BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebelumnya hanya menerima 30 kasus (Muchtar,2008). Data populasi kenakalan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

A. LatarBelakangMasalah

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

FAJAR DWI ATMOKO F

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB II TINJAUAN TEORI. yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

POLA KONTROL SOSIAL KELUARGA REMAJA PUTRI BERISIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. masa depan bangsa dan generasi penerus cita-cita bangsa.

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. banyak hal baru yang belum pernah dilakukan saat masa kanak-kanak.

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Dunia ini tidak pernah lepas dari kehidupan. Ketika lahir, sudah disambut

PENYIMPANGAN SOSIAL, DAMPAK DAN UPAYA PENCEGAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. karenaremaja pada umumnya berada pada masa badai dan tekanan (Arnett, 1999

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah moral yang terjadi sekarang ini jauh lebih kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada tahap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Call Center : 129 : tesa.bali Blog : tesabali.wordpress.com Twiter TESA 129 BALI 2

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting di dalam suatu kehidupan. manusia. Teori Erikson memberikan pandangan perkembangan mengenai

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA SISWA SMP NEGERI 4 CEPU S K R I P S I. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU DELINKUEN PADA REMAJA SMA NEGERI 1 POLANHARJO. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan peralihan transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa. Hal ini tercermin dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan tempat awal kontak anak dalam anggota keluarga (ibu dan

BAB III METODE PENELITIAN. dan Effendi (1995) penelitian eksplanatory yaitu tipe penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

JURNAL. Oleh: LAILAFIL FITRIANA NPM: Dibimbing Oleh : 1. Drs. Setya Adi Sancaya, M.Pd. 2. Santy Andrianie, M.Pd.

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kenakalan pada anak merupakan sebuah perilaku yang sering kali di keluhkan oleh orang tua ataupun keluarga. Anak dikatakan nakal ketika ia melakukan suatu perilaku yang melanggar dari norma aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan, termasuk keluarga. Dalam kurun waktu 4 tahun terakhir, Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) menangani 69 kasus kenakalan anak, yang dalam perkiraan sebelumnya hanya menerima 30 kasus (Muchtar,2008). Data populasi kenakalan anak di Indonesia pada tahun 2009 berkisar 193.115 anak (DEPSOS, 2010). Jika juvenile delinquency secara umum dalam literature barat diartikan sebagai suatu perilaku atau tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak maka definisi kenakalan yang berkembang di Indonesia adalah perilaku menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku secara umum dimana kenakalan itu bisa berupa; bolos sekolah, berbohong, mencuri dan merampas barang milik orang lain, perilaku ugal-ugalan, kebut-kebutan di jalan raya, mabuk-mabukan, tawuran antar sekolah dan lain sebagainya (Kusumah,2006). Kenakalan anak ini begitu banyak bentuknya, dalam penelitian di eks karisidenan Surakarta pada tahun 2010 (Anganthi, Purwandari & Purwanto, 2010) menujukkan pola perilaku kenakalan anak pada usia SMP, sebagai berikut. 1

2 Tabel 1. Pola Perilaku Kenakalan Remaja Ditinjau dari Variabel Pendidikan (SMP) No Perilaku Kenakalan Item Frekuensi Perilaku Urutan 1 Mabuk 10 42 Ranking 1 2 Mencontek 8 39 Ranking 2 3 Berbuat jahil 2 30 Ranking 3 4 Berkelahi 1 27 Ranking 4 5 Mencorat-coret 9 24 Ranking 5 6 Memalak 6 23 Ranking 6 7 Berjudi 7 20 Ranking 7 8 Kebut kebutan 5 19 Ranking 8 9 Mencuri 14 13 Ranking 9 10 Melecehkan 15 10 Ranking 10 11 Menganiaya 13 8 Ranking 11 Dari data ini terlihat bahwa mabuk-mabukan merupakan perilaku dengan rating tertinggi di usia SMP. Disusul dengan perilaku yang lain yaitu mencontek dan berbuat jahil. Bentuk lain dari kenakalan anak salah satunya yaitu penggunaan Narkoba. Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus pemakaian narkoba oleh pelaku dengan tingkat pendidikan SD hingga tahun 2007 berjumlah 12.305. Data ini begitu mengkhawatirkan karena seiring dengan meningkatnya kasus narkoba khususnya di kalangan usia muda dan anak-anak, penyebaran HIV/AIDS semakin meningkat dan mengancam (Chosiyah,2009). Semakin meningkatnya kasus kenakalan anak ini, baik secara umum maupun secara khusus, seperti kasus penggunaan Narkoba tersebut, tidak lepas dari peranan pihak keluarga. Hubungan antara anak dan orang tua sangatlah berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan perilaku anak. Nilai-nilai yang ditanamkan kepada anak dapat saja di langgar oleh anak hingga anak mendapat

3 predikat sebagai anak nakal. Banyak faktor yang berasal dari keluarga yang mempengaruhi terbentuknya perilaku nakal pada anak, antara lain yaitu, kemampuan pengasuhan orang tua, pengawasan orang tua, pola asuh yang di terapkan pada anak dan maltreatment pada anak (Regoli & Hewitt, 2003). Penelitian yang dilakukan Petterson, DeBaryshe & Ramsey (dalam Regoli, 2003) menunjukan bahwa dengan mengetahui cara pengasuhan anak, dapat pula dilihat bentuk kenakalan anak dimasa yang akan datang. Sedangkan Gottfredson & Hirschi (dalam Regoli & Hewitt, 2003) berpendapat bahwa untuk membangun self-control pada anak guna mencegah perilaku nakal orang tua hendaknya memantau perilaku, mengatasi problematika yang ada pada anak dan memastikan adanya konsekuensi terhadap perilaku tersebut. Mangusdin (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa salah satu sebab kenakalan adalah sikap orang tua dalam mendidik anaknya. Mereka yang orang tuanya otoriter sebanyak lima responden (16,6%), overprotection tiga responden (10%), kurang memperhatikan 12 responden (40%), dan tidak memperhatikan sama sekali 10 responden (33,4%). Dari tabel korelasi diperoleh data seluruh responden yang orang tuanya tidak memperhatikan sama sekali melakukan kenakalan khusus dan orang tua yang kurang memperhatikan 11, dari 12 responden melakukan kenakalan khusus. Dari kenyataan tersebut ternyata peranan keluarga dalam pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan anak. Meskipun keluarga merupakan tempat penanaman nilai primer dalam diri anak, namun demikian kepercayaan pada sebuah ikatan terdapat lingkungan

4 sosial lain di luar keluarga yang akan pula membentuk nilai baru dalam diri anak, disamping nilai keluarga yang telah ada sebelumnya yang terbentuk dalam keluarga. Dalam hal ini keluarga akan berfungsi sebagai pengawas terhadap apa yang dilakukan oleh anak mereka dan juga siap membantu anak ketika mendapatkan kendala dalam lingkungan sosialnya (Brank, 2008). Teori kontrol sosial menunjukkan bahwa pola perilaku prososial anakanak berkembang karena mereka melekatkan diri pada lingkungan sosialnya, seperti sekolah dan keluarga. Pola perilaku antisosial berkembang ketika seorang anak hanya sedikit atau tidak sama sekali memiliki kelekatan terhadap nilai-nilai konvensional lingkungannya tersebut dan oleh karena itu, makin kecil pula kemungkinan anak dalam meniru dan mengintegrasikan perilaku prososial yang dipromosikan oleh kelompok sosial dan masyarakat secara keseluruhan (Booth, dkk, 2008). Kenakalan yang dikaji dengan teori belajar sosial menunjukkan bahwa pola-pola perilaku menyimpang berkembang saat perilaku antisosial terus dilakukan tanpa ada hukuman atau dihargai (Akers dalam Regoli & Hewitt, 2003). Teori kontrol diri (Gottfredson & Hirschi dalam Regoli & Hewitt, 2003) berpendapat pengendalian diri yang diperlukan bagi individu untuk menahan diri dari mengejar manfaat langsung jangka pendek dari perilaku kriminal. Teori-teori ini kompatibel dalam pengakuan mereka tentang relevansi orang tua sebagai socializers primer. Terdapat dua kategori dasar yang sangat umum dalam tahapan kehidupan: childhood masa kanak-kanak dan adulthood masa dewasa. Pemberian kategori

5 ini merupakan pemaknaan masyarakat terhadap lingkungan, berdasarkan umur dan kemapanan manusia serta harapan peran. Berbeda dengan orang dewasa, anak adalah status yang melekat kepada diri manusia yang masih menjalani fase pertumbuhan dan pencarian jati diri. Anak merupakan golongan manusia yang berada di bawah umur, belum akil baligh, dianggap belum mengerti dirinya serta lingkungannya dengan baik serta belum mengerti tentang tanggung jawab yang dimiliki oleh orang dewasa umumnya. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya, karena anak lahir dengan segala kelemahan sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Berdasarkan Konvensi Hak-hak Anak yang disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989, Bagian 1 Pasal 1, yang dimaksud Anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal. Berdasarkan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Sedangkan menurut WHO, batasan usia anak antara 0-19 tahun (www.dinkes.tulungagung.go.id). Pada masa ini pun berbagai perilaku dan karakter berkembang dalam diri anak, perilaku yang muncul dalam masa ini pun di pengaruhi oleh berbagai faktor.

6 Antara lain orang tua dan lingkungan. Namun, dalam masa awal perkembangan, orang tua memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan anak. Snyder (dalam Flores 2003) mendapatkan data prosentase mengenai riwayat perilaku delinquent berdasarkan usianya, yaitu : Grafik 1. Usia Kemunculan Perilaku delinquen 40 35 30 25 20 15 10 5 0 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Usia kemunculan perilaku delinquen Data Snyder tersebut di atas dimuat dalam buletin Child Deliquency, yaitu buletin yang dikeluarkan oleh Departemen Kehakiman di Amerika Serikat, namun Snyder tidak menyebutkan macam atau bentuk perilaku kenakalan apa yang dilakukan oleh anak. Tampak bahwa kemunculan pertama kenakalan anak adalah pada usia tujuh tahun hingga masa remaja. Pada masa ini, anak masih berada dalam pengawasan orang tua sebagai keluarga dalam masa perkembangannya. Kedudukan dan fungsi suatu keluarga dalam kehidupan anak bersifat primer dan fundamental. Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih berada dalam bimbingan tanggung jawab orangtuanya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi menepati kedudukan yang primer dan

7 fundamental, oleh sebab itu keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan tindak kekerasan kepada anakanaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok perilaku yang negatif (Asfriyati, 2003). Unit sosial pertama dan terpenting yang mempengaruhi perkembangan anak adalah keluarga, hal ini merupakan lingkungan sosial pertama untuk anak. Sosialisasi merupakan proses dimana anak mempelajari cara bersosialisasi dalam kelompok kecil ataupun sebagai sebuah kelompok sosial sehingga ia memiliki fungsi di dalamnya. Individu mempelajari perilaku, sikap, dan aturan sosial dari sosialisasi yang telah ada sebelumnya yaitu berasal dari tipikal orang tua dan anggota keluarga yang lain (Elkin & Handel dalam Regoli & Hewitt, 2003). Orang tua serta anggota keluarga lainnya bukanlah makhluk yang terisoalasi, melainkan makhluk sosial, maka nilai-nilai lain pun masuk kedalam suatu keluarga, seperti tipe kepribadian, nilai agama, nilai budaya, suku, politik dan sebagainya, yang merupakan nilai sosial yang ada di lingkungan sekitar keluarga (Calhoun, Light & Keller dalam Regoli & Hewitt, 2003). Sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan sekolah pertama bagi seorang anak. Semakin banyaknya kasus kriminal yang berawal dari pola perilaku kenakalan anak inilah yang membuat peneliti mengadakan penelitian yang ingin mengungkapkan pandangan keluarga mengenai kenakalan anak ini. Diharapkan

8 dari beberapa pengungkapan tentang kenakalan anak ini dapat membukakan wawasan orang tua dan masyarakat mengenai bagaimana sebenarnya pola kenakalan anak itu terbentuk sehingga nantinya pola ini dapat dikendalikan dan dapat mengurangi kenakalan pada anak dengan mengetahui dinamika kenakalan anak ini didalam keluarga. Alasan inilah yang mendasari peneliti dalam menyusun skripsi dengan judul Kenakalan Anak dalam Konteks Keluarga B. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Dinamika keluarga dalam pembentukan kenakalan anak. 2. Pandangan anak mengenai kenakalan anak. 3. Pandangan saudara kandung mengenai kenakalan anak. 4. Pandangan orang tua mengenai kenakalan anak. C. Manfaat 1. Bagi anggota keluarga (anak, orang tua dan saudara) dan pendidik, dapat menjadi informasi tentang kenakalan anak dan menjadi acuan dalam pencegahan dan penanggulangannya. 2. Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharap dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi mengenai kenakalan anak.