ernawati dkk., 2014). Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat 73,18% DRPs terjadi pada pasien geriatri dengan hipertensi di Poli Rawat Jalan RSUP Persahabatan (Dewi dkk., 2013); sebanyak 13,81% DRPs terjadi pada pasien hipertensi di Rumah Sakit Umum Pemerintahan Kota Semarang (Setyani dkk., 2008); dan sebesar 29,8% DRPs terjadi di bangsal kardiologi Rumah Sakit Spanyol (Urbina dkk., 2014). Usia, jenis kelamin, dan polifarmasi merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian DRP (Octasari, 2016). Penelitian ini dilakukan di poli rawat jalan Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul karena Rumah Sakit tersebut memenuhi kriteria inklusi subyek pasien yang diinginkan sehingga Rumah Sakit tersebut memungkinkan untuk pengambilan sampel. Di Rumah Sakit tersebut, banyak terdapat pasien yang mengalami gangguan jantung. Hal ini dibuktikan oleh survei yang dilakukan atau terlebih dahulu. Selain itu, disana sudah sering dijadikan sebagai tempat penelitian. Namun belum ada penelitian yang berjudul Faktor risiko terjadinya DRPs pasien rawat jalan dengan gangguan jantung. Oleh karena itu Peneliti menggunakan Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul sebagai tempat penelitian. 4

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran kejadian DRPs beserta jenis DRPs pada pasien dewasa dengan gangguan jantung yang diharapkan dapat sebagai rujukan dalam mengembangkan pasien farmasi klinis dalam pelayanan obat khususnya untuk pasien rawat jalan. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk mengevaluasi faktor risiko tersebut dengan melihat faktor risiko yang menyebabkan DRPs dengan mengkaitkan karakteristik pasien dengan kejadian DRPs. Sehingga diharapkan farmasi klinik dapat memberikan perhatian lebih pada pasien dengan faktor risiko tersebut sehingga lebih banyak kejadian DRPs yang dapat dicegah. B. Perumusah Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apa saja jenis DRPs yang terjadi pada pasien gangguan jantung. 2. Apakah terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, dan jenis gangguan jantung, dan polifarmasi terhadap kejadian DRPs. C. Keaslian Penelitian Berbagai penelitian telah dilakukan terkait dengan prevalensi kejadian DRPs, jenis kategori DRPs yang sering terjadi, dan pengaruh DRPs terhadap faktor faktor risiko serta ADR yang muncul pada terapi terdapat pada tabel 1. 5

Tabel 1. Penelitian tentang Kajian Faktor Risiko dan DRPs pada Pasien Gangguan Jantung Peneliti Judul & Metode Penelitian Hasil Penelitian (Gastelurrutia dkk., 2011) (Romana dkk., 2012) (Urbina dkk., 2014) Negative Clinical Outcomes Associated With Drug-Related Problems In Heart Failure (HF) Outpatients: Impact Of A Pharmacist In A Multidisciplinary HF Clinic Metode: prospektif Polypharmacy Leading To Adverse Drug Reactions In Elderly In A Tertiary Care Hospital Metode: observasional dan prospektif Patient Risk Factors For Developing A Drug-Related Problems In A Cardiology Ward Metode: observasional, prospektif Dari DRPs yang ditemukan, sebanyak 31% DRPs terjadi akibat kegagalan terapi; 22% karena dosis yang inadekuat, salah, atau durasi penggunaan obat yang salah; 16% karena efek samping yang mungkin terjadi; dan 14% akibat ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan. Jumlah obat yang diberikan sebagai terapi kepada pasien memiliki pengaruh yang signifikan terhadap munculnya drug-negative outcomes (DNOs) (p<0,013). Namun, dengan adanya intervensi dari farmasis, kasus DRPs dapat dihindari sebesar 83%. Mayoritas pasien lansia mengalami polifarmasi dengan penggunaan obat injeksi dan antibiotik yang terbatas. Berbagai ADR muncul pada 15% pasien lansia. Dari 964 pasien masuk, minimal satu jenis DRPs ditemukan pada 29,8% pengobatan. Faktor yang memiliki risiko tinggi terhadap kejadian tersebut adalah polifarmasi (OR = 1,228); jenis kelamin wanita (OR = 1,496); dan pengobatan pertama kali yang diterima oleh pasien (OR = 1,494). Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan beberapa penelitian yang sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor risiko kejadian DRPs pada pasien gangguan jantung. Faktor risiko yang akan dikaji pada penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, dan jenis gangguan jantung. 6

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Praktisi di Rumah Sakit Mendorong untuk meningkatkan peran dalam pengkajian resep rawat jalan khususnya dalam mengidentifikasi DRPs dan sebagai gambaran untuk mengetahui faktor risiko apa yang berpengaruh terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gangguan jantung di poli rawat jalan Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Dengan demikian dapat digunakan dalam melakukan monitoring secara khusus pada pasien dengan risiko tinggi dalam kejadian DRPs. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan peneliti dalam mengkaji DRPs pada tata laksana terapi pasien gangguan jantung. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur atau sebagai acuan penelitian pendahuluan untuk melakukan pengembangan penelitian yang serupa pada pasien gangguan jantung. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui jenis DRPs yang terjadi pada terapi pasien gangguan jantung. 2. Mengetahui hubungan jenis kelamin, usia, jenis gangguan jantung dan polifarmasi terhadap kejadian DRPs pada terapi pasien gangguan jantung. 7