BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB III GANGGUAN PADA JARINGAN LISTRIK TEGANGAN MENENGAH DAN SISTEM PROTEKSINYA

Sistem Listrik Idustri

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Monte Carlo, nilai yang didapat telah mencapai standar yang sudah diterapkan

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

RELE 220 V AC SEBAGAI OTOMATISASI CATU TEGANGAN PADA PEMUTUS BALIK ( RECLOCER) UNTUK KEANDALAN SISTEM PENYALURAN ENERGI LISTRIK

BAB III LANDASAN TEORI

dalam sistem sendirinya dan gangguan dari luar. Penyebab gangguan dari dalam

BAB II LANDASAN TEORI

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

KOORDINASI SISTEM PROTEKSI OCR DAN GFR TRAFO 60 MVA GI 150 KV JAJAR TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi salah satu penentu kehandalan sebuah sistem. Relay merupakan

2014 ANALISIS KOORDINASI SETTING OVER CURRENT RELAY

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap kondisi abnormal pada operasi sistem. Fungsi pengaman tenaga listrik antara lain:

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang tidak

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Analisa Penggunaan Recloser Untuk Pengaman Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi 20 kv Gardu Induk Garuda Sakti

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

MATERI SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB 2 GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DAN PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

JARINGAN GARDU INDUK DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Kata kunci hubung singkat, recloser, rele arus lebih

Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

GANGGUAN SISTEM DAPAT DISEBABKAN OLEH : KARENA KESALAHAN MANUSIA DARI DALAM / SISTEM ATAU DARI ALAT ITU SENDIRI DARI LUAR ALAM BINATANG

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TENGANGAN MENENGAH 20 KV

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PREVENTIVE PADA GARDU DISTRIBUSI JENIS BETON PELANGGAN UMUM TEGANGAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Listrik merupakan salah satu komoditi strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

Penentuan Kapasitas CB Dengan Analisa Hubung Singkat Pada Jaringan 70 kv Sistem Minahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Laptop/PC yang di dalamnya terinstal software aplikasi ETAP 12.6 (Electric

BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin lama akan semakin meningkat sejalan dengan

BAB III OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar diberbagai tempat yang letaknya jauh dari pembangkit tenaga listrik, maka penyampaian tenaga listrik dari tempat dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan teknis. Gambar proses penyaluran tenaga listrik ke pelanggan ditunjukkan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Proses penyaluran tenaga listrik ke pelanggan 5

6 Tenaga listrik dibangkitkan oleh pembangkit listrik kemudian dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer) yang ada di pembangkit listrik dan disalurkan melalui saluran transmisi tegangan ekstra tinggi dan saluran transmisi tegangan tinggi. Saluran transmisi tegangan ekstra tinggi dan tegangan tinggi di PLN mempunyai tegangan 500 kv dan 150 kv. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan (step down transformer) menjadi tegangan menengah (20 kv). Kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardugardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 220/380 Volt, lalu disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) PT PLN (Persero) melalui Sambungan Rumah (SR) serta alat pembatas daya dan kwh meter yang sekaligus merupakan titik akhir kepemilikan PT PLN (Persero). Pelanggan-pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat disambung melalui jaringan tegangan rendah melainkan disambungkan langsung pada jaringan tegangan menengah, bahkan ada pula yang disambung pada jaringan transmisi tegangan tinggi, tergantung besarnya daya tersambung. 2.2 Jaringan Distribusi Jaringan setelah keluar dari Gardu Induk biasa disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara pembangkit listrik dengan Gardu Induk biasa disebut jaringan transmisi. Jaringan distribusi dibagi menjadi dua yaitu distribusi primer dan distribusi sekunder.

7 a. Distribusi Primer, sering disebut Jaringan Tegangan Menengah (JTM) dengan tegangan operasi 20 kv. Jaringan Tegangan Menengah menghubungkan Gardu Induk dengan gardu distribusi dan antara gardu distribusi dengan gardu distribusi. Jaringan Tegangan Menengah ini ada yang disalurkan dengan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan ada yang disalurkan dengan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Biasanya daerah perkotaan menggunakan SKTM dengan saluran-saluran kabel bawah tanah sehingga tidak terlihat. b. Distribusi Sekunder, sering disebut Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dengan tegangan operasi 220/380 Volt. Jaringan Tegangan Rendah merupakan jaringan dari Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) sampai dengan Alat Pengukur dan Pembatas (APP). Jaringan Tegangan Rendah ini ada yang disalurkan dengan Saluran Udara Tegangan Rendah (SUTR) dan ada yang disalurkan dengan Saluran Kabel Tegangan Rendah (SKTR). Gambar 2.2 menunjukkan gambar jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder. Gambar 2.2. Jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder

8 2.3 Sistem Proteksi Distribusi Tenaga Listrik 2.3.1 Pengertian Sistem Proteksi Secara umum pengertian sistem proteksi ialah cara untuk mencegah atau membatasi kerusakan peralatan tehadap gangguan, sehingga kelangsungan penyaluran tenaga listrik dapat dipertahankan. Sistem proteksi penyulang tegangan menengah ialah pengamanan yang terdapat pada sel-sel tegangan menengah di Gardu Induk dan pengaman yang terdapat pada jaringan tegangan menengah. Penyulang tegangan menengah ialah penyulang tenaga listrik yang berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik tegangan menengah (6 kv 20 kv), yang terdiri dari : - Saluran udara tegangan menengah (SUTM) - Saluran kabel tegangan menengah (SKTM) 2.3.2 Tujuan Sistem Proteksi Gangguan pada sistem distribusi tenaga listrik hampir seluruhnya merupakan gangguan hubung singkat, yang akan menimbulkan arus yang cukup besar. Semakin besar sistemnya semakin besar gangguannya. Arus yang besar bila tidak segera dihilangkan akan merusak peralatan yang dilalui arus gangguan. Untuk melepaskan daerah yang terganggu itu maka diperlukan suatu sistem proteksi, yang pada dasarnya adalah alat pengaman yang bertujuan untuk melepaskan atau membuka sistem yang terganggu, sehingga arus gangguan ini akan padam. Adapun tujuan dari sistem proteksi antara lain : Untuk menghindari atau mengurangi kerusakan akibat gangguan pada peralatan yang terganggu atau peralatan yang dilalui oleh arus gangguan.

9 Untuk melokalisir (mengisolir) daerah gangguan menjadi sekecil mungkin. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik dengan keandalan yang tinggi kepada konsumen. Serta memperkecil bahaya bagi manusia. 2.3.3 Persyaratan Kerja Sistem Proteksi Untuk memenuhi persyaratan diatas maka relai proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Selektif (selective) Artinya suatu relai proteksi adalah bertugas mengamankan suatu alat atau bagian dari sistem tenaga listrik dalam jangkauan pengamanannya. Letak pemutus tenaga (PMT), sedemikian rupa sehingga setiap bagian dari sistem dapat dipisahkan. Maka tugas dari relai adalah mendeteksi adanya gangguan yang terjadi pada daerah pengamannya, dan memberi perintah untuk membuka PMT, dan memisahkan bagian dari sistem yang terganggu. 2. Andal (reability) Dalam keadaan normal, yaitu bila tidak terjadi gangguan relai tidak boleh bekerja, mungkin berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Tetapi bila pada suatu saat ada gangguan, maka relai harus bekerja, dan dalam hal ini relai tidak boleh gagal bekerja, karena pemadaman akan meluas. Disamping itu juga relai tidak boleh salah bekerja.

10 3. Cepat (speed) Waktu kerja relai cepat maksudnya ialah makin cepat relai bekerja, maka tidak hanya dapat memperkecil kerusakan akibat gangguan, tetapi juga dapat memperkecil kemungkinan meluasnya gangguan. 4. Peka (sensitive) Relai dikatakan peka bila dapat bekerja dengan masukan (input) dari besaran yang dideteksi kecil. Jadi relai dapat bekerja pada awal terjadinya gangguan. 5. Ekonomis dan sederhana Dalam menentukan relai pengaman yang akan digunakan harus ditinjau techno-ekonomisnya. Misalnya untuk sistem distribusi tegangan menengah yang diperlukan relai yang rumit dan sangat cepat bekerjanya, atau misalnya trafo distribusi yang hanya 1000 KVA menggunakan relai differensial. 2.3.4 Jenis-jenis Alat Proteksi Distribusi 2.3.4.1 Recloser. adalah alat pengaman arus lebih yang bisa diatur waktu saat memutus arus lebih serta menutup secara otomatis dan mengalirkan tegangan kembali pada saluran. Fungsi recloser terhadap gangguan permanen adalah memisahkan daerah / jaringan yang terganggu dari system secara cepat serta memperkecil daerah pemadaman. Sedangkan fungsi recloser terhadap gangguan sesaat adalah memisahkan daerah terganggu, apabila gangguan tersebut sudah hilang maka recloser akan

masuk lagi (reclose) dengan interval waktu reclose yang tergantung dari settingnya. 11 Gambar 2.3. Recloser Cara Kerja Recloser Recloser merasakan adanya arus gangguan, relay mengaktifkan Tripping Coil. Bila gangguan yang terjadi adalah Temporer maka dalam beberapa saat (tergantung setting waktu relay antara trip reclose) recloser akan masuk kembali setelah gangguan temporer hilang. Jika gangguan yang terjadi adalah Permanen, maka recloser akan reclose sebanyak beberapa kali (tergantung setting relay) sampai akhirnya lock out dan mengisolasi gangguan. Tetapi jika terjadi arus gangguan permanen dengan arus yang sangat besar (tergantung setting arus, maka recloser tersebut akan mengunci dalam keadaan open tanpa reclose (lock out). 2.3.4.2 Sectionalizer - Load Break Switch (LBS) Motorized Adalah alat pemutus beban yang dapat dioperasikan dari jarak jauh (remote) yang diintegrasikan ke dalam sistem SCADA yang dilengkapi sistem operasi elektrik menggunakan mekanisme operasi motor.

12 Untuk dioperasikan jarak jauh maka peralatan LBS harus dilengkapi dengan peralatan RTU, dalam keadaan darurat LBS dapat dioperasikan secara manual dengan menggunakan hook-stick (stick 20 kv). Gambar 2.4. Sectionalizer Prinsip Kerja Sectionalizer LBS motorized Operasi LBS motorized dikoordinasikan dengan recloser sehingga saat terjadi gangguan di zone LBS maka LBS hanya merasakan arus gangguan tersebut dan diteruskan ke recloser sehingga recloser bekerja membuka dan LBS juga membuka, saat recloser menutup kembali maka tegangan dialirkan sampai di LBS sehingga zone LBS terisolasi (LBS tetap terbuka). Syarat bekerjanya sectionalizer ini adalah harus terpenuhi dua syarat : 1. sectionalizer dilalui dan merasakan arus gangguan berapapun besarnya (sesuai setting arus) tapi tidak trip dan meneruskannya ke jaringan di atasnya. 2. sectionalizer akan trip ketika tegangan di jaringan tidak ada yaitu setelah recloser atau relay penyulang jatuh. Oleh karena itu pemasangan sectionalizer di penyulang yang tidak terdapat Recloser, akan selalu menjatuhkan penyulang.

13 2.3.4.3 Automatic Sectionalizer Switch - (LBS FAI) Adalah alat yang berfungsi sebagai Circuit Breaker dengan tingkat kapasitas pemutusan rendah, mengisolasi gangguan secara otomatis dan sebagai saklar pemutus beban, sehingga ASS merupakan alat yang berguna untuk memberikan peningkatan kualitas keandalan sistim distribusi. Pada umumnya kapasitas kemampuan maksimum sectionalizer rendah sehingga lebih sesuai jika dipasang pada percabangan atau main line dengan beban yang tidak terlalu tinggi. Gambar 2.5. LBS FAI Deskripsi ASS LBS FAI ASS (LBS FAI) dapat berfungsi trip secara otomatis bila gangguan yang terjadi < 800 A dengan kurva karakteristik Time Current Curve (TCC)- standard Invers. Apabila terdapat gangguan > 800 A maka secara otomatis ASS mengunci diri untuk tidak Trip, dan meneruskan gangguan tersebut sehingga peralatan Circuit Breaker Outgoing atau Recloser yang trip mengisolasi gangguan. ASS dapat pula dioperasikan secara manual sebagai saklar ON/OFF sehingga berfungsi sebagai LBS.

14 Secara garis besar ASS dapat berfungsi sebagai: 1. Circuit Breaker otomatis dengan karakteristik kurva TCC 2. Pengisolasi gangguan dikoordinasikan dengan Recloser / Circuit Breaker. 3. Indikator Gangguan. 4. Saklar pemutus arus otomatis atau manual. 2.3.4.4 Circuit Breaker Out (CBO) Adalah salah satu jenis MV CELL yang dilengkapi Current Transformer, Circuit Breaker, Relay, Tripping Coil, dan Motor yang dipasang dalam gardu beton. Berfungsi sebagai alat pengaman arus lebih pada Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM) yang bisa diatur waktu saat memutus arus lebih secara otomatis karena gangguan hubung singkat atau beban overload (berdasarkan setting proteksi relaynya). Namun tidak dapat masuk secara otomatis sampai petugas mendatangi lokasi CBO untuk dinormalkan kembali. Fungsi Ciruit Breaker Out terhadap gangguan, baik gangguan permanen maupun gangguan temporer adalah adalah sama yaitu memisahkan daerah/jaringan yang terganggu dari system secara cepat serta memperkecil daerah pemadaman. Gambar 2.6. Circuit Breaker Out

15 Single Line Circuit Breaker Out Merk Merlin Gerin SM6 Circuit Breaker merk Merlin Gerin SM6 biasa disebut dengan istilah DM2. DM2 adalah salah satu jenis MV Cell Merlin Gerin SM6 yang memiliki fungsi sebagai circuit breaker isolasi ganda. MV Cell ini biasanya digunakan pada gardugardu distribusi sampai tegangan maksimal 24 KV.Posisi dari out going MV Cell DM2 dapat dipilih dari sisi kanan atau sisi kiri MV Cell DM2. Gambar 2.7. Single Line Circuit Breaker Out merk Merlin Gerin SM6. 2.4 Gangguan Pada Jaringan Distribusi Penyebab utama terjadinya pemutusan saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan pada sistem dimana apabila dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan. Jenis gangguan utama pada sistem tenaga listrik terutama dalam saluran transmisi dan distribusi ialah gangguan hubung singkat, yang mana gangguan hubung singkat ini terjadi akibat dari tembusnya bahan isolasi, kesalahan teknis, polusi debu dan pengaruh alam disekitar saluran transmisi dan distribusi tenaga listrik.

menjadi : Bila dilihat dari waktu lamanya terjadi gangguan, maka dapat dikelompok 16 Gangguan sementara (temporer) Gangguan permanen (stationer) Untuk gangguan temporer ditandai dengan normalnya kembali kerja dari PMT setelah dimasukan kembali. Sedangkan untuk gangguan permanen ditandai dengan jatuhnya PMT setelah dimasukan kembali, biasanya dimasukan sampai tiga kali. Gangguan permanen dapat disebabkan karena adanya kerusakan pada peralatan sistem tenaga listrik, sehingga gangguan ini baru dapat diatasi setelah kerusakan pada peralatan tersebut sudah diperbaiki. Bila ditinjau dari macamnya, gangguan hubung singkat dapat dibedakan menjadi : - Gangguan hubung singkat tiga fasa Gambar 2.8. Gangguan hubung singkat tiga fasa - Gangguan hubung singkat dua fasa Gambar 2.9. Gangguan hubung singkat fasa ke fasa

17 - Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah Gambar 2.10. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah Gangguan hubung singkat ini akan mengakibatkan arus lebih pada fasa yang terganggu, dimana arus gangguan itu mempunyai nilai yang lebih besar dari arus maksimum yang diijinkan pada peralatan tersebut. Sistem distribusi tegangan menengah terdiri dari dua macam, yaitu gangguan Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) dan Saluran Kabel Tegangan Menengah (SKTM). Macam-macam gangguan yang terjadi pada SUTM dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Gangguan yang bersifat temporer, yang dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutuskan sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya dengan recloser. Gangguan yang bersifat permanen, dimana untuk membebaskanya diperlukan tindakan perbaikan dan atau menyingkirkan gangguan tersebut, sehingga gangguan ini menyebabkan pemutusan tetap. Penyebab gangguan pada SUTM dapat berasal dari dalam sistemnya sendiri dan gangguan dari luar.

18 Penyebab gangguan dari dalam SUTM antara lain adalah : - Tegangan lebih dan arus tak normal - Pemasangan tidak baik - Penuaan - Beban lebih - Kegagalan kerja peralatan pengaman Gangguan dari luar untuk SUTM antara lain : - Angin yang menyebabkan dahan/ranting pohon mengenai SUTM. - Surja petir - Kegagalan atau kerusakan peralatan pada saluran - Hujan dan cuaca - Binatang dan benda-benda lain, misalnya benang Macam-macam gangguan pada SKTM sifatnya permanen, dimana untuk membebaskannya diperlukan tindakan perbaikan dan atau menyingkirkan gangguan tersebut. Penyebab gangguan dari dalam antara lain adalah : - Tegangan lebih dan arus tak normal - Pemasangan tidak baik - Penuaan - Beban lebih - Kegagalan kerja peralatan pengaman

19 Penyebab dari luar antara lain : - Gangguan mekanis karena pekerjaan galian saluran lain - Kendaraan yang lewat diatasnya - Surja petir lewat saluran udara - Binatang