EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

dokumen-dokumen yang mirip
MARKETING EFFICIENCY OF PARTNERSHIP SCHEME BROILERS AT SUBDISTRICT KEPUNG KEDIRI REGENCY. Ahmad Zubaidi Adi Ana, Budi Hartono 1 dan Hari Dwi Utami 2

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

EFFICIENCY MARKETING ANALYSIS OF HONEY BEE IN PASURUAN

MARKETING ANALYSIS OF SMALL AND LARGE BROILER FARMING ON SINAR SARANA SENTOSA PARTNERSHIP SCHEME AT MALANG REGENCY

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAMBU AIR DI DESA MRANAK KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK SKRIPSI. Oleh ZAKKIYATUS SYAHADAH

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Brawijaya, Jl. Veteran Malang

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

IV. METODE PENELITIAN

EFISIENSI PEMASARAN SUSU PASTEURISASI DI CV. CITA NASIONAL KABUPATEN SEMARANG. P. S.A. Sihombing, T. Ekowati, W. Sumekar

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

BAB IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ABSTRAK. Kata Kunci: Pola saluran pemasaran; marjin pemasaran; efisiensi pemasaran ABSTRACT

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

IV. METODOLOGI PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK SIAM DI KECAMATAN TEBAS KABUPATEN SAMBAS

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BELIMBING MANIS (AVERRHOA CARAMBOLA) (STUDI KASUS DI DESA MOYOKETEN, KECAMATAN BOYOLANGU, KABUPATEN TULUNGAGUNG)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR HJ. SARI INTAN DI DESA POTOYA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PENJUALAN AYAM RAS PEDAGING DI PASAR MASOMBA KOTA PALU

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

Distribusi Penjualan Telur Itik.Agnes Debora Hutabarat

SISTEM PENYALURAN BERAS KOMERSIL MELALUI SALURAN RUMAH PANGAN KITA DI PT XYZ LAMPUNG. Pangan Kita in PT XYZ Lampung)

ANALISIS PEMASARAN BIJI JAMBU METE DI KABUPATEN ALOR TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

KAJIAN RANTAI PASOK BERAS DI DISTRIK TANAH MIRING KABUPATEN MERAUKE ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BERAS ORGANIK DI KABUPATEN SRAGEN Ragil Saputro, Heru Irianto dan Setyowati

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

BAB III MATERI DAN METODE

KAJIAN POLA SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN AYAM SENTUL

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KARAKTERISTIK PEMASARAN AYAM BROILER PADA BEBERAPA SKALA PEMELIHARAAN DI KOTA KUPANG

Analisis Biaya dan keuntungan...simon pardede

Transkripsi:

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2) 1. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang 2. Dosen Bagian Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui saluran pemasaran telur di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri dan efisiensi pemasaran. Penelitian ini telah dilakukan selama satu bulan, Februari hingga Maret untuk 2014 di Ringinrejo Kecamatan Kediri Kabupaten. Penelitian telah dilakukan dengan metode survei. Sampel terdiri dari petani (produsen) dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses distribusi pemasaran telur. Sampel produsen diambil menggunakan metode "purposive sampling" berdasarkan kriteria kepemilikan skala, sedangkan sampel lembaga pemasaran yang diambil oleh metode pencarian. Responden termasuk 16 peternak, 3 pedagang, besar 10 pedagang menengah dan 20 pedagang pengecer. Data primer dan sekunder yang dikumpulkan untuk penelitian ini. Analisis data menggunakan share peternak, biaya pemasaran, rasio keuntungan peternak dan bagian laba dari masing-masing saluran pemasaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga saluran pemasaran I): peternak (produsen) pedagang besar pedagang menengah pedagang pengecer konsumen akhir, II): peternak (produsen) pedagang besar pedagang pengecer konsumen akhir dan saluran pemasaran III): peternak (produsen) pedagang besar konsumen akhir. Saluran pemasaran yang paling efisien adalah pola saluran pemasaran III berdasarkan kriteria berikut margin pemasaran Rp. 1.900,-, bagian yang diterima peternak 87,74%, bagian keuntungan 77,44% dan rasio keuntungan 3,4. Kata kunci : Efisiensi pemasaran, telur ayam, share keuntungan, rasio keuntungan dan biaya. MARKETING EFFICIENCY OF CHICKEN S EGG IN RINGINREJO SUB DISTRICT KEDIRI REGENCY Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2) 1. Student at Faculty of Animal Husbandry, Brawijaya University. 2. Lecturer at Social Economic Department Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University. ABSTRACT The purpose of this research was to investigate the egg marketing channels at Sub District of Ringinrejo Kediri regency and its marketing efficiency. This research had been done during one month, Februari until to Maret 2014 in Ringinrejo Sub District Kediri Regency. Research had been done with the method of survey. Sample consisted of farmers (producer) and the medium institute in marketing distribution of egg s layer. Sample of producer taken by "purposive sampling" based on criteria of scale ownership, while sample of the marketing institute taken by search method. Respondents included 16 farmers, 3 wholesalers, 10 trader and 20 retailer. Primary and secondary data were collected for this research. Data were analysis using farmer s share, share marketing costs, total cost ratio and profit share of each of the marketing channels. Results of this study the indicated that three marketing channels showed that there were three I): farmers (producer) wholesalers - trader - retailer - consumers, II) : farmers (producer) - wholesalers trader - consumers and III) :

farmers (producer) - wholesalers - consumers. The most efficient marketing channel was a marketing channel pattern III based on the following criteria Rp. 1.900,- of the marketing margin, 87,74% of the farmer s share, 77,44% of the profit share and 3,4 of the ratio profit and cost share. Keywords: Marketing efficiency, chicken s egg, profit share, cost share and ratio. PENDAHULUAN Produk pangan yang berasal dari protein hewani merupakan bahan pangan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia selain pangan pokok berupa beras. Sudah sejak jaman dahulu masyarakat menyandingkan pangan pokok dengan protein hewani dengan tujuan untuk meningkatkan gizi. Protein asal ternak ini memiliki fungsi penting dalam kehidupan sehari-hari manusia karena mengandung berbagai asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan manusia. Peranan yang seperti ini tidak dapat digantikan oleh sumber protein nabati. Pangan hewani (daging, susu dan telur) sebagai sumber protein yang berfungsi untuk kecerdasan, memelihara stamina tubuh, mempercepat regenerasi sel dan menjaga sel darah merah (eritrosit) agar tidak mudah pecah. Untuk memenuhi kebutuhan hewani dan peningkatan income bagi peternak maka usaha pemerintah yang bersinergi dengan para peternak dalam mewujudkan pendayagunaan sebagian besar komoditi ternak dikembangkan, salah satunya adalah peternakan ayam ras petelur. Ayam ras petelur merupakan salah satu usaha sub sektor peternakan yang memiliki potensi dan peluang yang sangat besar dalam pengembangan sub sektor peternakan, ini disebabkan karena potensi pasarnya yang cukup cerah baik dalam negeri maupun untuk ekspor. Hal ini dapat dilihat pada struktur konsumsi daging dan telur nasional saat ini di mana pangsa daging ayam ras mencapai 55 % dan pangsa telur ayam ras sekitar 65 %, maka pengembangan perunggasan nasional khususnya ayam ras petelur ke depannya diharapkan mampu memasuki pasar internasional untuk merebut peluang yang ada. Ayam ras petelur merupakan ayam betina yang khusus diambil telurnya. Ayam petelur memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan ayam yang lain, kemampuan berproduksi ayam ras petelur ini cukup tinggi yaitu 250-280 butir/tahun, kemampuan ayam ras dalam memanfaatkan ransum pakan sangat baik dan periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, hal ini yang menjadikan salah satu dorongan bagi masyarakat untuk menjalankan usahanya dalam budidaya ayam ras petelur.

Kediri merupakan salah satu sentra peternakan ayam petelur penghasil telur di Jawa Timur. Ayam merupakan salah satu jenis unggas yang paling popular di masyarakat, selain itu ayam merupakan hewan yang sangat mudah diternakkan dengan modal biaya yang digunakan relatif kecil dibandingkan dengan ternak besar. Populasi peternakan ayam tersebar di kabupaten Kediri antara lain didaerah Pare, Puncu, Wates, Ringinrejo dan Kras. Dinas Peternakan Kabupaten Kediri (2013) menjelaskan bahwa produksi telur di Kabupaten Kediri mencapai 8.455.987 kg/tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa sektor peternakan tersebut menyajikan peluang yang dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk meningkatkan taraf ekonomi. Pemasaran telur yang dilakukan oleh produsen biasanya menggunakan berbagai lembaga pemasaran agar produk telur ayam ras sampai ke tangan konsumen. Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Proses ini memerlukan biaya pemasaran yang akan digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran, hal ini perlu adanya perhatian masalah efisiensi pemasaran agar telur sampai di tangan konsumen dengan harga yang wajar dan lembaga pemasaran yang terlibat masih mampu menjalankan fungsi pemasaran secara baik. Efisiensi pemasaran akan terjadi jika biaya pemasaran bisa ditekan sehingga ada keuntungan, pemasaran dapat lebih tinggi, persentase pembedaan harga yang dibayarkan konsumen serta produsen tidak terlalu tinggi dan tersedianya fasilitas fisik pemasaran. Efisiensi pemasaran tersebut adalah indikasi kesejahteraan para pelaku kegiatan ekonomi produksi pertanian meliputi produsen, lembaga pemasaran dan konsumen. Melalui efisiensi pemasaran terlihat perbedaan pendapatan produsen dengan biaya konsumen serta kelayakan pendapatan produsen dengan pendapatan pelaku pemasaran yang terlibat dalam kegiatan tataniaga. MATERI DAN METODE Lokasi penelitian ditentukan dengan cara purposive methode yaitu memilih lokasi penelitian dengan cara sengaja. Pertimbangan bahwa Kabupaten Kediri merupakan salah satu wilayah yang memiliki banyak peternakan ayam ras petelur. Penentuan lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian yaitu di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Materi pengambilan data lapang dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) dengan satuan kasusnya berupa efisiensi sistem pemasaran di

Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Moleong (2010) menjelaskan bahwa studi kasus dalam operasionalnya memiliki sesuatu atau mungkin juga lebih dari satu kejadian atau gejala sosial untuk diteliti dengan menerapkan serumpun metode. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran telur ayam ras dan tingkat efisiensi pemasaran yang ditinjau dari segi margin pasar, farmer share, share biaya pemasaran serta share keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran di Kecamatan Ringinrejo Kabupaten Kediri. Pengambilan sampel yaitu dengan purpusive sampling yaitu pengambilan sampel yang sengaja dipilih berdasarkan kriteria kepemilikan ternak. Responden peternak yang dipilih adalah peternak yang mempunyai poulasi ayam ras petelur lebih dari 2.000 ekor, terdapat 16 orang peternak yang memiliki kepemilikan ternak diatas 2.000 ekor. Kecamatan Ringinrejo merupakan salah satu produsen telur ayam ras terbanyak di Kabupaten Kediri. Sampel pedagang adalah orang-orang yang terlibat dalam mendistribusikan telur ayam ras hasil produksi dari peternak hingga ke konsumen akhir. Pedagang perantara ditentukan dengan metode penelusuran yaitu dengan menelusuri semua pedagang yang terlibat dan yang mengambil telur ayam ras hasil produksi produsen sampel di daerah penelitian mulai dari pedagang besar sebanyak 3 orang, pedagang menengah sebanyal 10 orang dan 20 orang pedagang pengecer. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden produsen dan responden lembaga pemasaran (pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang pengecer) berdasarkan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diambil dari lembaga/instansi yang terkait dengan masalah penelitian. Data primer antara lain meliputi identitas responden, penentuan harga jual dan harga beli, pola saluran pemasaran, biaya pemasaran dan keuntungan usaha, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung dari responden misalnya data jumlah populasi ayam ras di kecamatan Ringinrejo yang didapatkan dari Dinas Peternakan Kabupaten Kediri. Identifikasi masalah margin pemasaran, share harga yang diterima produsen, share biaya pemasaran dari lembaga pemasaran, share keuntungan lembaga pemasaran dan ratio keuntungan dan biaya lembaga pemasaran dianalisis dengan metode deskriptif berdasarkan survei di daerah penelitian dengan melihat dan menganalisis: a. Jenis-jenis saluran pemasaran serta volume pemasaran pada masing-masing

saluran pemasaran yang terdapat di daerah penelitian. b. Fungsi-fungsi pemasaran yang digunakan oleh pedagang. c. Untuk mengetahui pola distribusi pemasaran telur dianalisis dengan mengikuti jalur pemasaran produk telur ayam ras dari produsen sampai konsumen. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang diterima oleh peternak penghasil dengan harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir, sehingga secara sistematis margin dapat ditulis sebagai berikut 1. Analisis Margin Pemasaran MP Pr Pf Atau MP Bpi n Bpi n i 1 i 1 n i 1 bij Kpi Pij Pbi Keterangan: MP Pr Pf Bpi Kpi Pij Kpi n i 1 bij = Margin pemasaran (Rp/kg); = Harga konsumen (Rp/kg); = Harga produsen (Rp/kg); = Biaya lembaga pemasaran ke i(rp/kg); = Keuntungan pemasaran ke i (Rp/kg); = Harga jual lembaga pemasaran ke i (Rp/kg); Pbi Bij = Harga beli lembaga pemasaran ke i (Rp/kg); = Biaya pemasaran lembaga pemasaran ke i dari berbagai jenis biaya dari biaya ke j = 1 sampai ke n. 2. Analisis Harga yang Diterima Peternak harga yang diterima peternak merupakan proporsi dari harga yang diterima peternak terhadap biaya yang dibayar konsumen akhir (Fanani, 2002): Pf SPf Pr x100% Keterangan: SPf = harga di tingkat peternak Pf Pr = Harga di tingkat peternak (Rp/kg). = Harga di tingkat konsumen (Rp/kg). 3. Analisis Biaya Pemasaran dan Keuntungan Lembaga Pemasaran biaya dan share keuntungan pemasaran dapat dihitung dengan rumus: Keterangan: Sk i ( Ki) /(Pr Pf ) x100% Sb i ( Bi) /(Pr Pf ) x100% Sk i = keuntungan lembaga pemasaran ke-i. Sb i = biaya pemasaran ke-i. Efisiensi pemasaran adalah dengan melihat perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran

dibanding dengan biaya pemasaran dari masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perbandingan share keuntungan dan share biaya pemasaran tidak merata maka belum tercapai efisiensi harga. 2. Angka perbandingan share keuntungan dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran merata, maka sistem pemasarannya dikatakan efisien. 3. Perbandingan share keuntungan biaya dari masing-masing lembaga yang terlibat dalam proses pemasaran merata dan cukup logis, maka sistem pemasaran dikatakan efisien. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis pola pemasaran telur di lokasi penelitian Peternak sebagai produsen telur ayam ras di daerah penelitian dalam memasarkan produknya sampai di tangan konsumen menggunakan berbagai pola pemasaran. Pola saluran pemasaran yang banyak digunakan oleh peternak adalah saluran distribusi panjang, yaitu melalui pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang eceran. Pola-pola pemasaran yang digunakan dapat diilustrasikan sebagai berikut: Saluran Pemasaran Pola I Peternak ayam ras petelur Konsumen akhir Rp. 13.600,- /kg 79,07 % Gambar 1. Saluran pemasaran pola I Produsen menjual telur kepada pedagang besar dengan harga Rp. 13.600,- /kg dengan kapasitas telur rata-rata per bulan 15.000 kg, kemudian dari harga tersebut dijual kembali oleh pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp. 14.800,-/kg dengan kapasitas rata-rata per bulannya 9800 kg, lalu pedagang menengah dijual kembali kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 15.850,- dengan kapasitas rata-rata pnerimaan tiap bulan dari pedagang menengah sebanyak 1.210 kg, selanjutnya pedagang pengecer menjual telur kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 17.200,- /kg (seperti terlihat pada gambar 1). Saluran Pemasaran Pola II Rp. 14.800,-/kg 86,05% Rp. 15.850,-/kg 92,15% Rp. 17.200,-/kg 100% Pedagang besar Pedagang menengah Pedagang pengecer Produsen - Pedagang besar Pedagang pengecer - Konsumen akhir. Produsen menjual telur kepada pedagang besar dengan harga Rp. 13.600,-/kg dengan

kapasitas telur rata-rata per bulan 15.000 kg, kemudian dari harga tersebut dijual kembali oleh pedagang besar kepada pedagang menengah dengan harga Rp. 14.800,-/kg dengan kapasitas rata-rata per bulannya adalah 9.800 kg, lalu oleh pedagang menengah kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 16.500,-/kg. Margin pada saluran pola II ini adalah Rp. 2.900,-/kg (seperti terlihat pada gambar 2). Peternak ayam ras petelur Konsumen akhir Gambar 2. Saluran pemasaran pola II Saluran Pemasaran Pola III Peternak - Pedagang besar Konsumen akhir. Produsen menjual telur kepada pedagang besar dengan harga Rp. 13.600,-/kg dengan kapasitas telur ratarata per bulan 15.000 kg, kemudian dari harga tersebut dijual kepada konsumen akhir dengan harga Rp. 15.500,-/kg. Margin pada saluran pola III ini adalah Rp. 1.900,-/kg (seperti terlihat pada gambar 3). Rp. 13.600,- /kg 82,42% Rp. 14.800,-/kg 86,69% Rp. 17.200,-/kg 100% Pedagang besar Pedagang menengah Saluran distribusi tersebut sesuai dengan pendapat Mukson (2005) yang menyatakan bahwa secara fisik pola-pola pemasaran terbagi dalam mata rantai saluran pemasaran, yaitu saluran pemasaran panjang, saluran pemasaran sedang, saluran pemasaran pendek dan saluran pemasaran langsung. Pola-pola tersebut dilakukan agar produk telur ayam ras dapat terdistribusi secara cepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik dari sisi waktu, tempat dan kegunaan barang. Peternak ayam ras petelur Rp. 13.600,- /kg 87,74% Rp. 15.500,-/kg 100% Pedagang besar Konsumen akhir Gambar 3. Saluran pemasaran pola III. Margin Pemasaran Telur Ayam Ras Kotler (2005) menjelaskan bahwa margin pemasaran merupakan selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen atau merupakan jumlah biaya pemasaran dengan keuntungan yang diharapkan oleh masingmasing lembaga pemasaran. Agustian (2005) menjelaskan bahwa margin pemasaran pada pola saluran pemasaran panjang, sedang maupun pendek berbeda. Perbedaan ini disebabkan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat, biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dan tingkat keuntungan yang diharapkan. Besar kecilnya biaya pemasaran yang dikeluarkan tergantung

dari panjang pendeknya jalur pemasaran dan peran fungsi tataniaga. Saluran pemasaran yang pendek belum tentu mengeluarkan biaya pemasaran yang sedikit. Lembaga pemasaran yang banyak melakukan fungsi pemasaran menyebabkan biaya pemasaran yang dikeluarkan semakin besar. Analisis Biaya Pemasaran, Ditribusi margin, harga, biaya, keuntungan, Ratio keuntungan lembaga pemasaran Pola I Tabel 1 menjelaskan bahwa saluran pemasaran pola I yang menyalurkan telur ayam ras mulai dari produsen pedagang besar pedagang menengah pedagang kecil konsumen memiliki margin sebesar Rp 3.600,- dengan ketentuan harga jual telur ayam ras dari peternak ke pedagang besar dengan harga Rp 13.600,-, biaya yang digunakan peternak dalam memproduksi telur ayam ras sebesar Rp 11.941,15,- dan keuntungan yang diterima oleh peternak sebesar Rp 1.658,85,-. harga yang diterima sebesar 79,07% yang artinya bahwa setiap Rp. 13.600,-/kg telur harga yang diterima oleh konsumen akhir, produsen memperoleh penerimaan sebesar Rp. 10.753,52,- per kilogram. biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang pengecer secara berurutan adalah 35,71%, 28,03% dan 42,85% yang mengartikan bahwa setiap pembelian telur Rp. 13.600/kg, Rp. 14.800,-/kg dan Rp. 15.850,-/kg marketing margin, pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 4.856,56 perkilogram, pedagang menengah memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 4.148,44,- perkilogram dan pedagang pengecer memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 6.791,73,- perkilogram. share keuntungan dari penjualan telur ayam ras yang diterima oleh pedagang besar, pedagang menengah dan pedagang pengecer berturut-turut 64,28%, 71,97% dan 40,12% yang mengartikan bahwa setiap penjualam telur Rp. Rp. 14.800,-/kg, Rp. 15.850,-/kg dan Rp. 17.200,- marketing margin, pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 9.513,44,- perkilogram, pedagang menengah memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 11.407,25,- perkilogram dan pedagang pengecer memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 6.900,64,- perkilogram. Analisis Biaya Pemasaran, Ditribusi margin, harga, biaya, keuntungan, Ratio keuntungan lembaga pemasaran Pola II Tabel II menjelaskan bahwa saluran pemasaran pola II yang menyalurkan telur ayam ras mulai dari produsen pedagang besar pedagang menengah konsumen akhir memiliki margin sebesar Rp 2.900,- dengan ketentuan harga jual telur ayam ras

dari peternak ke pedagang besar dengan harga Rp 13.600,-, biaya yang digunakan peternak dalam memproduksi telur ayam ras sebesar Rp 11.941,15,- dan keuntungan yang diterima oleh peternak sebesar Rp 1.658,85,-. harga yang diterima sebesar 82,42% yang artinya bahwa setiap harga telur Rp. 13.600,-/kg harga yang diterima oleh konsumen akhir, produsen memperoleh penerimaan sebesar Rp. 11.209,12,- per kilogram. biaya serta biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar dan pedagang menengah untuk membeli 1 kg telur secara berurutan adalah 35,71% dan 17,31% yang mengartikan bahwa setiap Rp. 13.600,-/kg dan Rp. 14.800,-/kg marketing margin, pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 4.856,56 perkilogram dan pedagang menengah memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 2.561,88,- perkilogram. keuntungan yang diterima oleh pedagang besar dan pedagang menengah berturut-turut 64,23% dan 82,69% yang mengartikan bahwa setiap penjualan telur Rp. 14.800,-/kg dan Rp. 16.500,- /kg pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 9.506,04,- perkilogram dan pedagang menengah memberikan kontribusi biaya sebesar Rp.13.643,85,- perkilogram. Analisis Biaya Pemasaran, Ditribusi margin, harga, biaya, keuntungan, Ratio keuntungan lembaga pemasaran Pola III. Tabel III menjelaskan bahwa saluran pemasaran pola III yang menyalurkan telur ayam ras mulai dari produsen pedagang besar konsumen akhir memiliki margin sebesar Rp 1.900,- dengan ketentuan harga jual telur ayam ras dari peternak ke pedagang besar dengan harga Rp 13.600,-, biaya yang digunakan peternak dalam memproduksi telur ayam ras sebesar Rp 11.941,15,- dan keuntungan yang diterima oleh peternak sebesar Rp 1.658,85,-. harga sebesar 87,74% yang artinya bahwa setiap telur Rp. 13.600,-/kg harga yang diterima oleh konsumen akhir, produsen memperoleh penerimaan sebesar Rp. 11.932,64,- per kilogram. biaya yang dikeluarkan oleh pedagang besar 22,52% yang mengartikan bahwa setiap Rp. 13.600,-/kg telur pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 3.062,72 perkilogram. share keuntungan yang diterima oleh pedagang besar 77,44%, yang mengartikan bahwa setiap penjualan telur Rp. 15.500,- /kg pedagang besar memberikan kontribusi biaya sebesar Rp. 12.003,2,-.

Tabel 1. Rata-rata distribusi margin, share harga lembaga, share biaya lembaga, share keuntungan lembaga dan ratio keuntungan biaya pola I. Lembaga pemasaran Peternak a. Harga jual Harga (Rp/kg) 13.600 Margin (Rp) Harga 79,07 Biaya (B) Keuntungan (K) Ratio Keuntungan K/B Pedagang besar a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Tenaga kerja d. Biaya telepon e. Penyusutan kendaraan f. Penyusutan timbangan g. Penyusutan egg tray h. Penyusutan peti Total biaya pemasaran i. Keuntungan j. Harga jual 13.600 177,78 222,22 8,89 19,17 0,08 0,2 0,21 428,55 771,45 14.800 1.200 33,33 35,71 64,28 1,8 Pedagang menengah a. Harga beli b. Tenaga kerja c. Biaya telepon d. Biaya transportasi e. Penyusutan kendaraan f. Penyusutan timbangan g. Penyusutan egg tray h. Penyusutan peti Total biaya pemasaran i. Keuntungan j. Harga jual 14.800 214,29 6,38 69,9 3,49 0,0029 0,031 0,21 294,3 755,7 15.850 1.050 29,17 28,03 71,97 2,7 Pedagang pengecer a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Penyusutan kendaraan d. Penyusutan timbangan e. Penyusutan egg tray f. Penyusutan peti g. Tenaga kerja Total biaya pemasaran h. Keuntungan i. Harga jual 15.850 208,7 20,6 0,27 0,18 0,18 578,5 808,43 541,57 17.200 1.350 37,5 42,85 40,12 0,9 Margin 3.600 100

Tabel 2. Rata-rata distribusi margin, share harga lembaga, share biaya lembaga, share keuntungan lembaga dan ratio keuntungan biaya pola II. Lembaga pemasaran Harga (Rp/kg) Margin (Rp) Harga Biaya (B) Keuntungan (K) Ratio Keuntungan K/B Peternak a. Harga jual 13.600 82,42 Pedagang besar a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Tenaga kerja d. Biaya telepon e. Penyusutan kendaraan f. Penyusutan timbangan g. Penyusutan egg tray h. Penyusutan peti Total biaya pemasaran i. Keuntungan j. Harga jual 13.600 177,78 222,22 8,89 19,17 0,08 0,2 0,21 428,55 771,45 14.800 1.200 41,38 35,71 64,23 1,8 Pedagang menengah a. Harga beli b. Tenaga kerja c. Biaya telepon d. Biaya transportasi e. Penyusutan kendaraan f. Penyusutan timbangan g. Penyusutan egg tray h. Penyusutan peti Total biaya pemasaran i. Keuntungan j. Harga jual 14.800 214,29 6,38 69,9 3,49 0,0029 0,031 0,21 294,3 1405,7 16.500 1.700 58,62 17,31 82,69 4,7 Margin 2.900 100

Tabel III. Rata-rata distribusi margin, share harga lembaga, share biaya lembaga, share keuntungan lembaga dan ratio keuntungan biaya pola III. Lembaga pemasaran Harga (Rp/kg) Margin (Rp) Harga Biaya (B) Keuntungan (K) Ratio Keuntungan K/B Peternak a. Harga jual 13.600 87,74 Pedagang besar a. Harga beli b. Biaya transportasi c. Tenaga kerja d. Biaya telepon e. Penyusutan kendaraan f. Penyusutan timbangan g. Penyusutan egg tray h. Penyusutan peti Total biaya pemasaran i. Keuntungan j. Harga jual 13.600 177,78 222,22 8,89 19,17 0,08 0,2 0,21 428,55 1471,45 15.500 1.900 100 22,52 77,44 3,4 Margin 1.900 Kesimpulan Ada 3 pola pemasaran yang digunakan oleh produsen telur ayam ras yaitu: Pola I) peternak pedagang besar pedagang menengah pengecer konsumen akhir, pola II) peternak pedagang besar pedagang pengecer konsumen dan pola III) peternak pedagang besar konsumen akhir. Saluran pemasaran paling efisien ditinjau dari produsen dan konsumen terdapat pada saluran ke III karena pada saluran tersebut memiliki margin pemasaran yang rendah yaitu Rp. 1.900,- /kg dan share harga yang paling tinggi sebesar 87,74%. Saran Peternak sebaiknya mengetahui informasi mengenai harga telur ayam ras yang berlaku dipasar sehingga harga yang diterima peternak dapat stabil sampai dengan harga yang diterima konsumen akhir. Daftar Pustaka Abidin, Z. 2004. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agro Media Pustaka. Jakarta. Adnany, Z., 2008, Sistem Tataniaga Komoditi Salak Pondoh di

Kabupaten banjarnegara, Propinsi jawa Tengah. Agrikultural University. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Agustian. 2005. Analisis Berbagai Bentuk Kelembagaan Pemasaran dan Dampaknya terhadap Kinerja Usaha Komoditi Sayuran dan Buah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Departemen Pertanian. FANANI, Z. 2002. Efisiensi Pemasaran Ayam Pedaging Model Kemitraan di Kabupaten Malang. J. Ilmiah Ilmu Peternakan dan Perikanan. 18: 1181 1190. Fitriani, H. Ismono dan N. Rosanti. 2012. Produksi dan Tata Niga Telur Ayam Ras. Program Studi Agribisnis Jurusan Ekonomi dan Bisnis pada Politeknik Negeri Lampung. Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah ESAI Volume 6. Nomor 1. Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis Perencanaan. PT: Prenhallindo. Jakarta. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Moleong, M, A. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Rosda. Cimahi. Mukson, S. I. Santoso, H. Setyawan dan B. Suryanto. 2005. Analisis Efisiensi Pemasaran Telur Ayam Ras Di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.