Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
By.djoko wahyudi, s.ap

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

KEPUTUSAN KEPALA UPTD PUSKESMAS SAMBUNGMACAN II. No.../.../.../SK/... TENTANG STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSA DAN TERMINOLOGI

SISTEM DAGGER ( ) & SISTEM ASTERISK (*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

REHABILITASI PADA LAYANAN PRIMER

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengambilan sampel penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2016 di bagian

PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

ILUSTRASI PELAYANAN HEMODIALISIS DENGAN FASILITAS JKN AFIATIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III ELABORASI TEMA

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan. rawat darurat. Rustiyanto (2010), mengatakan bahwa pelayanan

BAB III METODE PENELITIAN

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

FORMULIR KLAIM RAWAT INAP

FORMULIR KLAIM CACAT TETAP DAN TOTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KUDUS T E N T A N G PEMBEBASAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN KELAS III DI RUMAH SAKIT BAGI PENDUDUK KABUPATEN KUDUS

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan. dapat dilepaskan dari kebijaksanaan pembangunan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. representasi bagi data tersebut. Dalam bidang kesehatan, koding berarti

Kebijakan Pembiayaan untuk pelayanan Dialisis di FKRTL dalam era JKN. Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Jakarta, 08 April 2017

JENIS FORMULIR REKAM MEDIS

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang pelaksanaan pengkodean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. 1. maupun yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.

PETUNJUK TEKNIS TRIAL APLIKASI E-KLAIM 5.2 beta

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu sektor yang diupayakan untuk memiliki peningkatan

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 4 Batuk dan Kesulitan Bernapas Kasus II. Catatan Fasilitator. Rangkuman Kasus:

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

PERAN PENTING PENULISAN DIAGNOSIS UTAMA DAN KETEPATAN KODE ICD-10 SEBAGAI DATA BASE SURVEILANS MORBIDITAS STUDI KASUS DI RS KOTA SEMARANG

Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

PENILAIAN INDIKATOR MUTU RSUD JEND. AHMAD YANI METRO BULAN: AGUSTUS 2016 s/d OKTOBER 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kedua pleura pada waktu pernafasan. Penyakit-penyakit yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya komplikasi yang lebih berbahaya. diakibatkan oleh sepsis > jiwa pertahun. Hal ini tentu menjadi

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan adalah sesuai dengan standar pelayanan

Dwi Setyorini, Sri Sugiarsi, Bambang Widjokongko APIKES Mitra Husada Karanganyar

INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif terhadap semua variabel yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

SURAT EDARAN NOMOR HK.03.03/MENKES/518/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELESAIAN PERMASALAHAN KLAIM INA-CBG DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

PALLIATIVE CARE HENDRA

SURAT PENOLAKAN TINDAKAN KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Jamkesmas ( Jaminan Kesehatan Masyarakat ) kesehatan bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PELAYANAN CANCER DI ERA JKN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam KEPMENKES RI No. 377/MENKES/SK/ III/2007 tentang. Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis, epilepsy, stroke,

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

Transkripsi:

Sosialisasi Kaidah Koding sesuai Permenkes 76 tahun 2016 RIRIS DIAN HARDIANI Tim Teknis Ina CBG Kementerian Kesehatan

PENULISAN DIAGNOSA DAN TINDAKAN LENGKAP DAN SPESIFIK KETEPATAN KODING INA-CBG YANG BAIK

ICD 10 UPDATE 2010

DEFINISI DIAGNOSIS UTAMA DAN SEKUNDER Diagnosis utama adalah diagnosis yang ditegakkan oleh dokter pada akhir episode perawatan yang menyebabkan pasien mendapatkan perawatan atau pemeriksaan lebih lanjut. Jika terdapat lebih dari satu diagnosis, maka dipilih yang menggunakan sumber daya paling banyak. Jika tidak terdapat diagnosis yang dapat ditegakkan pada akhir episode perawatan, maka gejala utama, hasil pemeriksaan penunjang yang tidak normal atau masalah lainnya dipilih menjadi diagnosis utama. Diagnosis Sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode perawatan. Diagnosis sekunder merupakan komorbiditas dan/atau komplikasi.

Cara Menggunakan ICD-10 Diagnosis Utama (Lead Term) Volume 3 ICD-10 Cross Check Volume 1 ICD-10 Kode Penyakit

Aturan koding dalam ICD 10 a. Jika dalam ICD 10 terdapat catatan Use additional code, if desired, to identify specified condition maka kode tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi pasien. Diagnosis Utama : Pneumonia measles Diagnosis Sekunder : - Dikode measles complicated by pneumonia (B05.2 ) sebagai diagnosis utama dan pneumonia in viral disease classified elsewhere (J17.1*) sebagai diagnosis sekunder.

b. Pengkodean sistem dagger ( ) dan asterisk (*) Jika diagnosis utama yang ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk maka yang dikode sebagai diagnosis utama adalah kode dagger, sedangkan kode asterisk sebagai diagnosis sekunder. Namun jika diagnosis sekunder yang ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk, maka kode tersebut menjadi diagnosis sekunder. Tanda dagger ( ) dan asterisk (*) tidak diinput di dalam aplikasi INA-CBG. Contoh :

c. Pengkodean dugaan kondisi, gejala, penemuan abnormal, dan situasi tanpa penyakit Jika pasien dalam episode rawat, hati-hati dalam mengkode Diagnosis Utama pada Bab XVIII (Kode R) dan XXI (Kode Z) Jika diagnosis yang lebih spesifik belum ditegakkan sampai akhir episode perawatan atau tidak ada penyakit atau cedera pada saat dirawat yang bisa dikode, maka kode dari Bab XVIII dan XXI dapat digunakan sebagai kode diagnosis utama (lihat juga Rules MB3 dan MB5). Kategori Z03. (observasi dan evaluasi medis untuk penyakit dan kondisi yang dicurigai) digunakan untuk diagnosis suspek yang dapat dikesampingkan setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan. Contoh : Diagnosis Utama : Dugaan neoplasma ganas serviks setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan hasil bukan neoplasma ganas serviks Diagnosis Sekunder : - Dikode observasi dugaan neoplasma ganas (Z03.1) sebagai diagnosis utama.

d. Pengkodean kondisi multiple Jika kondisi multiple dicatat di dalam kategori berjudul Multiple..., dan tidak satu pun kondisi yang menonjol, kode untuk kategori Multiple..., harus dipakai sebagai kode diagnosis utama, dan setiap kondisi lain menjadi kode diagnosis sekunder. Contoh : Diagnosis Utama : HIV disease resulting in multiple infections Diagnosis Sekunder: HIV disease resulting in candidiasis HIV disease resulting in other viral infections Dikode HIV disease resulting in multiple infections (B20.7) sebagai diagnosis utama, HIV disease resulting in candidiasis (B20.4) dan HIV disease resulting in other viral infections (B20.3) sebagai diagnosis sekunder.

e. Pengkodean kategori kombinasi ICD menyediakan kategori tertentu dimana dua diagnosis yang berhubungan diwakili oleh satu kode. Contoh : Diagnosis Utama : Gagal ginjal Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi Dikode Penyakit ginjal hipertensi dengan gagal ginjal (I12.0)

f. Pengkodean sekuele kondisi tertentu ICD menyediakan sejumlah kategori yang berjudul sequelae of... (B90-B94, E64.-, E68, G09, I69.-, O97, T90-T98, Y85-Y89) yang digunakan untuk menunjukkan kondisi yang tidak didapatkan lagi, sebagai penyebab masalah yang saat ini sedang diperiksa atau diobati. Namun, kode yang diutamakan sebagai diagnosis utama adalah kode yang sesuai dengan bentuk sekuele itu. Kode sequelae of... dapat ditambahkan sebagai kode tambahan. Contoh : Diagnosis Utama : Dysphasia akibat infark otak lama Diagnosis Sekunder : - Dikode Dysphasia (R47.0) sebagai diagnosis utama, sequelae of cerebral infarction (I69.3) sebagai diagnosis sekunder

g. Pengkodean kondisi-kondisi akut dan kronis Jika Diagnosis Utama dicatat sebagai akut (atau subakut) dan kronis, ICD menyediakan kategori atau subkategori yang berbeda untuk masing-masing kategori, tapi tidak untuk gabungannya, kategori kondisi akut harus digunakan sebagai Diagnosis Utama. Contoh : Diagnosis Utama : Kholesistitis akut dan kronis Diagnosis Sekunder : - Dikode Acute cholecystitis (K81.0) sebagai diagnosis utama, chronic cholecystitis (K81.1) sebagai diagnosis sekunder.

h. Pengkodean kondisi pasca-prosedur dan komplikasinya Pada Bab XIX (T80-T88) tersedia kategori untuk komplikasi yang berhubungan dengan operasi dan prosedur lain, contohnya infeksi luka operasi, komplikasi mekanis benda-benda implantasi, syok, dan lainnya. Kondisi tertentu yang terjadi setelah prosedur (misalnya pneumonia, embolisme paru) tidak dianggap sebagai kondisi tersendiri sehingga dikode seperti biasa, namun bisa diberi kode tambahan dari Y83-Y84 untuk menunjukkan hubungannya dengan suatu prosedur. Jika kondisi dan komplikasi ini dicatat sebagai Diagnosis Utama, perlu dilakukan rujukan ke modifier atau qualifier pada Indeks Alfabet untuk pemilihan kode yang tepat. Contoh : Diagnosis Utama : Hipotiroidisme sejak tiroidektomi 1 tahun yang lalu. Diagnosis Sekunder : - Spesialisasi : Kedokteran umum Dikode Hipotiroidisme pasca-bedah (E89.0) sebagai diagnosis utama.

ICD 9 CM UPDATE 2010

1.Bayi Lahir dengan Kode P03.0 P03.6 di Klaim terpisah dengan ibunya. 2.Kontrol ulang RJ dengan diagnosis yg sama gunakan kode Z 3.Terapi Berulang (Rehab Medik, Rehab Psikososial, Radioterapi, Chemoterapi, Hemodialisa) gunakan Kode Z 4.Pasien RJ dan mendapatkan khemo oral, Kode utamanya Z51.1 5.Riwayat neoplasma ganas menggunakan kode Z85.0 Z85.9 6.karena riwayat keluarga dengan neoplasma ganas menggunakan kode Z80.0 Z80.9 14/04/2017 20

7. Anemia dengan neoplasma dan perawatan hanya untuk anemia, Maka Kode Utamanya : Ca (C--) dan Anemia (D63.0) sbg sekunder 8. Penggunaan kode Z29.0 Isolasi 9. Pasien melahirkan di FKTP, dirujuk untuk tubektomi interval di FKRTL maka dikode Sterilization (Z30.2) sebagai diagnosis utama. 10. Pasien Thalasemia Mayor kontrol ulang diberikan obat kelasi besi maka diinputkan sebagai rawat jalan dengan kode D56.1 sebagai diagnosis utama 11.Pemasangan infus pump hanya menggunakan kode 99.18 12.Educational therapy menggunakan kode 94.42 14/04/2017 21

Episode a.episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. b.pada sistem INA-CBG, hanya ada 2 episode yaitu episode rawat jalan dan rawat inap, dengan beberapa kriteria di bawah ini :

Episode 1) Episode rawat jalan Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis, dianggap sebagai episode baru.

RS KHUSUS (1) Dalam program JKN, berlaku perbedaan pembayaran kepada RS Khusus untuk pelayanan yang sesuai kekhususannya dan pelayanan di luar kekhususannya, dimana : Untuk pelayanan di luar kekhususan yang diberikan oleh Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Rumah Sakit Kanker Dharmais, berlaku kelompok tarif INA-CBG Rumah Sakit Pemerintah kelas A. Untuk pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit khusus di luar kekhususannya, berlaku kelompok tarif INA-CBG satu tingkat lebih rendah dari kelas rumah sakit yang ditetapkan Dalam implementasi INA-CBG, yang dinyatakan sebagai pelayanan sesuai kekhususannya adalah jika kode diagnosis utama sesuai dengan kekhususan rumah sakit. Dalam hal kode diagnosis yang sesuai kekhususannya merupakan kode asterisk dan diinput sebagai diagnosis sekunder maka termasuk ke dalam pelayanan sesuai kekhususannya.

RS KHUSUS (1) Daftar kode diagnosis untuk pelayanan yang sesuai dengan kekhususan rumah sakit, diperuntukkan bagi: 1. RS Khusus Kanker 2. RS Khusus Jantung dan Pembuluh Darah 3. RS Khusus Jiwa 4. RS Khusus Paru 5. RS Khusus Kusta 6. RS Khusus Ortopedi 7. RS Khusus Mata 8. RS Khusus Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) 9. RS Khusus Gigi dan Mulut

TERIMA KASIH