NASKAH PUBLIKASI. PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta) SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB V PENUTUP. kepada Kospin Jasa Syariah sebagai agunan atas pembiayaan yang di terima

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

A. Kesimpulan Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Gadai. emas BSM adalah penyerahan hak penguasaan secara fisik atas

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN GADAI EMAS DI KOSPIN JASA SYARIAH DIPANDANG FATWA DSN NOMOR: 26/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN EMAS.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Tentang Pelaksanaan Produk Pembiayaan Gadai Emas

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Akad pada produk Gadai Emas di bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti menemukan beberapa hal penting yang bisa dicermati dan dijadikan acuan penelitian ini.

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

Rahn - Lanjutan. Landasan Hukum Al Qur an. Al Hadits

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dan bagi manusia pada umumnya tanpa harus meninggalkan. prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, masalah kekurangan modal. globalisasi saat ini masyarakat mudah memperoleh modal untuk memulai

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB IV ANALISA A. PELAKSANAAN IB RAHN EMAS DI BANK JATENG SYARIAH KANTOR CABANG SEMARANG

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam belakangan ini mulai menunjukkan. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

Rahn /Gadai Akad penyerahan barang / harta (marhun) dari nasabah (rahin) kepada bank (murtahin) sebagai jaminan sebagian atau seluruh hutang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

PENENTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BARANG GADAI MENURUT FATWA DSN MUI NO 26 TAHUN 2002 ( STUDI KASUS PEGADAIAN SYARIAH CABANG KOTA LANGSA) SKRIPSI

EVALUASI PENERAPAN AKUNTANSI GADAI SYARIAH (RAHN) PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG MANADO

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berinteraksi antara satu dengan yang lain. Masing- masing

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS HYBRID CONTRACT PADA PRODUK GADAI ib EMAS DI PT. BRI SYARIAH KCP GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

TANGGUNG JAWAB PERUM PEGADAIAN TERHADAP PENJUALAN (LELANG) BARANG GADAI

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk adanya sebuah lembaga keuangan. Salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pelaksanaan IB Rahn Emas di Bank Jateng Syariah Kantor Cabang Semarang Rahn menurut bahasa berarti ats-tsubut dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah. sejak tahun 2009 dengan jumlah lebih dari 900 nasabah rahin.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

ABSTRAKSI. Kata Kunci : Akuntansi Pendapatan, Pegadaian Konvensional, Pegadaian Syariah

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB IV ANALISA KONSEPTUAL DAN APLIKATIF GADAI EMAS (AR-RAHN) PT. BPRS BHAKTI SUMEKAR SUMENEP

BAB IV PENUTUP. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Substansi dari jaminan fidusia menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam istilah bahasa Arab, gadai di istilahkan dengan rahn dan juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara, Menurut Kasmir (2006:1) kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam ibadah dan juga mu amalah (hubungan antar makhluk). Di antara

Kartika dan Nur, Analisis Penerapan Akuntansi Gadai Syariah (Rahn) Pada Pegadaian Syariah Cabang Jember

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

Jurnal Audit dan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura Vol. 2, No. 2, Desember 2013 Hal. 1-20

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

ANALISIS PENETAPAN KEWAJARAN HARGA PADA PEMBIAYAAN RAHN DI BANK MANDIRI SYARI'AH

BAB II KAJIAN TEORITIS. kegiatannya tidak lepas dari proses pencatatan akuntansi yang pada akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berbicara mengenai pinjam-meminjam ini, Islam membolehkan

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan saling tolong menolong diantara mereka. berupa pemberian dan bisa berupa pinjaman. 1 Allah berfirman dalam surat al-

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

Aplikasi Gadai Emas Syari ah: Studi Kasus Pada BRI Syari ah Cabang Pekanbaru

membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dan suatu sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara modern, tak luput

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. Dalam istilah bahasa Arab, gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (Studi di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: AKUN GAURA DORIY C 100100105 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

PERSETUJUAN Naskah publikasi ini disetujui oleh Pembimbing Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing I Mengetahui Pembimbing II Septarina Budiwati, S.H.,C.N.,M.H. Mutimatun Ni'ami, S.H.,M.Hum. Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Dr. Natangsa Surbakti, S.H., M.Hum.

PELAKSANAAN GADAI EMAS DENGAN SISTEM SYARIAH (STUDI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG SURAKARTA) AKUN GAURA DORIY NIM C 100 100 105 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA akun_manunited@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah; (2) kesesuaian pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah dengan kaidah hukum Islam dan prinsip syari ah tentang rahn emas; (3) hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian yuridis empiris. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan gadai emas syariah di BSM Cabang Surakarta adalah menggunakan akad Rahn serta akad Ijarah. Akad Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan, sedangkan biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah; (2) Pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syari ah Mandiri Cabang Surakarta Semarang sudah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 26/DSN- MUI/III/2002 tentang rahn emas; (3) Hambatan antara lain: perbedaan pendapat hukum Islam terkait dua akad, nasabah kurang memahami mekanisme akad rahn, nasabah yang tidak disiplin, sehingga saat jatuh tempo emas yang digadaikan dilelang oleh pihak bank. Kata Kunci: pelaksanaan gadai emas syariah, kaidah hukum Islam ABSTRACT Implementation Gold Pawn with Sharia System ( Studies in Bank Syariah Mandiri Branch Surakarta). Faculty Of Law. Muhammadiyah University of Surakarta. 2015. The purpose of this study was to determine: (1) the implementation of gold pawn with sharia system; (2) the suitability of the system implementation gold pawn sharia Islamic law and the rules of Shari'ah principles of gold Rahn; (3) obstacles that arise in the implementation of the gold pawn with sharia system. This research includes empirical juridical. The research was conducted at PT. Bank Syariah Mandiri Branch of Surakarta. Data were analyzed using qualitative analysis. The results showed that: (1) The implementation of sharia gold pawn in Surakarta Branch BSM is using Rahn and Ijarah contract. Rahn contract is a contract granting a loan from the bank to the customer, along with assignments in order to keep the bank guarantee submitted goods, while the cost of maintenance using Ijarah contract; (2) Implementation of gold pawn with Shariah Islamic system in Bank Mandiri Branch Semarang Solo is in conformity with National Fatwa Council of Ulama Indonesia No: 26 / DSN-MUI / III / 2002 on gold Rahn; (3) Barriers arising: a difference of opinion that the imposition of Islamic law with two contract transactions, customers do not understand the mechanism of Rahn contract, customers who do not discipline, so that at maturity the pledged gold auctioned by the bank. Keywords: implementation of gold pawn sharia, Islamic law rules

PENDAHULUAN Jasa gadai masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat menggadaikan suatu barang karena terdesak kebutuhan dana, sementara barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai sendiri menurut Pasal 1150 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, dan yang memberikan kewenangan kepada kreditur untuk mendapatkan pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu daripada krediturkreditur lainnya terkecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu, biaya-biaya mana harus didahulukan. Secara umum pengertian gadai adalah kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang dan barang yang akan dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian antara nasabah dengan lembaga gadai. 1 Pada perkembangannya, jasa pegadaian tidak hanya dimonopoli oleh Perum Pegadaian, beberapa perusahaan perbankan membuka jasa gadai dengan sistem syariah. Apalagi mayoritas warga Indonesia adalah Muslim. Menurut Pasal 1 angka 13 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa: Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana, dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa kepada pihak lain (ijarah wa iqtiqna). 262 1 Kasmir, 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: Raja Grapindo Persada, hal.

Gadai syariah atau dalam istilah Islam disebut rahn adalah menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara sebagai jaminan hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil hutang atau ia bisa mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu. 2 Sistem gadai syariah mulai berkembang pada tahun 2003. Sistem ini akan memberikan ketenangan bagi masyarakat dalam memperoleh pinjaman tanpa bunga dan halal. Gadai dalam fiqh disebut rahn yang menurut bahasa adalah nama barang yang dijadikan sebagai jaminan kepercayaan. 3 Jasa gadai emas yang dijalankan oleh Bank Syariah Mandiri berlandaskan pada Pasal 1 angka 13 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjelaskan mengenai prinsip syariah. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana, dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai syariah, antara lain, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa kepada pihak lain (ijarah wa iqtiqna). 4 2 Abdul Ghofur Anshori, 2005, Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi, dan Institusionalisasi. Cet. Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 88. 3 Heri Sudarsono, 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta : Ekonisia, hal 141 4 Abdul Ghofur Anshori, 2005, Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi, dan Institusionalisasi, Cet. Pertama, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, hal. 128.

Dasar hukum pelaksanaan gadai syariah sebagai salah satu kegiatan usaha di Bank Syariah Mandiri juga telah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) dan (2) Undangundang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah serta Pasal 36 Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Oleh karena itu setelah diketahui dasar hukum dari jasa gadai emas secara syariah, penting untuk diketahui bagaimanakah pelaksanaannya di lapangan. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka permasalahan yang akan diajukan oleh penulis adalah: Pertama, bagaimakah pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta?; Kedua, apakah pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syari ah Mandiri Cabang Surakarta sudah sesuai dengan kaidah hukum Islam dan prinsip syari ah tentang rahn emas?; Ketiga, hambatan-hambatan apa sajakah yang timbul dalam pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta? Adapun tujuan penelitian ini adalah: Pertama, untuk mengetahui pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta; Kedua, untuk mengetahui pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syari ah Mandiri Cabang Surakarta sudah sesuai dengan kaidah hukum Islam dan prinsip syari ah tentang rahn emas; Ketiga, untuk mengetahui hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta. Metode yang diguankan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis empiris, yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah

penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian data primer di lapangan. Yuridis empiris merupakan suatu pendekatan yang mengacu pada peraturan-peraturan tertulis untuk kemudian dilihat bagaimana implementasinya di lapangan. 5 Sumber data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari lokasi penelitian melalui metode observasi dan wawancara serta studi kepuastakaan. Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif yaitu proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Gadai Emas dengan Sistem Syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri (BSM) Cabang Surakarta sebenarnya merupakan produk pembiayaan atas dasar jaminan berupa emas. Gadai emas di BSM merupakan salah satu alternatif memperoleh uang tunai secara cepat. Produk pembiayaan gadai emas ini dapat digunakan untuk pembiayaan konsumtif, seperti untuk biaya pendidikan, biaya pengobatan, dan penyelenggaraan hajatan maupun pembiayaan produktif, seperti untuk modal usaha. Adapun prosedur untuk memperoleh fasilitas pembiayaan gadai emas di Bank Syariah Mandiri tidak sulit. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Gunawan selaku Staf Pelayanan Gadai Emas BSM Cabang Surakarta pada tanggal 22 Februari 2015, prosedurnya sebagai berikut: pertama, calon nasabah datang 5 Soekanto, Soejono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, hal. 17

langsung ke Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta dengan membawa emas yang berupa perhiasan ataupun batangan dengan menunjukkan persyaratan pembiayaan yang telah ditentukan. Jika persyaratan yang dibawa oleh calon nasabah sudah lengkap, kemudian nasabah mengisi formulir permohonan gadai yang telah disediakan; Kedua, barang jaminan emas tersebut diteliti kualitasnya oleh petugas gadai untuk menetapkan nilai pembiayaan yang akan diberikan. Nilai pembiayaan yang diberikan jika perhiasan sebesar 85% dari nilai taksiran sedangkan jika batangan sebesar 90% dari nilai taksiran; ketiga, petugas gadai menaksir harga emas yang digadaikan. Setelah itu petugas gadai menguji keaslian barang jaminan emas dengan langkah-langkah yang sudah ditentukan; keempat, petugas gadai melakukan komite ke kantor cabang untuk menentukan diterima atau ditolaknya pembiayaan tersebut. Setelah keputusan dari cabang diterima oleh petugas gadai, maka petugas gadai akan menginformasikan kepada calon nasabah; kelima, jika diterima maka petugas gadai akan menghitung pembiayaan yang akan diterima oleh calon nasabah sesuai ketentuan BI sekaligus menentukan biaya administrasi; keenam, pencairan disertai dengan pembayaran biaya administrasi secara tunai sesuai dengan yang telah ditentukan. 6 Berdasarkan wawancara dengan Bapak Gunawan selaku Staf Pelayanan Gadai Emas BSM Cabang Surakarta, pelaksanaan gadai emas syariah di BSM Cabang Surakarta adalah menggunakan akad Qardh dalam rangka akad Rahn serta akad Ijarah. Qardh dalam rangka Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari 6 Bapak Gunawan Kresna D. Staf Pelayanan Gadai Emas BSM Cabang Surakarta. Wawancara tanggal 22 Februari 2015. Jam 14.30 WIB

bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan. Biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah. 7 Adanya pembiayaan tersebut, rahin sepakat untuk menyerahkan barang miliknya berupa emas yang dibeli sebagai jamainan pelunasan hutang dengan ketentuan sebagai berikut: Rahin dengan ini mengaku telah menerima pembiayaan dari murtahin sebesar sisa hutang dan dengan jangka waktu pinjaman sebagaimana tercantum dalam akad gadai emas. Murtahin dengan ini mengakui telah menerima barang milik rahin yang digadaikan (marhun) kepada murtahin, dan karenanya murtahin berkewajiban mengembalikannya pada saat rahin telah melunasi seluruh kewajibannya. Apabila jangka waktu akad, maka rahin dengan ini menyetujui dan/ atau memberikan kuasa penuh yang tidak dapat ditarik kembali untuk melakukan penjualan/lelang marhun yang berada dalam penguasaan murtahin guna pelunasan seluruh kewaiban rahin. Bilamana terdapat kelebihan hasil penjualan marhun setelah dikurangi dengan seluruh kewajiban rahin, maka rahin berhak menerima kelebihan tersebut. Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun kelebihan tersebut tidak diambil, maka dengan ini rahin setuju memberikan kuasa melalui murtahin untuk menyalurkan kelebihan tersebut kepada Lembaga Amil Zakat. Bilamana hasil penjualan marhun tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban rahin, maka kekurangan/sisanya menjadi tanggung jawab rahin dan harus dilunasi pada saat itu juga. 8 Adapun pembebanan biaya pemeliharaan adalah menggunakan akad ijarah. Dimana dalam akad ini berisi kesepakatan atas biaya yang akan di 7 Ibid 8 Arsip Perjanjian Gadai Emas Syariah. 2014. Bank Syariah Mandiri Cabang Solo

keluarkan oleh nasabah kepada pihak Bank. Akad ini dibuat dan ditandatangani pada tanggal sebagaimana tercantum pada Surat Bukti gadai Emas. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Gunawan pada 22 Februari 2015, jika nasabah belum mampu melunasi pinjamannya pada jangka waktu yang telah ditentukan di akad, maka nasabah dapat mengajukan perpanjangan gadai emas syariah dengan membayar biaya pemeliharaan dan angsuran pembiayaan serta menandatangani akad baru. Di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta, memberikan kebijakan dua kali perpanjangan untuk gadai emas syariah. 9 Kesesuaian Pelaksanaan Gadai Emas dengan Sistem Syariah di Bank Syari ah Mandiri Cabang Surakarta dengan Kaidah Hukum Islam dan Prinsip Syari ah tentang Rahn Emas Kaidah hukum Islam yang sesuai dengan kajian tentang gadai emas syariah adalah hukum keperdataan Islam (fiqh mu amalah), bahwa dalam hal transaksi baik dalam bentuk jual beli, sewa-menyewa, gadai maupun yang semacamnya mempersyaratkan rukun dan syarat sah termasuk dalam transaksi gadai. Untuk mencapai keabsahan dalam transaksi gadai menurut Hukum Islam (Syariah) terdapat rukun dan syarat tertentu yang harus ditaati yaitu: pertama, adanya pihak yang berakad. Para pihak tersebut adalah rahin (pihak yang menggadaikan) dan murtahin (yang menerima gadai). Agar keabsahan gadai dapat tercapai, maka masing-masing pihak harus memenuhi syarat sebagai subjek hukum. Syarat tersebut adalah rahin dan murtahin telah cakap melakukan perbuatan hukum, yang ditandai dengan aqil baliq, berakal sehat, dan mampu melakukan akad. Kedua, pihak yang berakad juga disebut dengan rahin dan murtahin. Dalam 9 Bapak Gunawan Kresna D. Staf Pelayanan Gadai Emas BSM Cabang Surakarta. Wawancara tanggal 22 Februari 2015. Jam 14.30 WIB

transaksi gadai menurut Hukum Islam (Syariah) di BSM Cabang Surakarta dapat dipastikan bahwa para pihak yang melakukan akad adalah orang yang telah cakap melakukan perbuatan hukum. Syarat ketiga adalah adanya ijab dan kabul; perwujudan ijab dan kabul dalam transaksi gadai emas di BSM adalah penandatanganan surat bukti rahn oleh rahin sebagai pihak yang menyerahkan barang dan kasir (wakil dari dari BSM) sebagai pihak yang menerima barang. Dimana penandatanganan ini menjadi tanda disepakatinya perjanjian gadai syariah (akad rahn) dan perjanjian sewa tempat dan penitipan barang jaminan (akad ijarah). Keempat, adanya jaminan (marhun) berupa barang atau harta; Gadai merupakan perjanjian yang objeknya bersifat kebendaan ( ainiyah). Oleh karena itu gadai dikatakan sempurna jika telah terjadi penyerahan objek akad. Tujuan penyerahan dimaksudkan untuk memegang objek akad (al-qabdu). Seorang rahin yang ingin menggunakan jasa gadai emas di BSM diharuskan untuk membawa marhun (barang jaminan) sebagai jaminan bahwa rahin akan melunasi hutangnya (marhun bih) kepada BSM. Dalam hal barang gadai (marhun) yang dijadikan jaminan gadai oleh rahin di BSM harus merupakan barang yang harus dapat dijual dan nilainya seimbang dengan besarnya hutang. Kelima yaitu adanya hutang (marhun bih); Hutang (marhun bih) merupakan hak yang wajib diberikan atau diserahkan kepada pemiliknya, memungkinkan pemanfaatanya, dan dapat dihitung jumlahnya. Pelaksanaan gadai emas di BSM sudah memberikan marhun bih kepada nasabah dengan memberikan pembiayaan sesuai dengan nilai taksiran yang dilakukan oleh pihak BSM.

Pelaksanaan gadai emas menurut Hukum Islam (Syariah) di BSM Cabang Surakarta berpedoman pada ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 25/DSN-MUI/III/2002, tentang Rahn dan Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 25/DSNMUI/ III/2002 tentang Rahn, berisi tentang: Murtahin (penerima barang) mempunyai hak untuk menahan marhun (barang) sampai semua hutang rahin (yang menyerahkan barang) dilunasi; Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik rahin. Pada prinsipnya, marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh murtahin kecuali seizin rahin, dengan tidak mengurangi nilai marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. Selanjutnya ketentuan tentang pembebanan pembiayaan, menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 26/DSNMUI/ III/2002 tentang Rahn Emas, beban pembiayaan berisi tentang: Ongkos dan biaya penyimpanan barang (marhun) ditanggung oleh penggadai (rahin); Ongkos sebagaimana dimaksud ayat 2 besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyatanyata diperlukan; Biaya penyimpanan barang (marhun) dilakukan berdasarkan akad Ijarah. Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta telah sesuai dengan Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn dan Fatwa DSN No.26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas. Kesesuaian ini meliputi: Pertama, rukun dan syarat sah. Selain ijab qabul, rukun dan syarat sah dari gadai emas adalah harus ada murtahin (penerima gadai), rahin (yang menyerahkan barang), dan marhun

(barang yang digadaikan). Gadai Emas di BSM telah memenuhi rukun dan syarat sah gadai emas sesuai denga Fatwa DSN yaitu adanya murtahin (BSM), rahin (Nasabah), dan marhun (barang yang dijaminkan berupa perhiasan emas atau emas batangan). Untuk ijab qabul atau perjanjian gadai, dalam praktek di BSM perjanjian tersebut tertuang dalam Surat Bukti Gadai (SBG) di mana akad yang dipakai adalah Akad Pinjaman dengan Gadai (akad qard) dan Akad Sewa Tempat (akad ijarah). Sisi belakang SBG tersebut terdapat ketentuan mengenai masingmasing akad serta memuat hak dan kewajiban masing-masing para pihak; Kedua, biayabiaya yang dibebankan. Fatwa DSN No.26/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn Emas pada ketentuan pertama ayat 2 menyebutkan bahwa ongkos dan biaya penyimpanan barang ditanggung oleh penggadai (rahin). Biaya-biaya tersebut besarnya didasarkan pada pengeluaran yang nyata-nyata diperlukan. Biaya penyimpanan ini dilakukan berdasarkan akad ijarah. Fatwa DSN No.25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn menyebutkan bahwa besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjamannya; Ketiga, prosedur penyelesaian barang jaminan jatuh tempo. Bagian Kedua Angka 5 Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn disebutkan bahwa murtahin memiliki kewajiban untuk memperingatkan rahin agar melunasi hutangnya pada saat jatuh tempo. Pada prakteknya dalam prosedur penyelesaian barang jaminan jatuh tempo di BSM, BSM mengikuti ketentuan dari Fatwa DSN tersebut yaitu pihak perusahaan (Bank) diwajibkan untuk menghubungi para Nasabah yang sudah jatuh tempo masa pinjamannya, minimal 7 (tujuh) hari sebelum jatuh tempo masa pinjamannya. Sebelum dilelang,

BSM memberikan kesempatan kepada Nasabah untuk melunasi sekaligus, mencicil, atau memperpanjang akad pinjamannya. 10 Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta telah sesuai dengan Fatwa DSN No.25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn dan Fatwa DSN No.26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas. Kesesuaian ini meliputi: rukun dan syarat sah yang sudah terpenuhi, biaya-biaya yang dikenakan sudah sesuai dengan aturan syariah, dan prosedur penyelesaian barang jaminan jatuh tempo sudah mengikuti petunjuk fatwa MUI. Hambatan-Hambatan yang Timbul dalam Pelaksanaan Gadai Emas dengan Sistem Syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta Hambatan-hambatan yang timbul dalam pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta dapat ditinjau dari: hambatan perbedaan pendapat hukum, hambatan dari nasabah dan pegawai, hambatan sarana pendukung, hambatan masyarakat, dan hambatan budaya. Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemukan dalam gadai emas akad rahn di BSM, penulis berpedoman pada lima faktor yang mempengaruhi bekerjanya hukum dari Soerjono Soekanto, yaitu sebagai berikut: pertama, faktor hukum itu sendiri, gadai emas dengan akad rahn dan akad ijarah, tidak termasuk transaksi yang dilarang, karena dalam transaksi pembiayaan tersebut akad rahn sebagai akad/perjanjian pokok, sedangkan akad ijarah sebagai akad/penjanjian asessoir; Selanjutnya yang kedua adalah faktor pelaksana akad: akad gadai emas di BSM hanya meliputi akad gardh, rahn, dan ijarah. Pelaku akad yaitu pihak 10 Bapak Gunawan Kresna D. Staf Pelayanan Gadai Emas BSM Cabang Surakarta. Wawancara tanggal 22 Februari 2015. Jam 14.30 WIB

nasabah dan BSM sering menghadapi hambatan dalam melaksasnakan isi akad dikarenakan nasabah (rahin) sering tidak memahami sepenuhnya akad yang telah disepakatinya; Ketiga, faktor masyarakat: gadai emas di BSM kurang disosialisasikan kepada masyarakat. BSM di mata masyarakat adalah tempat mendapatkan pembiayaan (hutang) berupa uang dengan jaminan harta tidak bergerak. Tempat yang lebih pas adalah pegadaian konvensional; Keempat, faktor budaya yaitu budaya tidak /kurang disiplin dalam membayar cicilan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Pertama, pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta adalah menggunakan akad Rahn serta akad Ijarah. Akad Rahn adalah akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan, sedangkan biaya pemeliharaan menggunakan akad ijarah; Kedua, pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syari ah Mandiri Cabang Surakarta sudah sesuai dengan kaidah hukum Islam dan prinsip syari ah tentang rahn emas. Gadai emas syariah di BSM sudah sesuai dengan prinsip syari ah tentang rahn emas. Hal ini karena pelaksanaan gadai emas di BSM berpedoman pada Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas yang pada prinsipnya menyatakan bahwa: murtahin (BSM) berhak menahan barang jaminan rahin (nasabah) sampai hutangnnya dilunasi.

Ketiga, hambatan yang timbul dalam pelaksanaan gadai emas dengan sistem syariah di Bank Syariah Mandiri Cabang Surakarta antara lain: perbedaan pendapat hukum Islam bahwa pemberlakuan satu transaksi dengan dua akad dilarang oleh Nabi Muhammad SAW, nasabah kurang memahami mekanisme akad rahn, nasabah yang tidak disiplin membayar angsuran, sehingga saat jatuh tempo emas yang digadaikan dilelang oleh pihak bank. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diberikan saran sebagai berikut: Pertama, bank syariah harus lebih mengedepankan konsep syari ah dalam melayani nasabah gadai emas sehingga tidak memberatkan nasabah. Untuk meningkatkan kepuasan nasabah, sebaiknya mengenai biaya-biaya yang timbul dari gadai emas syariah ini sebaiknya dijelaskan sebaik-baiknya kepada nasabah. Bank syariah harus menerapkan manajemen yang tepat dan baik, yaitu dengan pelayanan yang memuaskan, penambahan sumber daya manusia yang ahli dan trampil, strategi pemasaran yang jitu dan tepat sasaran, dan sebagainya. Hal yang juga penting diperhatikan adalah adanya kepastian hukum sehingga perlu disosialisasikan bahwa sengketa yang timbul antara bank syari ah dengan nasabahnya harus diselesaikan dengan Hukum Ekonomi Syariah yaitu melalui jalan perdamaian ataupun melalui Pengadilan Agama. Kedua, bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai pelaksanaan gadai syariah di bank lainnya.

DAFTAR PUSTAKA Buku: Anshori, Abdul Ghofur. 2005. Gadai Syariah di Indonesia: Konsep, Implementasi, dan Institusionalisasi. Cet. Pertama. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Antonio, Muhammad Syafi i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta, Gema Insani Press Djuwaini, Dimyauddin. 2008, Pengantar Fiqh Muaamalah, cet 1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hadi, Muhammad Sholikul. 2003. Pegadaian Syariah, Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Diniyah Hasbi, M. 2001. Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra. Kasmir. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan Lainya. Jakarta: Raja Grapindo Persada Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Tarsito Muhammad, Abdul Kadir. 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti MUI, 2006, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, Cet.3, Jakarta: Gaung Persada Press Muttaqien, Dadan. 2009, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah, cet 1, Yogyakarta: Safira Insani Press Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia Peraturan Perundang-undangan: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2000 tentang (PERUM) Pegadaian. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama (MUI) No. 25/DSN/MUI/III/2002 tentang Rahn (Gadai) Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia (MUI) No: 26/DSN-MUI/III/2002 tentang rahn emas