BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam era globalisasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

ANALISIS RETRIBUSI PASAR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA TAHUN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai pengeluaranpengeluaran. pemerintah di bidang pembangunan dan kemasyarakatan.

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan pembiayaan. Ditinjau dari aspek kemandirian daerah, pelaksanaan otonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami perubahan yaitu, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

ABSTRAK. Oleh : ROSNI. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, tiap-tiap daerah dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Pohuwato. Data diperoleh

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan rangkaian kegiatan dari. program-program di segala bidang secara menyeluruh terarah dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengubah atau memperbaiki keadaan suatu negara. Dengan adanya kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya penyelenggaraan Otonomi Daerah menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. pembangunan. Oleh karena itu peran masyarakat dalam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan dari pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi ini menandakan pemerataan pembangunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

kenegaraan maupun kebijakan perekonomian. Pada era reformasi saat ini membawa perubahan paradigma sistem pemerintahan nasional, dari sistem

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah dalam rangka menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengelola sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan potensi dan

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, setiap daerah memiliki

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. pihak. Seperti kita ketahui bersama Negara mempunyai tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya perlu mendapatkan perhatian serius baik dari pihak pemerintah pada

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung periode 2006 hingga 2012 menunjukkan masih adanya ketergantungan pemerintah daerah kota Bandung terhadap dana perimbangan. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 19 menyatakan bahwa Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Sebagian besar sumber dana pembangunan pemerintah daerah didapatkan dari pemerintah pusat, selain itu kewenangan pemerintah daerah atas dana tersebut relatif terbatas. Penjelasan dapat dilihat pada tabel 1.1 mengenai penerimaan daerah kota bandung dibawah ini. Tabel 1.1 Penerimaan Daerah Kota Bandung Tahun 2006-2012 (dalam ribuan) Tahun Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang sah Total Penerimaan Nominal % Nominal % Nominal % Nominal % 2006 253,892,993 18.19% 1,139,842,617 81.67% 2,014,624 0.14% 1,395,750,234 100.00% - Peningkatan 2007 256,733,879 15.51% 1,097,176,115 66.29% 301,213,229 18.20% 1,655,123,223 100.00% 18.58% 2008 297,398,936 14.86% 1,360,460,068 67.97% 343,754,125 17.17% 2,001,613,129 100.00% 20.93% 2009 372,423,970 17.84% 1,459,244,804 69.91% 255,713,145 12.25% 2,087,381,919 100.00% 4.28% 2010 440,331,559 19.16% 1,379,383,633 60.02% 478,478,065 20.82% 2,298,193,257 100.00% 10.10% 2011 803,663,585 27.47% 1,462,243,484 49.99% 659,340,547 22.54% 2,925,247,616 100.00% 27.28% 2012 1,001,806,364 30.40% 1,437,018,840 43.61% 856,442,573 25.99% 3,295,267,777 100.00% 12.65% Rata-rata 20.49% - 62.78% - 16.73% - 100.00% 15.64% Sumber: Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 2006-2012, Diolah

2 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa penerimaan Daerah Kota Bandung periode 2006-2012 selalu mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dibilang cukup fluktuatif, peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 yaitu sebesar 27,28% sedangkan yang terkecil terjadi pada tahun 2009 yaitu hanya sekitar 4,28%. Jika dilihat secara rata-rata, peningkatan penerimaan daerah hanya berkisar 13,4%. Penerimaan Daerah mempunyai tiga komponen pembentuk yaitu Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Lain-lain pendapatan daerah yang sah itu sendiri terdiri dari Dana Hasil Bagi Pajak Dari Provinsi dan Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus. Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah berbanding dengan pendapatan daerah yang berasal dari sumber yang lain (Halim ; 2002). Tabel 1.1 menunjukkan bahwa persentase pendapatan asli daerah tidak pernah melebihi 30%, bahkan pada tahun 2007, 2008, dan 2010 persentase pajak daerah lebih kecil jika dibandingkan dengan komponen lain-lain PAD yang sah. Sebagai indikator kemandirian suatu daerah sudah seharusnya pendapatan asli daerah mempunyai jumlah yang lebih besar diantara dua komponen lainnya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) itu sendiri menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1 angka 18 bahwa pendapatan asli daerah, selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Bandung selama periode tahun 2006 hingga 2012 selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selengkapnya dapat kita lihat pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2006-2012 Persentase Peningkatan Tahun Target Realisasi Realisasi PAD PAD 2006 238,305,532,000 253,892,993,009 106.54% - 2007 281,981,582,738 279,503,175,471 99.12% 10.09% 2008 322,880,537,428 297,398,936,477 92.11% 6.40% 2009 283,908,133,020 372,423,970,433 131.18% 25.23% 2010 416,051,806,357 440,331,559,083 105.84% 18.23% 2011 719,575,563,243 803,663,585,485 111.69% 82.51% 2012 934,809,515,372 1,001,806,364,114 107.17% 24.65% Rata-rata Persentase Realisasi & Peningkatan 107.66% 23.87% Sumber: Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 2006-2012, Diolah Tabel 1.2 menunjukkan bahwa penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung dilihat dari jumlahnya selalu mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2011 sebesar 82,51%, sedangkan peningkatan terendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 6,4%, secara rata-rata peningkatannya sebesar 23,87%. Ini artinya potensi daerah yang menjadi sumber penerimaan di Kota Bandung ikut meningkat pula. Dilihat dari persentasi realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah hanya pada tahun 2007 dan 2008 saja Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung tidak memenuhi target yaitu 99,12% dan 92,11%, namun secara rata-rata realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yaitu 107,66%. Melihat realisasi target realisasi Pendapatan Asli Daerah yang hampir selalu terpenuhi, dikhawatirkan terjadi budgetary slack pada antara tahun 2006-2012.

4 Tomtom Dobul Qomar (2012) selaku pelaksana harian badan anggaran DPRD kota Bandung menyatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Bandung naik sekitar 15 persen dibandingkan tahun lalu, dan pendapatan tersebut memperoleh sumbangan kenaikan dari sektor pajak dan retribusi daerah (Ginanjar, 2012). Hal tersebut mengindikasikan adanya kontribusi pajak daerah sebagai salah satu sumber kekayaan daerah yang dimanfaatkan untuk pemasukan Pendapatan Asli Daerah. Sumber kekayaan yang didapat oleh daerah, akan dijadikan sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 6 angka 1 bahwa Sumber sumber kekayaan yang dimaksud di atas adalah : 1. Pajak Daerah. 2. Retribusi Daerah. 3. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. 4. Pendapatan Asli Daerah lainnya yang disahkan. Pendapatan Asli Daerah tersebut akan menentukan kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan. Selain itu dapat digunakan sebagai pendapatan operasional pemerintah dan membiayai pelaksanaan pembangunan, baik pembangunan daerahnya maupun untuk membiayai pembangunan nasional melalui Dinas Pendapatan Daerah.

5 Tabel 1.3 menunjukkan data Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung tahun 2006-2012. Tabel 1.3 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung Tahun 2006-2012 Tahun Pajak Daerah 2006 164,781,409,646 2007 194,128,259,768 2008 213,459,393,363 2009 272,664,041,773 2010 302,378,839,983 2011 665,854,660,260 2012 820,484,823,396 Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan PAD lainnya yang sah Total 75,908,865,024 3,155,367,154 10,047,351,185 253,892,993,009 66,150,795,925 3,763,740,190 15,460,379,588 279,503,175,471 74,339,201,289-9,600,341,825 297,398,936,477 77,170,447,766-22,589,480,894 372,423,970,433 84,955,499,382 14,852,163,728 38,145,055,990 440,331,559,083 79,702,575,533 10,168,969,381 47,937,380,311 803,663,585,485 86,503,573,547 7,084,367,446 87,733,599,725 1,001,806,364,114 Sumber: Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung 2006-2012, Diolah Tabel 1.3 Menunjukkan bahwa ada 4 sumber penerimaan Pendapatan Asli daerah diantaranya yaitu, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, dan PAD lainnya yang sah. Dari keempat sumber penerimaan tersebut dapat dilihat penurunan terjadi pada Retribusi Daerah tahun 2007 & 2011, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Tahun 2011 & 2012 (tahun 2008-2010 tidak ada penerimaan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan), dan PAD lainnya yang sah pada tahun 2008. Meski pajak daerah menjadi sumber penerimaan utama dalam Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung namun untuk Penerimaan Daerahnya masih bergantung pada Dana Perimbangan. Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung yang jumlahnya masih menunjukkan adanya ketergantungan terhadap pemerintah pusat dan kekhawatiran akan terjadinya budgetary slack pada Pendapatan Asli Daerah Kota Bandung merupakan hal yang kurang baik, mengingat Pendapatan Asli Daerah merupakan indikator kemandirian keuangan daerah. Oleh karena itu dibutuhkan analisis

6 mengenai komponen pembentuk pendapatan asli daerah khususnya pajak daerah sebagai sumber penerimaan utama dalam pendapatan asli daerah Kota Bandung. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul : Analisis Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Bandung. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah yang diidentifikasi adalah : 1. Seberapa besar kontribusi pajak daerah kota bandung terhadap pendapatan asli daerah kota bandung periode 2007 2012? 2. Seberapa besar efektifitas pajak daerah di Kota Bandung selama periode tahun 2007 hingga tahun 2012? 3. Bagaimana tingkat efektifitas dan kontribusi setiap jenis pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah di Kota Bandung selama periode tahun 2007 hingga tahun 2012? 1.3. Tujuan Penelitian Perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya menyebutkan beberapa pokok permasalahan yang ingin penulis uraikan dan jawab dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini antara lain :

7 1. Mengidentifikasi seberapa besar kontribusi pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Bandung selama periode tahun 2007 hingga tahun 2012.. 2. Untuk mengetahui tingkat efektifitas yang dicapai tiap jenis pajak daerah yang ada Kota Bandung selama periode tahun 2007 hingga tahun 2012. 3. Mengidentifikasi tingkat efektifitas dan kontribusi pajak daerah Kota Bandung selama periode 2007 hingga 2012. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan menambah pengetahuan bagi penulis dan juga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan untuk mendapatkan pemahaman mengenai permasalahan yang terjadi dilapangan. 2. Sedangkan bagi pihak lain, penelitian ini dapat dijadikan bahan kepustakaan dan sumber informasi tambahan dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya dengan mengangkat tema yang sama, atau hanya sebagai bahan bacaan untuk memperluas wawasan pembaca 3. Bagi para pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya peningkatan penerimaan pajak daerah demi peningkatan PAD sehingga berpengaruh positif terhadap pembangunan daerah. 1.5. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

8 Penelitian ini merupakan penelitian sekunder yang diperoleh melalui data dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung (DISPENDA Kota Bandung) yang beralamat di Jln. Wastukancana No. 2 Bandung.

D:\HERLAN JOB FILES\UPLOAD SKRIPSI\FILE OK\COPY CD SKRIPSI\EQY MUHAMMAD AMALLUDIN (FE S1 2014); belum upload\8. Bab 2-1 (check).docx 1