VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

BAB II LANDASAN TEORI. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid).

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengolahan tandan buah segar (TBS) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dimaksudkan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Proses pengolahan kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) di PKS,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dari tempurung dan serabut (NOS= Non Oil Solid). kasar kemudian dialirkan kedalam tangki minyak kasar (crude oil tank) dan

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. PERKEBUANAN NUSANTARA VII (Persero) UNIT BEKRI KAB. LAMPUNG TENGAH PROV. LAMPUNG. Oleh :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ)

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kelapa Sawit Sebagai Tanaman Penghasil Minyak Sawit. pangan maupun non-pangan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS OIL LOSSES PADA FIBER DAN BROKEN NUT DI UNIT SCREW PRESS DENGAN VARIASI TEKANAN

Model Penilaian Cepat untuk Kinerja Industri Kelapa Sawit (Rapid Appraisal for Palm Oil Industrial Performance)

Bab I Pengantar. A. Latar Belakang

PROSES PENGOLAHAN CPO DI PT MURINIWOOD INDAH INDUSTRI. Oleh : Nur Fitriyani. (Di bawah bimbingan Ir. Hj Evawati, MP) RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. tandan buah segar (TBS) sampai dihasilkan crude palm oil (CPO). dari beberapa family Arecacea (dahulu disebut Palmae).

! " # $ % % & # ' # " # ( % $ i

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lemaknya, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linolenat. Minyak

BAB II PEMBAHASAN MATERI. (TBS) menjadi minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

II. TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR EVALINA KRISTIANI HUTAHAEAN

ANALISA KEBUTUHAN UAP PADA STERILIZER PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN LAMA PEREBUSAN 90 MENIT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit Indonesia hingga tahun 2012 mencapai 9,074,621 Ha.

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU PADA CRUDE OIL TANK (COT) TERHADAP KADAR AIR DARI MINYAK SAWIT MENTAH (CPO) DI PABRIK KELAPA SAWIT PTPN. IV KEBUN ADOLINA KARYA ILMIAH

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh perusahaan. Bahan baku suatu perusahaan industri dapat

BAB I PENDAHULUAN. Seumantoh adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan Tandan Buah

TINJAUAN PUSTAKA. Belanda dengan bibit yang berasal dari Bourbon (Rheunion) atau Mauritius

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. PT. Salim Ivomas Pratama Tbk Kabupaten Rokan Hilir didirikan pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. DESKRIPSI PROSES

AUDIT ENERGI PADA PROSES PRODUKSI CPO (CRUDE PALM OIL) DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT USAHA ADOLINA, SUMATERA UTARA KRISTEN NATASHIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT SEI BARUHUR PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tandan Buah Rebus (TBR) yang keluar dari Sterilizer lalu masuk ke bagian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. sumber devisa negara melalui produk-produk primer perkebunan maupun

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Syarat Tumbuh

MINYAK KELAPA. Minyak diambil dari daging buah kelapa dengan salah satu cara berikut, yaitu: 1) Cara basah 2) Cara pres 3) Cara ekstraksi pelarut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. minyak adalah kelapa sawit (Elaeis guinensis JACQ). Kelapa sawit (Elaeis guinensis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

BAB II LANDASAN TEORI. minyak inti kelapa sawit (palm karnel oil) dan bungkil inti kelapa sawit (palm karnel

TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang mengolah TBS (Tandan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAWIT PADA PT. HINDOLI, CTP HOLDINGS (A CARGILL COMPANY)

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

2013, No.217 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. U M U M. TATA CARA PANEN.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar sebagai. produk hasil olahannya. Berdasarkan data triwulan yang dikeluarkan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam memecahkan masalah-masalah yang rumit sehingga didapatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan tumbuhan tropis yang

MODEL PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT BAB I PENDAHULUAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

DETAIL PROFIL PROYEK (DETIL PLAN OF INVESTMENT) KOMODITI KELAPA SAWIT DI NAGAN RAYA DISAMPAIKAN PADA FGD KAJIAN INVESTASI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 11,4 juta ton dan 8 juta ton sehingga memiliki kontribusi dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang dilapisi kulit yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar persen.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccarum officinarum L) termasuk famili rumput-rumputan. Tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

Kualitas Minyak Kelapa Sawit Kaya Karoten dari Brondolan Kelapa Sawit. Hajar Setyaji Fakultas Pertanian Universitas Jambi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

KARYA ILMIAH PRIYASIN HARDIAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KIMIA INDUSTRI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB III. Gambaran Umum Perusahaan. Singingi Hilir, kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau dengan akta pendirian dari

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang dapat dikendalikan, seperti misalnya peralatan. Terdapat pula faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti agroklimat dan force majeur seperti banjir. Analisis faktor-faktor dominan berpengaruh terhadapa mutu menggunakan diagram fishbone (tulang ikan). Diagram ini akan menggambarkan derivasi beserta penyebaran faktor-faktor dominan. Keunggulan diagram fishbone ini terletak pada proses analisisnya, yaitu memberikan kemudahan dalam mengeksplorasi faktorfaktor, seperti terlihat pada Gambar 27. Selanjutnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu dilihat tingkat kesulitannya dengan melihat perubahan terhadap mutu. Hasil penilaian tingkat kesulitan diberikan dengan memberi angka 1 (satu), yaitu sangat mudah, sampai dengan 5 (lima) yaitu sangat sulit. Hasil dari penilaian derajat kesulitan dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Derajat kesulitan faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas berbasis kelapa sawit. Panen dan Pasca Panen Pengolahan Distribusi dan Ekspor Faktor DK Faktor DK Faktor DK Perawatan, pemupukan 3 Peralatan 1 Peralatan 3 Pestisida 3 Teknik dan Metode 4 Kendaraan Angkut 3 Kendaraan Angkut 3 Gudang Sementara 3 Sumber Daya 3 Manusia Peralatan 1 Sumber Daya 4 Teknik dan Metode 4 Manusia Teknik dan Metode 4 Kendaraan Angkut 3 Kemasan Ekspor 1 Sumber Daya Manusia 1 Gudang Sementara 3 Kemasan Pasca Panen 3 Kerangan : DK = Derajat Kesulitan 84

Tandan Buah Sawit Minyak Sawit Minyak Goreng Persyaratan pemanenan Kadar asam lemak Warna minyak cerah Kematangan buah Berat TBS ± 10 kg Brondolan Panjang tangkai Pengumpulan TBS di TPH Teknik pemanenan Kadar air Kadar pengotor Harga Ketepatan pengiriman Penerimaan TBS dan Sortir Produk sesuai dengan SNI Informasi produk Kemasan produk Penerimaan CPO Komoditas dan produk berbasis sawit sesuai standar Pengukuran kematangan buah Pengutipan brondolan Perlakuan TBS di TPH Pembongkaran TBS Penyimpanan sementara Pengepresan Penyaringan Degumming Bleaching + deodorizing Pengumpulan TBS di TPH Transportasi TBS ke PMKS Pendistribusian CPO Perebusan Pelumatan Fractination + crystalization pengemasan Proses Pemanenan Proses Pengolahan Minyak Sawit Proses Pengolahan Minyak Goreng Gambar 27. Diagram sebab akibat (Fishbone) pada komoditas berbasis kelapa sawit 85

7.1. Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Mutu Proses Pemanenan Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu tandan buah sawit, berdasarkan Gambar 27, meliputi persyaratan pemanenan, kematangan buah, berat tandan buah sawit, brondolan, panjang tangkai dan pengumpulan tandan buah sawit di tempat penampungan hasil. Persyaratan yang menjadi acuan dalam pemanenan tandan buah sawit yaitu buah yang akan dipanen telah memenuhi kriteria matang, yang ditandai dengan warna buah kuning keemasan, brondolan yang jatuh kurang lebih 10% dari berat tandan buah sawit, dan berat tandan buah sawit kurang lebih 10 kg. Faktor lain yang diperhatikan dalam pemanenan yaitu area pemanenan, apakah tanah disekitar pohon kering atau basah dan terdapat genangan air. Pada area pemanenan dengan kondisi tanah kering, pemanenan dilakukan tanpa ada perlakuan khusus disekitar pohon sawit. Jika area pemanenan basah, beberapa persiapan dilakukan oleh petani sebelum dilakukan pemanenan, seperti memasang alas pada piringan pohon dimana tandan buah sawit diperkirakan jatuh. Persyaratan lain yang diperhatikan adalah alat yang digunakan untuk memanen. Faktor-faktor yang mempengaruhi sepanajang proses pemanenan adalah teknik pemanenan, pengukuran kematangan buah, pengutipan brondolan, perlakuan tandan buah sawit di tempat penampungan hasil, pengumpulan tandan buah sawit di tempat penampungan hasil dan transportasi tandan buah sawit ke pabrik minyak kelapa sawit. Teknik pemanenan dan pengukuran kematangan memiliki keterkaitan dengan persyaratan pemanenan. Pengutipan brondolan adalah pengambilan buah sawit yang telah terjatuh disekitar pohon sawit. Brondolan memiliki rendemen terbesar dalam proses pengolahan minyak sawit yaitu sekitar 44%, sedangkan tandan buah sawit memiliki rendemen sekitar 22%. Buah sawit yang telah dipanen, diangkut dengan menggunakan lori dan disimpan di tempat penampungan hasil. Buah sawit dibersihkan dari kotoran seperti tanah dan batu yang terikut dalam tandan buah sawit dan memotong tangkai tandan buah sawit. Setelah selesai proses pemanenan dan pengumpulan tandan buah sawit di tempat penampungan, proses selanjutnya adalah mendistribusikan tandan buah sawit ke pabrik minyak kelapa sawit. Faktor penting dalam pendistribusian tandan buah sawit adalah petani mendistribusikan tandan buah sawit pada hari yang sama dengan pemanenan. Hal ini bertujuan tidak terjadi penurunan mutu produk dengan 86

peningkatan nilai asam lemak bebas jika penyimpanan tandan buah sawit terlalu lama. 7.2. Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Mutu Proses Pengolahan Minyak Sawit Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu minyak sawit ditentukan oleh nilai parameter asam lemak bebas, kadar air, dan kadar pengotor. Nilai maksimal dari seluruh parameter yang ditetapkan oleh standar maksimal 5%. Akan tetapi, pada saat pengolahan di pabrik minyak kelapa sawit, khususnya proses pengepresan, kombinasi antara suhu dan tekanan sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas, kadar air dan kadar pengotor minyak sawit. Kandungan asam lemak bebas yang tinggi dipengaruhi oleh suhu yang tinggi, dan nilai yang dicapai mampu lebih dari 5%. Hal yang sama dengan kandungan kadar air, dimana nilai yang tinggi diperoleh dari ketidaksempurnaan proses pengepresan yang dipengaruhi dari proses sebelumnya, yaitu proses sterilizer yang menggunakan uap air dalam perebusannya. Mutu minyak sawit yang akan didistribusikan juga ditentukan oleh lama waktu pengiriman, sehingga perkiraan waktu yang ditetapkan harus tepat. Penundaan pengiriman akan meningkatkan kandungan asam lemak bebas pada minyak, sehingga menurunkan mutu minyak sawit yang akan diterima oleh konsumen. Dalam proses pengolahan minyak sawit, faktor-faktor yang mempengaruhi mutu yaitu penerimaan tandan buah sawit yang disertai dengan proses penyortiran, pembongkaran tandan buah sawit, perebusan, pelumatan, pengepresan, penyaringan, penyimpanan sementara serta pendistribusian produk (CPO). Pada penerimaan tandan buah sawit, faktor mutu yang mempengaruhi adalah sifat fisik buah sawit, melalui pengamatan visual terhadap tingkat kematangan buah, kotor atau tidaknya buah sawit, adanya cemaran solar/minyak pelumas atau pupuk di buah sawit serta adanya gigitan tikus pada buah sawit. Jika ditemukan penyimpangan mutu pada buah sawit, maka buah akan disortir dan dikembalikan kepada petani. Buah sawit yang lolos proses penyortiran, selanjutnya dimasukkan ke dalam lori dan diproses sterilizer atau perebusan yang bertujuan merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan asam lemak bebas, mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang, memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses 87

pengepresan dan untuk mendapatkan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. Proses selanjutnya adalah pelumatan yaitu proses pemisahan brondolan dari tandannya. Selanjutnya brondolan yang telah terpisah dicacah menjadi potongan kecil dengan tujuan mempersiapkan daging buah untuk pengempaan (Pressing) sehingga minyak dengan mudah dapat dipisahkan dari daging buah dengan kerugian yang sekecil-kecilnya. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah berupa bubur. Hasil pencacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan yang berada persis dibagian bawah digester. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, minyak dari bubur buah yang tersedak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage. Selama peruses pengepaan berlangsung, air panas ditambahkan kedalam screw press bertujuan untuk mengencerkan (dillution), sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15% dari berat tandan buah sawit yang diolah dari temperatur air sekitar 90ºC. Proses pengepresan akan menghasilkan minyak kasar dengan kadar 50% minyak, 42% air dan 8% zat padat. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengempaan perlu dibersihkan dari kotoran, baik yang berupa padatan (solid), lumpur (sludge), maupun air. Tujuan dari pembersihan atau pemurnian minyak kasar yaitu memperoleh minyak dengan kualitas sebaik mungkin dan dapat dipasarkan dengan harga yang baik. Minyak kasar yang diperoleh dari hasil pengepresan dialirkan menuju saringan getar (vibrating screen) untuk disaring agar kotoran berupa serabut kasar tersebut dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (Crude Oil Tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank dipanaskan hingga mencapai temperatur 95ºC -100ºC. Menaikkan temperatur minyak kasar sangat penting, yaitu untuk memperbesar perbedaan berat jenis antara minyak, air dan sludge sehingga sangat membantu dalam prose pengendapan. Selanjutnya, minyak dari crude oil tank dikirim ke tangki pengendap. Di clarifier tank, minyak kasar terpisah menjadi 2 fase yaitu minyak dan sludge yang disebabkan proses pengendapan. Minyak dari clarifier tank selanjutnya dikirim ke oil 88

tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Minyak yang dihasilkan disebut sebagai minyak sawit kasar (crude palm oil = cpo) selanjutnya disimpan di tangki penyimpanan, dan siap didistribusikan. 7.3. Faktor-Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Mutu Proses Pengolahan Minyak Goreng Mutu minyak goreng dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut warna minyak cerah dan produk sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) minyak goreng. Produk warna cerah ada keterkaitan dengan persyaratan dalam SNI minyak goreng, serta kandungan asam lemak bebas, kadar air dan kadar pengotor. Mutu minyak goreng juga dipengaruhi secara tidak langsung oleh informasi produk dan kemasan produk. Informasi produk yang diinginkan adalah legalitas merk dagang dan kehalalan produk. Kemasan produk memiliki keterkaitan dari cara penjualan produk, dimana keinginan konsumen melihat kejernihan minyak goreng. Dalam proses pengolahan minyak goreng, faktor-faktor yang mempengaruhi mutu yaitu proses penerimaan bahan baku CPO, proses degumming, proses bleaching,d eodorizing, proses fractination, crystalization dan proses pengemasan. Pada proses penerimaan bahan baku CPO dilakukan pengecekan kandungan asam lemak bebas CPO, dimana persyaratan yang ditetapkan oleh industri pengolah adalah maksimal 5%. Bila asam lemak bebas dibawah 5%, selanutnya CPO ddalam tangki dibongkar dan disimpan dalam tangki. Tahapan proses selanjutnya adalah degumming yaitu proses pemurnian dengan menghilangkan kotoran berupa lendir, getah/gum dan impurities ion Fe dan Cu. Proses pemurnian selanjutnya adalah bleaching/deodorizing, yaitu proses untuk menghilangkan zat warna dan sisa impurities serta untuk menghilangkan asam lemak bebas dan zat-zat yang menimbulkan bau. Setelah proses pemurnian, dilanjutkan dengan proses fractination/crystalization yaitu proses yang memisahkan fase cair (yang disebut dengan Olein = minyak goreng) dengan fasa padat (yang disebut dengan stearin). Selanjutnya proses pengemasan yaitu pengisian minyak goreng kedalam kemasan. 89