BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PULPULAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN. Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Perbankan Syariah. Akuntansi Ijarah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Salah satu aspek

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

Materi: 12 AKUNTANSI IJARAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBAYARAN KODE UNIK DALAM JUAL BELI ONLINE DI TOKOPEDIA. A. Analisis Status Hukum Kode Unik di Tokopedia

BAB IV ANALISIS AKAD IJA>RAH TERHADAP PERJANJIAN KERJA ANTARA TKI DENGAN PJTKI DI PT. AMRI MARGATAMA CABANG PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Arthaloka Gf, 2006 ), hlm M. Nadratuzzaman Hosen, Ekonomi Syariah Lembaga Bisnis Syariah,(Jakarta: Gd

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGUPAHAN DI DESA SUMBERREJO KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO. Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

Ija>rah secara etimologis, berasal dari kata : Al- ija>rah berasal dari kata al-ajru yang berarti al- iwad}u (ganti).

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengertian Akad Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

BAB II LANDASAN TEORI. transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. Surat Keputusan Pemkot Surabaya tentang Ijin Pemakaian Tanah (IPT/ berwarna ijo/surat ijo) dengan cara sewa tanah negara yang dikuasai Pemkot

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG KONTRAK KERJA DALAM ISLAM (AL- IJÃRAH)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI TABUNGAN RENCANA MULTIGUNA DI PT. BANK SYARI AH BUKOPIN Tbk. CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KOMERSIALISASI DOA DI PEMAKAMAN UMUM JERUK PURUT JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBULATAN TIMBANGAN PADA PT. TIKI JALUR NUGRAHA EKAKURIR DI JALAN KARIMUN JAWA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB IV. A. Tinjauan terhadap Sewa Jasa Penyiaran Televisi dengan TV Kabel di Desa Sedayulawas

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB II KONSEP UMUM IJA<RAH (SEWA-MENYEWA) A. Akad 1. Pengertian Akad

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

APLIKASI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL DALAM PENGELOLAAN TAMBAK DI KELURAHAN KEPEL KOTA PASURUAN MENURUT PANDANGAN MAHZAB HAMBALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA -MENYEWA KEBUN DI DESA POMPENGAN KECAMATAN LAMASI TIMUR TINJAUAN EKONOMI ISLAM

BAB III SEWA MENYEWA DALAM ISLAM. Dilihat dari buku-buku fiqih yang membahas tentang sewa menyewa ( al-ijarah),

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

Sekretariat : Gedung MUI Lt.3 Jl. Proklamasi No. 51 Menteng - Jakarta Telp. (021) Fax: (021)

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DALAM HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA DALAM MENGATUR SEWA MENYEWA TANAH

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERUBAHAN HARGA JUAL BELI SAPI SECARA SEPIHAK DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE (HP) SERVIS YANG TIDAK DIAMBIL OLEH PEMILIKNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS TENTANG APLIKASI PERJANJIAN SEWA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI BNI SYARIAH HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TAMBAHAN HARGA DARI HARGA NORMAL YANG DIMINTA TUKANG BANGUNAN DALAM PRAKTEK JUAL BELI BAHAN BANGUNAN

Transkripsi:

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Umum Akad Ijarah Dalam istilah fiqh, akad secara umum merupakan sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak, maupun dari dua pihak seperti jual beli, sewa, wakalah dan gadai. 1 Rukun dalam akad sendiri ada tiga yaitu pelaku akad, objek akad, dan sighah (ijab & qabul). 2 Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Pasal 1 (13) tentang Perbankan Syariah, dijelaskan bahwa akad merupakan kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau pihak lainnya yang memuat adanya hak dan kewajiban bagi masingmasing pihak sesuai dengan prinsip syariah. Akad dilakukan dalam berbagai hal, yang salah satunya adalah pembiayaan dalam perbankan. Pembiayaan dalam dunia perbankan syariah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan penanaman dana bank syariah baik dalam 2008, hlm.35. 2 Ibid 1 Ascarya, Akad & Produk Bank Syari ah, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

2 rupiah atau valuta asing. Komitmen dan kontinjensi pada rekening administrative serta sertifikat wadiah Bank Indonesia. 3 Pengertian Al ijarah secara etimologi berarti : sewa, upah, jasa, atau imbalan. Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional pembiayaan Ijarah Muntahiyah bit tamlik adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang. 4 Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27/DSN- MUI/III/2002 menjelaskan dan memutuskan bahwa akad pembiayaan Ijarah muntahiyah bit tamlik boleh dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Semua rukun dan syarat yang berlaku pada ijarah pada umumnya (Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam Akad Ijarah al muntahiyah bittamlik. 2. Perjanjian untuk melakukan akad Ijarah muntahiyah bit tamlik harus di sepakati ketika akad ijarah sudah ditanda tangani. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad. 5 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan ijarah muntahiyah bit tamlik adalah merupakan suatu kesepakatan tertulis dalam hal kerjasama, dimana BMT (shahibul maal) menyediakan 3 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Yogyakarta : CV Adipura, 2004, hlm. 196. 4 Muthaher Osmand, Akuntansi Perbankan Syari ah, Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012, hlm. 121 5 Fatwa Dewan Syari ah Nasional No. 27/DSN-MUI/III/2002

3 barang (majur) yang kemudian diserahkan kepada anggota (mustajir) yang digunakan sebagai objek sewa serta terdapat pula perjanjian dimana dalam perjanjian itu terdapat hak dan kewajiban bagi masingmasing pihak yang salah satu poinnya adalah menyerahkan kepemilikan barang sewa (majur) kepada anggota (mustajir). Berbagai bentuk alih kepemilikan dalam Ijarah muntahiyah bit tamlik antara lain : 1. Hibah di akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa, aset di hibahkan ke pada penyewa. 2. Harga yang berlaku pada akhir periode, yaitu ketika pada akhir periode sewa asset dibeli oleh penyewa dengan harga yang berlaku pada saat itu. 3. Harga ekuivalen dalam periode sewa, yaitu ketika penyewa membeli asset dalam periode sewa sebelum kontrak sewa berahir dengan harga ekuivalen. 4. Bertahap selama periode sewa, Yaitu ketika alih kepemilikan dilakukan bertahap dengan pembayaran sewa. B. Dasar Hukum Akad Pembiayaan Ijarah Al muntahiyah Bit Tamlik Al ijarah sebagai pembiayaan telah berlandaskan pada dalildalil syari, baik itu al-quran atau As-sunnah yang menjadi dasar atas sahnya akad tersebut, dan juga menandakan bahwa akad tersebut telah

4 disyari atkan dan disahkan secara agama maupun negara. Adapun dalil-dalil tersebut antara lain : 1. Al-Qur an Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. 6 Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. 7 6 Q.S. Al-Baqarah : 233 7 Q.S. al-zukhruf : 32

5 Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". 8 2. Al-Hadist Hadist Nabi riwayat Abd ar- Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Said al-khudri, Nabi S.A.W. bersabda ع ن ع ب د هللا ب ن ع م ر قأل:قأل ر س ول هللا صلئ هللا علئة وسلم آع طوا اا ئر ا رر قبل ا ن ى ج ف ع ر ق ة Artinya : Dari Abdullah ibnu Umar, Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering (HR ibnu majah). 9 3. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27/DSN-MUI/III/2002 : 10 a. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (Fatwa DSN nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik. b. Perjanjian untuk melakukan akad Ijarah Muntahiyah bit tamlik harus disepakati ketika akad Ijarah ditandatangani. c. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad. 4. Ketentuan syariah akad ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik : 8 Q.S. al-qashash : 26 9 Muhammad bin Yazid Abu, Abdullah al-qazwiniy, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar al- Fikr, 2004), Jilid II, hlm. 20 10 Adiwarman Karim. Bank Islam Analisa Fiqih Dan Keuangan, Edisi Kedua, (Jakarta :Rajawali Pers,2004), hal.139

6 a. Pelaku, harus cakap hukun dan baligh b. Objek akad ijarah. 5. Manfaat aset atau jasa adalah sebagai berikut: a. Harus dapat di nilai dan dapat dilaksanakan seperti dalam kontrak b. Harus yang bersifat dibolehkan secara syariah (tidak diharamkan), jika ijarah atas objek sewa yang melanggar perintah Allah tidak sah c. Dapat dialihkan secara syariah, contoh manfaat yang tidak dapat dialihkan secara syariah sehngga tidak sah akadnya, antara lain: 11 1) Kewajiban shalat, puasa 2) Mempekerjakan seseorang untuk membaca al-quran dan pahalnya (manfaatnya) ditujukan untuk orang tertentu 3) Barang yang dapat habis dikonsumsi tidak dapat dijadikan objek ijarah karena mengambil manfaat darinya sama saja dengan memilikinya/menguasainya. 4) Seorang ibu yang menyusui anaknya, tidak dapat minta upah karena menyusui merupakan bagian dari kewajiban seorang ibu. 11 Ibid

7 5) Harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang dapat menimbulkan sengketa. 6) Jangka waktu penggunaan manfaat ditentukan dengan jelas. 7) Sewa dan Upah, yaitu sesuatu yang dijanjikan dan dibayar penyewa atau pengguna jasa kepada pemberi sewa atau jasa sebagai pembayaran atas manfaat aset atau jasa yang digunakannya. 8) Harus jelas besarannya dan diketahui oleh para pihak yang berakad. 9) Boleh dibayarkan dalam bentuk jasa (manfaat lain) dari jenis yang serupa dengan objek akad. 10) Bersifat fleksibel, dalam arti dapat berbeda untuk ukuran waktu, tempat dan jarak serta lainnya yang berbeda. 6. Ketentuan syariah untuk Ijarah Muntahiyah Bit tamlik. a. Pihak yang melakukan Ijarah Muntahiyah bit tamlik harus melakukan akad ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah selesai. b. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa ad, yang hukumnya tidak mengikat. Apalagi janji itu ingin dilaksanakan maka harus ada akad pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai.

8 7. Al-Ijma Mengenai di perbolehkannya sewa menyewa, semua ulama bersepakat bahwa sewa menyewa diperbolehkan. Tidak seorang ulama pun yang membantah kesepakatan (ijma) ini, sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang berbeda pendapat, akan tetapi hal itu tidak signifikan. 12 Dengan dasar hukum Al-Qur'an, Hadits, dan Ijma' maka hukum diperbolehkannya sewa menyewa sangat kuat karena ke dua dasar hukum tersebut merupakan sumber penggalian hukum Islam yang utama. Dari beberapa dasar di atas, kiranya dapat dipahami bahwa sewa menyewa itu diperbolehkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara yang satu dengan yang lainnya selalu terikat dan saling membutuhkan, dan sewa menyewa adalah salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat C. Rukun dan Syarat Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bit tamlik 1. Rukun Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bit tamlik Sebagai sebuah transaksi umum, Ijarah baru dianggap sah apabila telah memenuhi rukun dan syaratnya, sebagaimana yang berlaku secara umum dalam transaksi lainnya. Menurut ulama Hanafiyah, rukun sewa menyewa atau Ijarah hanya ijab dan qabul 284 12 Sayid Sabiq, Fiqhus Sunnah,jilid III, Beirut : Al-Fath Lil I'lam al-'arabi, hlm.

9 (ungkapan menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa menyewa). Pada umumnya rukun Ijarah al muntahiyah bit tamlik sama dengan Ijarah pada umunya. Sesuai dengan Fatwa DSN No. 27 tahun 2000. Jumhur ulama berpendapat, rukun sewa menyewa ada empat: 13 a. Aqid (orang yang berakad) Menurut ulama hanafiyah. Aqid (orang yang melakukan akaq) disyaratkan harus berakal dan mumayyis (minimal 7 tahun) serta tidak disyaratkan harus baligh. Akan tetapi, jika barang bukan milik nya sendiri, akad ijarah anak mumayyiz, di pandang sah apabila telah mendapatkan ridha dari walinya. Sedangkan menurut Malikiyyah tamyiz adalah syarat ijarah dan jual-beli, sedangkan baligh adalah syarat penyerahan. Dengan demikian, akad anak mumayyiz adalah sah, tetapi bergantung pada keridhaan walinya. Ulama Syafi iyah dan Hanabilah mensyaratkan orang yang melakukan akad harus mukallaf, yaitu baligh dan berakal, sedangkan anak yang mumayyiz belum dikategorikan ahli akad. 14 Di dalam istilah hukum Islam orang yang menyewakan disebut dengan"mu'jir", Sedangkan orang yang menyewa disebut dengan "Musta'jir".Kedua belah pihak yang melakukan 13 Rachmat Syafi e, Fiqih Muamalah, Bandung : CV Pustaka Setia, 2001, h. 125 14 Ibid

10 akad merupakan orang yang cakap bertindak dalam hukum yaitu mempunyai kemampuan untuk dapat membedakan yang baik dan yang buruk (berakal) serta dewasa (balig). 15 b. Shighat akad Akad menurut bahasa berasal dari bahasa Arab Al- Aqdu yang berarti perikatan, perjanjian dan pemufakatan. Sedangkan menurut istilah, akad adalah pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan), sesuai dengan kehendak syari at yang berpengaruh pada obyek perikatan. Sewa menyewa itu terjadi dan sah apabila ada akad, baik dalam bentuk perkataan maupun dalam bentuk pernyataan lainnya yang menunjukkan adanya persetujuan antara kedua belah pihak dalam melakukan sewa menyewa akad tersebut berisi c. Ijab dan Qabul Ijab dan qabul adalah suatu ungkapan antara dua pihak dalam sewa menyewa suatu barang atau benda. Ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang yang berakad dengan menggambarkan kemauannya dalam mengadakan akad. Qabul adalah kata yang keluar dari pihak I, hlm. 145 15 Suhrawardi K.Lubis, Hukum Ekonomi Islam,Jakarta: Sinar Grafika, 2000, Cet

11 yang lain sesudah adanya ijab untuk menerangkan persetujuannya. 16 d. Ujrah Uang upah atau imbalan atas pemakaian manfaat barang tersebut disebut dengan "ujrah". Pihak penyewa dan pihak yang menyewakan mengadakan kesepakatan mengenai harga sewa dimana antara keduanya terjadi penawaran. Pada dasarnya ujrah diberikan pada saat terjadinya akad sebagaimana dalam transaksi jual beli. Tetapi pada waktu akad para pihak dapat mengadakan kesepakatan seperti pembayaran boleh diadakan dengan mendahulukan imbalan atau mengakhirkan imbalan. e. Manfaat objek Ijarah Dalam kalangan ulama menjelaskan bahwa tidak boleh menyewakan barang-barang yang tidak bermanfaat atau barang-barang yang dilarang sebab termasuk barang yang batal. Barang-barang yang dilarang tersebut adalah barang-barang yang dilarang oleh syara, seperti menyewakan rumah untuk halhal kemaksiatan. 17 2. Syarat Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiyah Bit tamlik 16 Ibid 17 Ibid

12 Syarat pembiayaan Ijarah muntahiyah Bittamlik akan sah apabila syarat dalam ijarah pada umunya telah tercukupi. Adapun syarat-syarat sah ijarah adalah : 18 a. Bagi ( mu jir dan musta jir ) Syarat bagi para pihak yang melakukan akad adalah telah baligh dan berakal (menurut mazhab Syafi'i dan Hanbali). Dengan demikian apabila pihak yang berakad belum atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila menyewakan hartanya atau diri mereka sebagai buruh maka akadnya tidak sah. Berbeda dengan pendapat dari mazhab Hanafi dan Maliki yang menyatakan bahwa orang yang melakukan akad tidak harus mencapai usia baligh, tetapi anak yang telah masih kecil boleh melakukan akad sewa menyewa dengan ketentuan telah mendapat persetujuan walinya. b. Harus adanya kerelaan antara kedua belah pihak Masing-masing pihak menyatakan kerelaannya untuk melakukan perjanjian sewa menyewa, kalau di dalam perjanjian sewa menyewa terdapat unsur pemaksaan maka sewa menyewa itu tidak sah. Ketentuan ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa' ayat 29 yang berbunyi : 18 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 231

13 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. c. Upah atau Imbalan Dalam akad sewa menyewa upah atau imbalan harus jelas, tertentu dan sesuatu yang bernilai harta. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perselisihan dikemudian hari. Dalam Fiqh Sunah disebutkan bahwa imbalan itu harus berbentuk harta yang mempunyai nilai yang jelas diketahui, baik dengan menyaksikan atau dengan menginformasikan ciricirinya. karena ia merupakan pembayaran harga manfaat. d. Objek Ijarah 1) Obyek sewa menyewa dapat diserahkan sebagaimana penyerahan harga (ada serah terima). 2) Obyek sewa menyewa dapat dimanfaatkan sampai kepada masa yang disepakati. 3) Manfaat benda dapat dipahami dan dikenal.

14 4) Penyerahan manfaat obyek sewa harus sempurna yakni adanya jaminan keselamatan obyek sewa sampai kepada masa yang disepakati. 19 Hal ini dimaksudkan untuk menghindari perselisihan dikemudian hari yang dikarenakan ketidakjelasan dari obyek sewa. Yang dimaksud barang tersebut dapat diserahkan adalah bahwa barang tersebut secara wujud dapat dipindahkan. Maka tidak sah penyewaan binatang yang lari (terlepas), karena tidak dapat diserahkan. Begitu juga tanah pertanian yang tandus dan binatang untuk pengangkutan yang lumpuh, karena tidak mendatangkan kegunaan yang menjadi obyek dari akad ini. D. Batal dan berahirnya Akad Ijarah 1. Terjadi aib pada obyek sewaan Maksudnya bahwa jika pada barang yang menjadi obyek perjanjian sewa menyewa terdapat kerusakan ketika sedang berada di tangan pihak penyewa, yang mana kerusakan itu adalah diakibatkan kelalaian pihak penyewa sendiri, misalnya karena penggunaan barang tidak sesuai dengan peruntukan penggunaan barang tersebut. Dalam hal seperti ini pihak yang menyewakan dapat memintakan pembatalan. 20 19 Abi Abdullah Muhammad bin Idris Asy-Syafi'I, Al-Umm,Beirut : Daar Al- Kutub Al-Ilmiah, Juz IV, hlm. 30-32 20 Chairuman Pasaribu, Suhrawardi K. Lubis, SH, kelembagaan bank umum. ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Jakarta, 2007), hlm. 57

15 2. Rusaknya objek Ijarah Rusaknya obyek yang disewakan. Apabila barang yang menjadi obyek perjanjian sewa menyewa mengalami kerusakan atau musnah sama sekali, misalnya terbakarnya rumah yang menjadi obyek sewa. 3. Berakhirnya masa perjanjian sewa menyewa Maksudnya jika apa yang menjadi tujuan sewa menyewa telah tercapai atau masa perjanjian sewa menyewa telah berakhir sesuai dengan ketentuan yang disepakati oleh para pihak, maka akad sewa menyewa berakhir. jika masa sewa menyewa tanah pertanian telah berakhir sebelum tanaman dipanen, maka ia tetap berada ditangan penyewa sampai masa selesai diketam, sekalipun terjadi pemaksaan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah adanya kerugian pada pihak penyewa, yaitu dengan mencabut tanaman sebelum waktunya. 4. Adanya uzur Ulama Hanafiyah menambahkan bahwa adanya uzur merupakan salah satu penyebab putus atau berakhirnya perjanjian sewa menyewa, sekalipun uzur tersebut datangnya dari salah satu pihak. Misalnya, seorang yang menyewa toko untuk berdagang kemudian barang dagangannya musnah terbakar atau dicuri orang atau bangkrut sebelum toko tersebut dipergunakan, maka pihak

16 penyewa dapat membatalkan perjanjian sewa menyewa yang telah diadakan sebelumnya. 21 E. Karakteristik Akad Ijarah Muntahiyah Bit tamlik 1. Dalam pelaksanaan Ijarah Muntahiya Bittamlik, perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) wajib membuat wa ad. Wa ad yang dibuat pemberi sewa bersifat tidak mengikat bagi penyewa (musta jir) dan apabila wa ad dilaksanakan, pada akhir masa sewa wajib dibuat akad pemindahan kepemilikan. 22 2. Hak perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir), antara lain adalah: a. Memperoleh pembayaran sewa dari penyewa (musta jir) b. Menarik objek ijarah muntahiya bittamlik apabila penyewa (musta jir) tidak mampu membayar sewa sebagaimana diperjanjikan c. Pada akhir masa sewa, mengalihkan objek ijarah muntahiyah bit tamlik kepada penyewa lain yang mampu dalam hal penyewa (musta jir) sama sekali tidak mampu untuk memindahkan kepemilikan objek ijarah muntahiya bittamlik atau memperpanjang masa sewa atau mencari calon penggantinya. 3. Kewajiban perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu ajjir) antara lain: 21 Chairuman Pasaribu dan Suhrawardi K. Lubis, SH, op. cit., hlm. 57 22 Al Arif Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung: CVPustaka Setia, 2012) hlm. 255-257.

17 a. Menyediakan objek Ijarah muntahiya bit tamlik yang disewakan b. Menanggung biaya pemeliharaan objek Ijarah muntahiya bit tamlik kecuali diperjanjikan lain. c. Menjamin objek Ijarah muntahiyah bit tamlik tidak terdapat cacat dan dapat berfungsi dengan baik. 23 4. Hak penyewa (musta jir), antara lain adalah: a. Menggunakan objek ijarah muntahiya bittamlik sesuai dengan persyaratan persyaratan yang diperjanjikan. b. Menerima objek ijarah muntahiya bittamlik dalam keadaan baik dan siap dioperasikan. c. Pada akhir masa sewa, memindahkan kepemilikan objek ijarah muntahiya bittamlik, atau memperpanjang masa sewa, atau mencari calon penggantinya dalam hal tidak mampu untuk memindahkan hak kepemilikan atas objek Ijarah muntahiyah bit tamlik atau memperpanjang masa sewa. d. Membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan. 5. Kewajiban penyewa (musta jir) antara lain adalah: a. Membayar sewa sesuai dengan yang diperjanjikan b. Menjaga dan menggunakan objek ijarah muntahiya bittamlik sesuai yang diperjanjikan 23 Ibid

18 c. Tidak menyewakan kembali objek ijarah muntahiya bittamlik kepada pihak lain. d. Melakukan pemeliharaan kecil (tidak material) terhadap objek ijarah muntahiya bittamlik. 24 6. Objek Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah berupa barang modal yang memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. Objek ijarah muntahiya bittamlik merupakan milik perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (muajjir) b. Manfaatnya harus dapat dinilai dengan uang c. Manfaatnya dapat diserahkan kepada penyewa (musta jir) d. Manfaatnya tidak diharamkan oleh syariat islam e. Manfaatnya harus ditentukan dengan jelas f. Spesifikasinya harus dinyatakan dengan jelas, antara lain melalui identifikasi fisik, kelayakan, dan jangka waktu pemanfaatanya. F. Penerapan Pembiayaan Akad Ijarah Muntahiya Bit tamlik 1. Musta jir mengajukan permohonan sewa guna usaha barang kepada muajjir. 2. Muajjir menyediakan barang yang ingin disewa oleh musta jir. 3. Dilaksanakan akad penyewaan, yang berisi spesifikasi barang yang disewa, jangka waktu, biaya sewa, dan berbagai persyaratan

19 transaksi lainnya. Dilengkapi pula dengan opsi pembelian pada akhir masa kontrak. 4. Musta jir membayar secara rutin biaya sewa sesuai kesepakatan yang telah ditandatangani kepada muajjir sampai masa kontrak berakhir. Selama proses penyewaan, biaya pemeliharaan ditanggung oleh muajjir. 5. Setelah masa kontrak berakhir, musta jir memiliki opsi pembelian barang kepada muajjir. Apabila opsi tersebut digunakan, barang menjadi milik musta jir sepenuhnya. 25 25 Al Arif Nur Rianto, Lembaga Keuangan Syariah Suatu Kajian Teoritis Praktis, (Bandung: CVPustaka Setia, 2012) hlm. 257