BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis keuangan yang terjadi baru-baru ini, menarik perhatian lebih dalam penerapan Good Corporate Governance (GCG). Menurut The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), corporate governance atau tata kelola perusahaan merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan harapan pemangku kepentingan (stakeholder). The Basel Committee on Banking Supervision (BCBS) (2006) dalam Meca et al. (2015) menunjukkan bahwa praktik tata kelola perusahaan yang efektif sangat penting untuk mencapai dan mempertahankan kepercayaan publik dan kepercayaan terhadap sistem perbankan, yang penting untuk berfungsinya sektor perbankan dan perekonomian secara keseluruhan. Bank lebih intens diatur untuk menghindari eksternalitas negatif dari 'risiko sistemik', bank juga membantu memfasilitasi pemerintahan yang lebih baik, dalam peran mereka sebagai kreditur atau sebagai pemegang saham (Caprio dan Levine, 2002). Oleh karena itu, bank yang memiliki peraturan yang baik juga menjadi agen penting untuk berfungsinya banyak perusahaan pada sektor non-keuangan dan dengan demikian, secara kolektif mempromosikan alokasi yang lebih efisien dari sumber daya di seluruh perekonomian. 1
2 Board pada bank memainkan peran penting dalam mencapai pemerintahan yang efektif. Ada kemungkinan board memainkan peran lebih penting sebagai mekanisme pemerintahan di bank daripada di non bank, karena perbankan memegang tanggung jawab meluas melewati pemegang saham kepada deposan dan regulator (Macey dan O'Hara, 2003). Oleh karena itu, regulator dan pembuat kebijakan bank juga menekankan pentingnya pemerintahan board bank. Beberapa negara di dunia menganut sistem corporate governance yang berbeda-beda sehingga struktur board pada perusahaan di tiap negara juga berbeda. Perusahaan di Indonesia menganut sistem two tier, yakni terdiri dari director sebagai pengelola dan commissioner sebagai pihak yang melakukan pengawasan. Board of director and commissioner, selain berperan sebagai pemberi saran (service/advisory role), mereka juga berperan sebagai mekanisme internal yang mengontrol (control role) manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham atau pemilik. Di negara-negara ASEAN seperti Malaysia atau Singapura pun, Board of Director digunakan untuk wakil pemegang saham yang bertugas mensupervisi Executives/Management Team. Berbeda halnya dengan Malaysia dan Singapura, Vietnam menggunakan Supervisory Board (setara komisaris di Indonesia) dan Board of Management, bukan Board of Director, untuk menunjuk manajemennya. Berbagai jenis keragaman dipertimbangkan sebelumnya dalam pemilihan board dan pada saat bekerja di dalam suatu lembaga, karena karakteristik seorang board ini sangat berpengaruh terhadap jalannya suatu aktivitas pada suatu lembaga. Pada dasarnya, keragaman karakteristik yang
3 dilihat pada seorang board ini berupa Gender, Kebangsaan, Usia, Pendidikan, Pengalaman, serta karakteristik lainnya yang merupakan sifat bawaan dari seorang calon board tersebut. Keragaman board of director and commissioner diukur dengan menggunakan kriteria-kriteria yang berkaitan dengan karakteristik demografi anggota board of director and commissioner. Gender diversity di dalam keanggotaan board merujuk pada tingkat keterwakilan wanita di dalam board of directors dan board of commissioners dan merupakan aspek penting dalam board diversity. Keberadaan wanita dalam jajaran board of director and commissioner menandakan bahwa perusahaan baik bank ataupun non-bank memberikan kesempatan yang sama bagi setiap orang untuk tidak diskriminasi, memiliki pemahaman yang luas mengenai pasar dan konsumen perusahaan, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan reputasi (legitimasi) dan nilai perusahaan baik bank ataupun non-bank. Penelitian yang dilakukan oleh (Carter, 2003) di AS memberikan hasil yang positif terhadap kinerja keuangan ini dikarenakan sikap kehati-hatian yang tinggi pada wanita, cenderung menghindari risiko dan lebih teliti dari pria, digunakan dalam pengambilan keputusan dan dengan adanya wanita di dalam jajaran board dikatakan dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan berisiko rendah. Di sisi lain terdapat penelitian yang bertolak belakang, Hambrick dan Mason (1984) menyatakan keragaman gender akan meningkatkan terjadinya konflik serta menyebabkan lambatnya dalam pembuatan risiko dan berpengaruh negatif terhadap perusahaan. Masih sedikitnya wanita yang ditempatkan di level puncak manajemen mungkin disebabkan adanya pandangan yang berbeda terhadap penyebab
4 kesuksesan yang diraih oleh pria dan wanita. Kesuksesan seorang pria dianggap karena kemampuan atau kecerdasan yang tinggi, sedangkan kesuksesan wanita dianggap sebagai keberuntungan. Hal ini yang menyebabkan proporsi wanita dalam anggota board of director and commissioner hanya sedikit. Board dengan kebangsaan asing yang bekerja pada budaya dan bahasa yang berbeda akan menyulitkan dalam penyampaian informasi kepada bawahan-bawahannya, terjadi miss communication dan mengakibatkan asimetri informasi. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti et al (2007) memberikan hasil yang negatif antara keberadaan etnis Tionghoa terhadap nilai perusahaan. Board dengan kebangsaan asing ini memberikan dampak negatif ketika mereka membawa kebiasaan atau cara bekerja mereka yang kurang sesuai dengan negara di mana dia bekerja sehingga memberikan efek buruk pada karyawan-karyawannya. Penelitian dengan hasil yang positif yaitu Carter et al (2003) di AS, Oxelheim & Randoy (2003) pada sampel perusahaan di Norwegia atau Swedia, dampak positif juga ditimbulkan seperti dapat meningkatkan inovasi karena terdapat heterogenitas ide serta pengalaman pada negara yang berbeda. Keragaman pada usia seorang board, secara langsung atau tidak akan mempengaruhi kinerja pada bank. Usia dianggap sebagai ukuran luas pengalaman dan sikap terhadap risiko. Hambrick dan Mason (1984) mendapatkan bukti bahwa, board yang lebih tua memiliki track record dalam dunia kepemimpian yang lebih banyak, lebih kaya pengalaman dan praktik yang terakumulasi dalam kompetensi berbasis keahlian. Board usia muda cenderung untuk melakukan strategi berisiko, memiliki jiwa kepemimpinan
5 yang masih bersemangat, berani dalam risk taking serta memiliki ide-ide yang up to date sehingga ketika diterapkan dapat bersaing dengan dunia saat ini. Board dengan pendidikan tinggi akan memiliki ide, inovasi yang lebih beragam serta akan merasa lebih percaya diri yang memberikan nilai tambah pada kepemimpinannya dibanding yang pendidikannya lebih rendah. Sebagaimana dikutip oleh Kusumastuti (2007) bahwa Board dengan pendidikan rendah, apabila memiliki pengalaman yang lebih banyak serta memiliki jiwa kepemimpinan yang cakap, akan menghasilkan output yang tidak kalah saing dengan board berpendidikan tinggi. Pendidikan pada dasarnya merupakan tolak ukur dalam menilai apakah seorang board ini pantas atau tidak, karena pendidikan merupakan suatu hal yang mudah dalam melihat kemampuan seorang board baik dari sisi edukatif maupun sosialnya. Penelitian ini unik karena meneliti efek dari keempat keragaman yaitu Gender, Nationality, Age, dan Education pada board dalam suatu bank, selain itu unik dalam meneliti efek empat keragaman ini terhadap bank performance di beberapa negara ASEAN mengingat negara-negara tersebut memiliki geografis, induk bahasa dan budaya yang sama, budaya kerja yang tidak terlalu berbeda serta memiliki tingkat index pertumbuhan yang hampir sama di tiap negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah board diversity penting secara lebih atau kurang di perusahaan perbankan go public di ASEAN sesuai karakteristik tiap negara ASEAN, serta menarik dengan melihat dari hasil-hasil penelitian sebelumnya bahwa terdapat banyak
6 pengaruh yang bertentangan di setiap keragaman yang digunakan dalam penelitian ini terhadap bank performance. Oleh karena itu, menarik untuk menguji dengan judul PENGARUH BOARD DIVERSITY TERHADAP BANK PERFORMANCE (Studi pada Perbankan Go Public di ASEAN). B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti mempunyai rumusan masalah. Adapun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh antara board diversity (Gender) terhadap bank performance di ASEAN? 2. Apakah terdapat pengaruh antara board diversity (Nationality) terhadap bank performance di ASEAN? 3. Apakah terdapat pengaruh antara board diversity (Age) terhadap bank performance di ASEAN? 4. Apakah terdapat pengaruh antara board diversity (Education) terhadap bank performance di ASEAN? C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka peneliti memiliki tujuan. Tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh board diversity (Gender) terhadap bank performance di ASEAN. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh board diversity (Nationality) terhadap bank performance di ASEAN. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh board diversity (Age) terhadap bank performance di ASEAN.
7 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh board diversity (Education) terhadap bank performance di ASEAN. D. MANFAAT PENELITIAN Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan maka manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan good corporate governance (GCG). 2. Melihat sejauh apa dan bagaimana pengaruh board diversity dapat mempengaruhi bank performance oleh pihak manajemen bank, pengambil kebijakan (OJK dan BI) yang kemudian dapat dijadikan acuan untuk tindakan lebih lanjut. 3. Menambah wawasan bagi para nasabah dalam menentukan keputusan investasi. 4. Menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan bagaimana board diversity dapat mempengaruhi bank performance.