BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Perubahan regulasi yang mengatur tentang partai politik dari waktu ke waktu

dokumen-dokumen yang mirip
PANDANGAN PENGURUS PARTAI TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

TULISAN HUKUM. Transparansi-dan-Akuntabilitas-Pengelolaan. m.tempo.co

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT


KONSEPSI REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009 TTG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

PEMERINTAH KOTA BLITAR

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK. Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena menjadi poros penting dalam proses demokrasi. Partai politik

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 5/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 05 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintahan sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 32. berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. penilaian yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI GORONTALO NOMOR : 01/Kpts/Pilgub/KPU-Prov-027/2011

PEMERINTAH KOTA BLITAR

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

: PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS UTARA TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOP PERMINTAAN INFORMASI

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

2018, No tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. merumuskan dan menyalurkan kepentingan masyarakat.partai politik juga

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Daerah Istimewa Yogyakarta

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 6

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAROLANGUN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. perwakilan. Partai politik melalui anggota-anggotanya yang duduk di lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan gambaran pelaksanaan UU KIP oleh Pemkab Kediri selama

Oleh Saptono, Ak., (Anggota Ikatan Akuntan Kompartemen Sektor Publik IAI-KASP)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

LAPORAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID PEMBANTU BKPMPT PROVINSI BANTEN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. teknik-tekniknya, kerangka dasar konseptual ini terdiri dari standar (teknik,

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

LAPORAN HASIL PENGUKURAN TINGKAT TRANSPARANSI PENDANAAN PARTAI POLITIK DI TINGKAT DEWAN PIMPINAN PUSAT. Transparency International Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

TAHAPAN PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2011 PUTARAN PERTAMA JADWAL

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK

Lina Miftahul Jannah linamjannah.wordpress.com

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2010

AUDIT KEPATUHAN ATAS LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM NO

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI PEKALONGAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintahan di Indonesia baru saja menerapkan penggunaan laporan

Jadwal Shalat Bulan Januari, 2015 M Denpasar, Bali, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan sebagai pengguna anggaran negara, wajib untuk melakukan pengelolaan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

NO. HAL UNSUR KEPATUHAN PERATURAN TERKAIT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 merupakan tonggak dimulainya era demokrasi di

KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA Menuju Masyarakat Informasi Indonesia

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KARANGANYAR

Revisi ke 06 Tanggal : 30 November 2017

TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILU KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN GORONTALO UTARA TAHUN 2013 (PUTARAN PERTAMA)

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/KMA/SK/VIII/2007 TAHUN 2007 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI DI PENGADILAN

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN. Keterbukaan informasi akan mendorong partisipasi publik karena dengan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PPID PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015

Revisi ke 03 Tanggal : 07 September 2017

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

Revisi ke 06 Tanggal : 16 Oktober 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LAPORAN TAHUNAN LAYANAN INFORMASI PUBLIK TAHUN 2015

KOMISI PEMILIHAN UMUMM PROVINSI SUMATERA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG

KOMISI INFORMASI PUSAT REPUBLIK INDONESIA. PUTUSAN Nomor 209/VI/KIP-PS-M-A/ IDENTITAS

AUDIT KEPATUHAN ATAS LAPORAN PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DANA KAMPANYE PARTAI POLITIK PESERTA PEMILIHAN UMUM NO

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

Transkripsi:

BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Perubahan regulasi yang mengatur tentang partai politik dari waktu ke waktu rupanya tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kemajuan partai politik khususnya dalam pengelolaan keuangan parpol. Hal ini dapat tercermin pada UU No. 2/2011 tentang perubahan atas UU No. 2/2008 tentang partai politik yang berlaku saat ini. Pengaturan keuangan parpol pada UU No. 2/2011 khususnya pasal 39 tentang kewajiban partai politik untuk menyusun laporan keuangan untuk keperluan audit telah disusun sedemikian rupa guna memenuhi tuntutan masyarakat atas keterbukaan informasi keuangan partai politik. Akan tetapi, kewajiban penyusunan laporan keuangan parpol pada UU No. 2/2011 tentang partai politik hanya menjadi wacana saja bagi pengurus parpol. Partai politik merupakan agregator dan artikulator kepentingan masyarakat, karena kader parpol yang duduk di kursi eksekutif dan legislatif dipilih oleh rakyat. Dengan demikian, parpol memiliki fungsi strategis dalam pemerintahan. Semakin besar kepercayaan masyarakat terhadap parpol semakin besar kesempatan parpol untuk menduduki posisi-posisi strategis di pemerintahan lewat pemilu. Analisis data penelitian yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dengan data utamanya yang merupakan hasil dokumentasi dan diskusi dengan informan yang berada di lokasi penelitian, menghasilkan beberapa

kesimpulan. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan mengenai pemahaman pengurus partai terhadap kewajiban pelaporan keuangan partai politik pada UU No. 2/2011 serta pembahasan mengenai prinsip transparansi dan akuntabilitas pada laporan keuangan parpol, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemahaman pengurus parpol di DPC PDI Perjuangan Kota Mojokerto terhadap kewajiban pelaporan keuangan partai politik tergolong sangat rendah. Karena UU No. 2/2011 tentang partai politik telah menyatakan dengan jelas bahwa partai politik wajib menyusun laporan keuangan untuk keperluan audit, namun hal ini tidak diketahui oleh pengurus parpol di DPC PDI Perjuangan Kota Mojokerto. Bahkan pengurus parpol tidak mengetahui adanya regulasi yang mengatur tentang hal tersebut. 2. Jenis laporan keuangan yang diketahui oleh pengurus parpol di DPC PDI Perjuangan Kota Mojokerto hanya Laporan Pertanggungjawaban Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan yang bersumber dari APBN/APBD (Banpol) dan Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Dana Kampanye (LPPDK). 3. Dari segi akuntabilitas, DPC PDIP Kota Mojokerto tergolong tidak melaporkan keuangannya secara akuntabel. Hal ini disebabkan karena DPC PDIP Kota Mojokerto tidak menyusun laporan keuangan sesuai dengan yang diminta pada Pasal 39 UU No. 2/2011 (laporan realisasi anggaran, neraca, dan arus kas).

4. Dari segi transparansi, DPC PDIP Kota Mojokerto tergolong belum transparan dalam melaporkan keuangannya. Karena pengungkapan informasi keuangan parpol kepada masyarakat masih belum dilaksanakan. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian maka penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat diterima dan ditanggapi dengan baik sehingga dapat dilaksanakan guna mewujudkan tata kelola kegiatan politik yang baik di negara ini. Saran yang diberikan terkait dengan kewajiban pelaporan keuangan partai politik pada UU No. 2/2011 yang erat kaitannya dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas keuangan partai politik, diantaranya: 1. Bagi Pengurus Partai Politik a. DPC PDI Perjuangan Kota Mojokerto perlu menyusun laporan keuangan untuk keperluan audit sesuai dengan amanat pada pasal 39 UU No. 2/2011 tentang partai politik. Yaitu, laporan realisasi anggaran, neraca, dan laporan arus kas. b. DPC PDI Perjuangan Kota Mojokerto sebaiknya memenuhi unsur transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan, yakni dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk melihat laporan keuangan parpol. Salah satunya bisa dengan memanfaatkan teknologi informasi saat ini, yaitu mengunggah laporan keuangan tersebut di situs resmi partai. 2. Bagi Pemerintah a. Untuk meningkatkan pemahaman pengurus parpol terhadap kewajiban pelaporan keuangan partai politik, Pemerintah perlu turut serta untuk

mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya adalah dengan memberikan sosialisasi terkait dengan seberapa penting laporan keuangan bagi partai politik itu sendiri apabila mereka mau menyusunnya. Kemudian untuk mempertegas bahwa menyusun laporan keuangan bagi parpol adalah sebuah kewajiban, maka pemerintah harus memberikan sanksi yang tegas kepada parpol apabila tidak menyusun laporan keuangannya. Sanksi ini hendaknya dimasukkan dalam perubahan undangundang partai politik selanjutnya. b. Pemerintah yang memiliki kewenangan kepada partai politik hendaknya menambahkan ketentuan pada perubahan undang-undang partai politik selanjutnya, bahwa AD/ART juga harus memuat tentang kewajiban pelaporan keuangan partai politik. Sedangkan, pedoman untuk tata cara penyusunan, penyampain, dan pelaporannya dapat diatur lebih lanjut dengan menerbitkan peraturan pemerintah (PP). c. Dengan memanfaatkan kemudahan teknologi informasi (TI) yang ada saat ini, seharusnya pemerintah mewajibkan parpol untuk memiliki situs resmi dan mengunggah laporan keuangan mereka di situs tersebut. Dan diberikan sanksi yang tegas bagi parpol yang melanggarnya.

JADWAL PENELITIAN PANDANGAN PENGURUS PARTAI TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PELAPORAN KEUANGAN PARTAI POLITIK DI DPC PDI PERJUANGAN KOTA MOJOKERTO 2014 2015 No Kegiatan Penelitian September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pengajuan Judul 2 Pengajuan Proposal 3 Penulisan Skripsi Bab I,II, dan III 4 Permohonan Surat Ijin Riset 5 Pelaksanaan Riset 6 Pengolahan Data 7 Penulisan Skripsi Bab IV 8 Penulisan Skripsi Bab V dan Intisari 9 Translate Intisari ke Lab Bahasa 10 Sidang Skripsi