2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

I. PENDAHULUAN. siswa dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. moral, spiritual, dan lain-lain. Apabila manusia mengalami pendidikan yang baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa peralihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, maka mereka memiliki fondasi

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Beberapa tahun terakhir, beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta mulai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus diarahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku manusia terbentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. laku dalam diri siswa, dan menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

a. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja bersifat Amoral/ Asosial yang terjadi di SMPN 2 Sumbergempol

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dijelaskan bahwa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Della Alvialli Suwanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercermin dalam perilaku yang dianggap menimbulkan masalah di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuansakan pada pengalaman dan kebiasaan berolahraga siswa. Namun

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. didalam mewujudkan suatu tujuan bersama-sama diantara masyarakat. anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan lembaga pendidikan dasar dan menengah dijajaran

BAB I PENDAHULUAN. karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktivitas jasmani adalah dasar bagi manusia untuk mengenal dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

2014 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER BOLA TANGAN DAN KARATE DALAM PELAJARAN PENJAS DI SMAN 24 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. touring. Namun, geng motor telah bergeser dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan salah satu komponen penting dalam perwujudan masa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa menjalani dunia Pendidikan bagi siswa yang memiliki rentang usia 15-18 tahun adalah Pendidikan berjenjang Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK). Dalam usia 15-18 tahun ini, menurut ilmu psikologi dikatakan sebagai sebuah masa peralihan atau masa adolancense. Dimana seseorang yang telah menjalani tahapan masa usia kanak-kanak kini menuju pada masa usia remaja. Sebagai seorang individu seorang siswa tentu tidak akan lepas dari tahap perkembangan, baik perkembangan dalam segi fisik maupun perkembangan dalam segi psikis. Menurut Surya (1978, hlm. 92), masa adolencense Berarti tumbuh kearah kematangan atau kedewasaan yang meliputi seluruh aspek kepribadian baik fisik maupun mental. Umumnya tahapan ini merupakan masa transisi dalam proses pertumbuhan perkembangan seorang individu. Dalam fase transisi menuju usia remaja, selain dengan seiringnya perubahan yang bersifat anatomi seperti; proporsi bentuk badan, tinggi badan, tumbuhnya bulu, tumbuhnya jakun (pada laki-laki), terjadinya menstruasi (pada perempuan). Dalam segi psikis seorang individu juga akan mengalami perubahanperubahan dalam dirinya seperti; mulai adanya ketertarikan akan lawan jenis, mulai tumbuhnya rasa ingin dihargai, rasa ingin diakui, dan keinginan bebas untuk dapat mengekspresikan diri. Selain itu, faktor lingkungan keluarga dan lingkungan sosial juga akan sangat mempengaruhi seorang individu pada masa transisi ini. Terjadinya perubahan dalam masa transisi antara masa anak-anak ke masa remaja ini secara tidak langsung akan dapat mempengaruhi pola pikir dan kepribadian pada diri individu tersebut dan sering kali hal ini dapat menimbulkan masalah seperti timbulnya rasa kebimbangan dalam diri sendiri maupun rasa akan ketergantungan terhadap orang lain. Menurut subrata (2002) [online]. Diakses dari https://night18light.worldpress.com.makalah-cara-mendukung-perkembangankarakteristik-siswa-sma/. Bahwa fase remaja ini disebut sebagai masa merindu-

2 puja. Dalam hal ini Subrata menjelaskan bahwa dalam fase remaja seorang anak menganggap tidak ada orang yang mau mengerti akan dirinya, dan mulai tumbuh dorongan untuk mencari pedoman hidup yang cocok untuk diterapkan dalam kehidupannya selain itu banyaknya pertentangan batin dalam dirinya dimana ia merasa mampu untuk melakukan suatu hal tetapi tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Masalah yang kerap kali terjadi di dalam diri remaja dapat kita simpulkan bahwa remaja belum memiliki kempuan untuk meredam serta memilah apa yang terbaik dalam menanggulangi rangsangan yang ditimbulkan oleh gejolak emosi dalam dirinya, sehingga para remaja mengalami kesulitan dalam menentukan arah jalan hidup mereka. Ketidak mampuan remaja dalam meredam serta memilah apa yang terbaik dalam menanggulangi rangsangan yang ditimbulkan oleh gejolak emosi dalam dirinya itu tersebut juga dapat menimbulkan rasa keinginan akan ketergantungan terhadap orang lain. Sifat ketergantungan tersebut dapat membahayakan diri remaja itu sendiri dan kemungkinan besar dapat mendorong mereka ke arah hal-hal yang negatif apabila seseorang yang dijadikan sebagai sandarannya cenderung mengambil keuntungan ataupun memanfaatkannya. Sifat ketergantungan ini bukan hanya dapat membuka jalan bagi orang lain untuk mengambil keuntungan ataupun memanfaatkan situasi akan dirinya, namun sifat ketergantungan ini juga dapat menghambat proses menuju kedewasaan serta kemandirian bagi kehidupannya. Hal ini jelas dikarenakan jika seorang individu memiliki sifat ketergantungan yang tinggi terhadap orang lain. Maka seorang individu itu akan sulit untuk dapat mempercayai kemampuan diri serta akan sangat sulit untuk dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, dikarenakan ketergantungannya terhadap orang lain akan berdapak pada kesulitan dalam memutuskan suatu yang dinilai baik dan buruknya berdasarkan keputusan yang diambil oleh dirinya sendiri. Ketergantungan terhadap orang lain ini merupakan bagian dari fase perkembangan yang harus dilaluinya, dalam fase ini remaja dihadapkan dengan Kebutuhan akan pencarian identitas atau jati dirinya. Dalam proses pencarian jati diri ini, para remaja cenderung akan mencontoh ataupun mengidamkan seseorang yang dapat menjadi representatif akan dirinya. Selain itu menurut subrata (2002)

3 [online]. Diakses dari https://night18light.worldpress.com/2012/06/14/makalahcara-men-dukung-perkembangan-karakteristik-siswa-sma/mendefenisikan bahwa remaja mulai mencari dan membangun pendirian atau pandangan hidupnya dalam masa pencarian pandangan hidup ini Subrata beranggapan bahwa seorang remaja akan memerlukan sesuatu yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang bernilai, pantas dihargai, dan dipanuti yang sesuai dengan personifikasi nilai-nilai tertentu yang diinginkan oleh remaja tersebut. dalam proses ini seorang remaja tentu akan mengalami berkali-kali proses jatuh bangun karena dalam hal ini seorang remaja akan menguji nilai yang dipilihnya dalam kehidupan nyata, sampai diperoleh pandangan/pendirian yang tahan uji. Maka Pemberian penyuluhan, dan upaya mengembangkan keterampilan untuk tahap-tahap perkembangannya sangat penting untuk dapat membantu remaja agar dapat menyalurkan tenaga, pemikiran, dan juga memberikan alternatif pilihan agar remaja dapat memilih lingkungan yang lebih positif bagi dirinya. Dalam hal ini maka masa transisi bagi remaja tidak hanya memberikan dampak negatif bagi remaja itu tersebut, melainkan masa transisi juga dapat memberikan keuntungan terhadap remaja. Karena masa transisi adalah masa dimana remaja dapat mengembangkan berbagai keterampilan serta mempersiapkan masa depannya agar menjadi lebih baik. Dalam kehidupan sehari-hari terutama dilingkungan sekolah, kenakalan remaja atau siswa terjadi hampir di setiap instansi sekolah, hal ini menjadi permasalahan umum yang penyelesaiannya menjadi tanggung jawab sekolah yang bersangkutan. Permasalahan umum remaja yang didapat pada masalah sekolah, antara lain; adalah pelanggaran nondisipliner seperti membolos sekolah, kabur pada saat jam pelajaran, tidak memakai seragam sesuai aturan, merokok, melalaikan tugas dari guru seperti tidak mengerjakan PR, membangkang pada guru, dan sebagainya. Untuk beberapa kasus permasalahan ini bahkan telah terkait dengan hal-hal yang ekstrim seperti; perkelahian antar pelajar, mabuk-mabukan, seks bebas, mencuri, keterlibatan dalam geng motor, sampai penyalah gunaan narkoba. Jelas bahwa kenakalan siswa dapat dikategorikan ringan, berat, sampai kenakalan yang menjurus pada tindakan kriminalitas.

4 Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas bermain dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat bagi siswa. Dalam proses pembelajaran penjasorkes, guru harus mampu mengajarkan berbagai macam bentuk keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi dalam permainan olahraga, dan penanaman nilai-nilai sportivitas, jujur, kerjasama, serta pembiasaan pola hidup sehat. Selain itu didalam pelaksanaannya di sekolah, guru penjasorkes tidak hanya melaksanakan kewajibannya melalui pembelajaran di luar ruangan yang melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. selain itu guru penjaskes juga memberikan pembelajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis. Melalui pembelajaran penjasorkes diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, serta dapat meningkatkan dan memelihara kesegaran jasmaninya. Kecamatan Margahayu merupakan salah satu dari 31 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Menurut badan pusat statistik Kabupaten Bandung. (2013). Keadaan Geografis KBDA 2013 [online] diakses dari http://bandungkab.bps.go.id/subyek/keadaan-geografis-kbda-2013 bahwa; Kecamatan Margahayu merupakan salah satu dari 17 kecamatan di Kabupaten Bandung yang berpenduduk di atas 100 ribu jiwa. Sehingga berdasarkan data yang telah diambil oleh badan pusat statistik Kabupaten bandung ini dapat menjelaskan bahwa daerah Margahayu adalah sebagai kecamatan yang paling padat penduduknya di Kabupaten Bandung dan dalam ketersediannya sarana pendidikan suntuk jenjang sekolah SMA/SMK yang berjumlah tiga belas unit sekolah yang terdiri dari 7 unit untuk jenjang SMK dan 6 unit jenjang SMA. yang diantaranya adalah SMKS Farmasi Thibbun Nabawi, SMAN 1 Margahayu, SMK Mathlaul Anwar, SMA Mathlaul Anwar Margahayu, SMK Angkasa 1 Margahayu, SMK Angkasa 2 Margahayu, SMA Angkasa Margahayu, SMA KP Margahayu, SMK KP 1 Margahayu, SMK KP 2

5 Margahayu, SMK Marhas Margahayu, SMA Muhammadiyah 4 Margahayu, dan SMA K 3 Bina Bakti. Untuk dapat mengetahui sejauh mana upaya guru penjas dalam menanggulangi kenakalan siswa SMK/SMK di daerah Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. Maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan merumuskan judul Upaya Guru Penjasorkes dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa SMK/SMA Se-Kecamatan Margahyu Kabupaten Bandung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah, maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah ; 1. Seberapa besar upaya tindakan preventif guru penjasorkes dalam menanggulangi kenakalan siswa? 2. Seberapa besar upaya tindakan represif guru penjasorkes dalam menanggulangi kenakalan siswa? 3. Seberapa besar upaya tindakan kuratif guru penjasorkes dalam menanggulangi kenakalan siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya guru penjasorkes dalam menanggulangi kenakalan siswa SMK/SMA Se-Kecamatan Margahyu Kabupaten Bandung. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi berbagai pihak, sebagai berikut: 1. Kegunaan Secara Teoritis Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia pendidikan. Dan mendukung teori-teori pendidikan khususnya penjasorkes

6 2. Kegunaan Secara Praktis a. Bagi Pembaca tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan atau referensi tentang penanggulangan kenakalan Siswa di lingkungan Sekolah. b. Bagi Guru penjasorkes dapat digunakan dalam menyusun rencana dalam mengantisipasi kenakalan Siswa di lingkungan Sekolah. c. Bagi Sekolah dapat digunakan untuk menyusun program dalam meningkatkan kinerja tenaga kerja Guru dalam menanggulangi kenakalan Siswa yang terjadi di lingkungan Sekolah. d. Bagi Fakultas sebagai informasi dan masukan terhadap upaya Guru Penjasorkes dalam menanggulangi kenakalan siswa yang terjadi di Wilayah Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. E. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini, pembatasan masalah diperlukan agar ruang lingkup pelaksanaannya tidak menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Objek yang dijadikan penelitian adalah Guru Penjasorkes yang mengajar pada jenjang Sekolah SMK/SMA Se-Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan Guru Penjasorkes yang mengajar pada jenjang SMK/SMA Se-wilayah Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. 3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah menanggulangi kenakalan siswa pada jenjang SMK/SMA Se-Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. 4. Kenakalan siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kenakalan yang bersifat nondisipliner. 5. Populasi dan subjek penelitian ini adalah Guru-Guru mata pelajaran penjasorkes yang mengajar di Tiga belas unit Sekolah yang terdiri dari 7 unit Sekolah untuk jenjang SMK dan 6 unit Sekolah untuk jenjang SMA di wilayah Se-Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung. 6. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan sampel

7 7. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis karena lebih menekankan pada pemahaman terhadap masalah yang diteliti dengan cara mendeskripsikan objek yang diteliti secara faktual dan akurat apa adanya sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Metode deskriptif merupakan salah satu metode dalam meneliti status kelompok manusia atau objek suatu set kondisi maupun peristiwa secara faktual dan akurat. 8. Instrumen penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian adalah angket/kuesioner yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. F. Penjelasan Istilah Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan dalam judul ini, maka penulis mencoba menjelaskan sebagai berikut : 1. Upaya diartikan sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian upaya adalah usaha, akal, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar). 2. Guru adalah tenaga pengajar dan pendidik yang bertugas menyampaikan ilmu dan membentuk manusia yang berkualitas. 3. Pendidikan jasmani menurut Supandi (1991, hlm. 2) pendidikan jasmani adalah proses interaksi sistematik antara anak didik dan lingkungan yang dikelola melalui perkembangan jasmani secara efektif dan efisien menuju pembentukan manusia seutuhnya. 4. Menanggulangi adalah suatu usaha dalam menghadapi ataupun mengatasi perbuatan ataupun perlakuan yang menjurus ke arah penyimpangan dari norma-norma dan tata tertib ke arah yang lebih baik. 5. Kenakalan remaja merupakan perbuatan yang melanggar norma sosial, norma hukum, norma kelompok dan mengganggu ketentraman sosial.

8 G. Anggapan Dasar Anggapan dasar merupakan titik tolak pemikiran yang akan memberikan landasan bagi keseluruhan proses penelitian. Selain itu dapat membantu dan memberi arah terhadap pembuatan kesimpulan. Adapun anggapan dasar yang menjadi landasan pengkajian penelitian ini adalah sebagai berikut: Upaya penanggulangan terhadap kenakalan siswa menurut Gunarsa (1979, hlm. 161) dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Tindakan Preventif yakni segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya kenakalan-kenakalan. 2. Tindakan Represif yaitu tindakan untuk menindas dan menahan kenakalan remaja atau menghalangi timbulnya kenakalan yang lebih parah/hebat. 3. Tindakan Kuratif dan Rehabilitasi yakni revisi akibat perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. H. Hipotesis Pengujian hipotesis merupakan salah satu hal yang penting karena dilakukan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis. Untuk menguji kebenaran suatu hipotesis di dalam penelitian diperlukan suatu langkah pengujian. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Terdapat Upaya Preventif, Represif, dan Kuratif Guru Penjasorkes dalam Menanggulangi Kenakalan Siswa SMK/SMA Se-Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung.