BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hubungan antar individu sehingga interaksi yang terjadi dapat memenuhi hajat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang ada disekitarnya.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pola asuh orang tua merupakan perlakuan orang tua dalam mendidik anak- anak secara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Secara umum pendidikan dipandang sebagai faktor utama dalam bidang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya (Permana dan Utari Sumarmo, 2007: 117). Koneksi matematika harus

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

maupun kelompok. Didalam menghadapi lingkungan, individu akan bersifat aktif

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu tahapan yang harus dilalui seorang individu untuk bergerak ke

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

EFEKTIVITAS PENDEKATAN RATIONAL EMOTIF THERAPY UNTUK MENGATASI KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI PADA ANAK TK CEMARA DUA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupanya tidak akan terlepas dari pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan individu lain dalam lingkungannya. Untuk itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua aspek tersebut terjadi secara bersama-sama. Sebagai makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, mengasuh dan memberikan kegiatan pembelajaran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikatnya, manusia adalah makhluk individu dan sosial. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan secara bahasa

BAB I PENDAHULUAN. tradisional. Pendidikan formal, informal dan non-formal merupakan bagian yang

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB II HUBUNGAN SOSIAL KELOMPOK USIA 5-6 TAHUN DAN SENTRA IMAN DAN TAQWA. A. Perkembangan hubungan sosial kelompok usia 5-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, murid adalah orang atau anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat disimpulkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan. Menurut Beni S. Ambarjaya ( 2012: 122 ), selama ini proses. untuk dapat dipahami dan dikuasai secara lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL ANTARA REMAJA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN DENGAN YANG TINGGAL BERSAMA KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pendidikan. Terlebih lagi masalah pendidikan geografi, sudah banyak

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui individu menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri dan juga dengan orang lain yang ada

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

KISI KISI ANGKET. : RAHMI YULIA : AID : Dr.Drs. H.Hendra Sofyan, MSi : Dr. K.A. Rahman, M.Pd.I

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode Peer Tutoring ( Tutor Sebaya )

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan yang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya Santoso (2010:164). Dari pengertian di atas maka dapat lebih diketahui bahwa interaksi sosial siswa sangat penting untuk diperhatikan agar menjadi lebih baik sehingga siswa tersebut dapat mengeksplorasi kemampuan dirinya kepada orang lain khususnya teman sebaya di lingkungan pendidikannya agar bermanfaat dan dapat lebih mengembangkan kemampuan diri yang dimilikinya. Interaksi sosial dengan sesama siswa adalah penting, karena dalam proses belajar, siswa lain atau teman sebaya di lingkungan sekolah merupakan salah satu media dalam bertukar informasi dan pengetahuan. Maka dari itu, diperlukan interaksi yang baik untuk memperlancar proses belajar siswa sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik yang didukung dengan perilaku yang baik. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tanjung Bintang penulis mendapatkan bahwa ada siswa yang terisolir dari teman sekelasnya hal ini

2 ditandai dengan kurangnya teman bermain siswa dan sulit mendapat kelompok saat pembentukan kelompok belajar ada siswa yang sering menyendiri dan kurang suka berkumpul dengan teman-temannya, hal ini terlihat dari kurang aktifnya siswa saat berkumpul dalam kelas ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya masing-masing hal ini ditandai dengan terlihatnya siswa yang bermain atau berkumpul hanya dengan teman yang sama dan siswa yang kurang suka dipasangkan dengan teman lain selain teman sekelompoknya ada siswa yang sulit bekerja dalam kelompok hal ini ditandai dengan kurang aktifnya siswa dalam diskusi kelompok sering pergi atau tidak ada di kelompoknya saat diskusi kelompok berlangsung dan sering marah apabila pendapatnya tidak diterima dalam kelompoknya, ada siswa yang suka bertindak semena-mena terhadap teman sekelasnya, hal ini terlihat dari seringnya siswa bersikap mengatur temannya dan dengan sesuka hatinya menyuruh temannya untuk melakukan pekerjaan kelas. Hal-hal tersebut merupakan bagian dari interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah di lingkungan sekolahnya. manusia sebagai homo homini socius yaitu manusia memerlukan manusia lain selain dirinya. Untuk mencapai kebahagiaan insaninya, manusia memerlukan satu tempat yang didalamnya terdapat suatu komunitas tertentu. Komunitas yang dapat melengkapi eksistensinya, sekaligus menyempurnakan kemanusiaanya. Melalui komunitas itulah manusia menjalin interaksi dan kerja sama. Interaksi dan kerja sama manusia tidak didasari atas insting atau naluri semata melainkan kesadaran untuk saling membutuhkan. (Albert Bandura dalam Sarwono, 2002:84).

3 Peningkatan interaksi sosial siswa yang rendah, diperlukan dukungan dari semua pihak yang terlibat, khususnya siswa itu sendiri. Selain itu, peran guru pembimbing juga sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan sosial bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok, baik dalam bentuk penyajian klasikal, kegiatan kelompok sosial, atau kegiatan lainnya. Alfred Adler (dalam Suryabrata, 1990:221) juga menyatakan pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. hal tersebut dapat dilihat dalam wujud konkretnya bahwa manusia memiliki sikap kooperatif, memiliki hubungan sosial, hubungan antar pribadi, mengikatkan diri dengan kelompok, dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti ingin menggunakan bimbingan kelompok dalam upaya meningkatkan interaksi sosial siswa Peneliti ingin mengetahui apakah interaksi sosial siswa dapat ditingkatkan melalui bimbingan kelompok 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut. a) Ada siswa yang terisolir di antara teman sekelasnya b) Ada siswa yang suka menyendiri dan kurang suka berkumpul dengan temantemannya c) Ada siswa yang berinteraksi hanya dalam kelompok kecilnya masing-masing d) Ada siswa yang merasa tertekan e) Ada siswa yang selalu di ejek oleh teman temannya

4 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah Upaya meningkatkan interaksi sosial melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungbintang Tahun pelajaran 2012 /2013 4. Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian adalah interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah Apakah interaksi sosial dengan teman sebaya dapat di tingkatkan melalui Bimbingan kelopok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungbintang Tahun Pelajaran 2012 /2013 B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA N 1 Tanjungbintang Tahun Pelajaran 2012-2013 2. Manfaat Penelitian a. Secara teoritis Penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya Bimbingan Kelompok

5 b. Secara praktis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu sumbangan informasi tentang interaksi sosial yang baik untuk siswa, dan bahan informasi untuk guru pembimbing. C. Kerangka Pikir Sekolah merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan individu, meskipun demikian perkembangan siswa juga sangat dipengaruhi oleh konteks sosial yang lainnya yaitu relasi dengan teman sebaya. Perkembangan siswa yang dimaksud dalam sekolah tentu saja lebih menuju pada perkembangan perilakunya dalam berinteraksi di lingkungan sekolah serta hasil belajar yaitu prestasi belajar yang diperoleh. Interaksi dengan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Slameto (2003:54) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar itu banyak jenisnya, namun dapat digolongkan menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Salah satu faktor dari faktor eksternal adalah faktor sekolah yang didalamnya termuat interaksi dengan sesama siswa. Pendapat diatas menjelaskan bahwa interaksi sosial dengan sesama siswa dapat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa. Hal ini dapat terjadi karena di dalam interaksi sosial terdapat hubungan yang saling timbal balik yang mengarah pada pertukaran ilmu pengetahuan dan informasi yang dapat menunjang proses dan aktivitas belajar siswa. Dunia pendidikan yang penuh dengan muatan interaksi sosial akan menjadi sangat positif apabila ada keseimbangan dalam pola hubungan. Pola keseimbangan yang dimaksud adalah pola hubungan timbal balik

6 yang berlaku dua arah, dalam arti pada posisi tertentu siswa dapat bermitra dengan baik dengan seluruh warga sekolah khususnya sesama siswa. Interaksi sosial merupakan salah satu cara individu untuk memelihara tingkah laku sosial individu tersebut sehingga individu tetap dapat bertingkah laku sosial dengan individu lain. Santoso (2010:157) mengatakan bahwa interaksi sosial dapat meningkatkan jumlah/kuantitas dan mutu/kualitas dari tingkah laku sosial individu sehingga individu makin matang di dalam bertingkah laku sosial dengan individu lain dalam situasi sosial. Kematangan individu yang diinginkan dalam bertingkah laku ini yaitu ketika siswa mampu bekerja sama dalam arti yang positif dengan temannya khususnya saat belajar, siswa mampu aktif bertanya dan menanggapi saat diskusi kelompok, siswa memiliki sikap solidaritas dengan temannya, siswa mampu menunjukkan sikap penerimaan yang baik, siswa berani mengajukan pendapatnya, siswa mampu menghindari pertikaian serta siswa ikut terlibat dalam berbagai kegiatan. Hal-hal tersebut di atas merupakan interaksi sosial yang diinginkan ataupun diharapkan terjadi dalam suatu situasi sosial, dalam hal ini di sekolah. Namun pada kenyataannya, interaksi sosial yang rendah masih banyak terjadi khususnya sesama siswa. Interaksi sosial rendah yang dimaksud dalam hal ini adalah kurang terlibatnya siswa dalam kegiatan di kelas maupun di luar kelas rendahnya interaksi sosial tidak akan menjadi masalah yang berarti bagi siswa dalam menjalani kesehariannya, namun hal ini tentu saja perlu dikembangkan agar dapat menunjang siswa untuk lebih aktif dan terlibat dalam aktivitas belajar serta

7 pergaulannya dengan teman sebaya di sekolah. Interaksi sosial yang rendah ditandai dengan kurang terlibatnya siswa dalam suatu kegiatan kelompok. Interaksi sosial yang rendah tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain yang pertama yaitu situasi sosial yang mungkin tidak sesuai dengan yang diinginkan, misalnya saja ketika ada pelajaran ataupun topik diskusi yang tidak disukai maka dapat menyebabkan siswa tidak aktif dalam kegiatan diskusi itu, yang kedua yaitu karakter individu, karakter atau kepribadian individu yang memang suka menyendiri dan enggan berkumpul dengan temannya, hal ini mungkin disebabkan karena berbagai hal, memang kebiasaannya seperti itu atau karena pengaruh pola asuh orang tua yang otoriter sehingga membuatnya sedikit penyendiri dan lain sebagainya, yang ketiga yaitu karena siswa itu merasa takut, takut untuk bergaul dengan teman-temannya dan takut untuk mengemukakan pendapatnya, hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal, bisa saja karena ia pernah diperlakukan kasar oleh temannya, adanya guru yang otoriter ataupun dari pengalaman masa lalunya. Berbagai hal tersebut dapat saja menjadi faktor-faktor yang menyebabkan interaksi sosial siswa yang rendah Slameto (2003:55) Berhubungan dengan hal itu, dukungan dari berbagai pihak yang terlibat sangat dibutuhkan untuk membantu meningkatkan interaksi sosial siswa dengan teman sebaya. Peran guru pembimbing juga dibutuhkan untuk memberikan berbagai layanan bimbingan sosial bagi siswa yang membutuhkannya, baik berupa layanan individual maupun kelompok Berkenaan dengan itu, maka peneliti menggunakan Bimbingan kelompok untuk meningkatkan interaksi sosial siswa yang rendah hal pertama yang di lakukan peneliti adalah membentuk kelompok dan pemilihan

8 ketua kelompok,setelah itu masuk pada tahap peralihan,tahap kegiatan,pemberian materi dan terakhir adalah pengakhiran Dari penjelasan di atas, maka peneliti menggunakan bimbingan kelompok dengan memberikan bimbingan sosial kepada siswa yang berisikan materi-materi mengenai interaksi sosial, sehingga diharapkan siswa mampu berkomunikasi baik dengan temannya, sehingga interaksi sosial siswa dengan teman sebaya yang rendah dapat meningkat menjadi tinggi. Interaksi sosial siswa dengan teman sebaya rendah Interaksi sosial siswa dengan teman sebaya meningkat / tinggi Bimbingan Kelompok Gambar 1.1 Kerangka Pikir Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya melalui Bimbingan kelompok Dari gambar 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa interaksi sosial yang rendah misalnya siswa yang kurang terlibat dalam kelompok dan kurang berani mengemukakan pendapatnya setelah diberikan layanan bimbingan kelompok siswa tersebut mampu melibatkan diri dalam kegiatan di kelas maupun di luar kelas dengan lebih aktif serta lebih mudah untuk berkomunikasi dengan teman sebayanya.

9 D. Hipotesis Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, hipotesis penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung bintang tahun pelajaran 2012/2013. Adapun hipotesis statistiknya yaitu ; 1) Hipotesis Nihil (Ho) : Interaksi sosial dengan teman sebaya tidak dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung bintang tahun pelajaran 2012/2013. 2) Hipotesis Alternatif (Ha) : Interaksi sosial dengan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui Bimbingan kelompok pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tanjung bintang tahun pelajaran 2012/2013.