2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran N

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERKAIT DIVERSI DALAM PERMA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN REGISTER PERKARA ANAK DAN ANAK KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya

BERITA NEGARA. No.711, 2013 MAHKAMAH AGUNG. Penyelesaian. Harta. Kekayaan. Tindak Pidana. Pencucian Uang. Lainnya PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERAMPASAN ASET TINDAK PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII PERADILAN PAJAK

2018, No Pengadilan Tinggi diberi kewenangan untuk memeriksa, mengadili dan memutus perkara tindak pidana pemilu; c. bahwa dengan berlakunya ke

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar

Hj. D.S. DEWI, SH.MH Wakil Ketua PN Bale Bandung

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

2011, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lemba

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Perpajakan 2 Pengadilan Pajak

STANDARD OPERATING PROCEDURES (S.O.P) PENANGANAN PERKARA PIDANA ACARA BIASA PADA PENGADILAN NEGERI TENGGARONG

Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (RUU-KUHAP) Bagian Keempat Pembuktian dan Putusan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEPANITERAAN PIDANA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

2014, No c. bahwa dalam praktiknya, apabila pengadilan menjatuhkan pidana tambahan pembayaran uang pengganti, sekaligus ditetapkan juga maksimu

BAB I PENDAHULUAN A. DESKRIPSI SINGKAT B. KOMPETENSI UMUM C. KOMPETENSI KHUSUS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR PELAYANAN PERKARA PIDANA

PENETAPAN PENUNJUKAN MAJELIS HAKIM ATAU HAKIM TUNGGAL FORM PENUNJUKAN PANITERA PENGGANTI FORM PENUNJUKAN MAJELIS HAKIM PERKARA PIDANA SINGKAT FORM

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PIDANA

2 untuk mendapatkan Keputusan dan/atau Tindakan Badan atau Pejabat Pemerintahan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPSK. Pemeriksaan. Pemberhentian Anggota.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

1 jam perkara sesuai dengan nomor urut perkara 4. Membuat formulir penetapan Ketua Pengadilan Negeri tentang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BERITA NEGARA. No.868, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Hukuman Disiplin. Penindakan Administratif. Pedoman. Pencabutan.

ALUR PERADILAN PIDANA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA CARA PELAKSANAAN DIVERSI PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI KEPOLISIAN

TATA CARA PEMERIKSAAN ADMINISTRASI PERSIDANGAN

SALINAN BABI Undang-Undang Nomor L l Tahun 2OL2 tentang Sistem. 1. Pasal 5 ayat (21 Undang-Undang Dasar Negara

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR : M.HH-11.HM th.2011 NOMOR : PER-045/A/JA/12/2011 NOMOR : 1 Tahun 2011 NOMOR : KEPB-02/01-55/12/2011 NOMOR : 4 Tahun 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

2017, No kementerian/lembaga tanpa pernyataan dirampas, serta relevansi harga wajar benda sitaan Rp300,00 (tiga ratus rupiah) yang dapat dijual

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. proses evolusi kapasitas selaku insan manusia, tidak semestinya tumbuh sendiri

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG MAJELIS KEHORMATAN NOTARIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2018 TENTANG PEMBERIAN KOMPENSASI, RESTITUSI, DAN BANTUAN KEPADA SAKSI DAN KORBAN

2018, No terhadap korban tindak pidana pelanggaran hak asasi manusia yang berat, terorisme, perdagangan orang, penyiksaan, kekerasan seksual, da


PELAKSANAAN DIVERSI DALAM PERKARA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI KARANGANYAR)

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bagian Kedua Penyidikan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

No.1052, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Diversi. Sistem Peradilan Pidana Anak. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 5 sampai dengan Pasal 14, Pasal 29, Pasal 42 dan Pasal 52 ayat (2) sampai dengan ayat (6) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak wajib mengupayakan Diversi pada tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan perkara Anak di pengadilan dengan mengutamakan pendekatan Keadilan Restoratif; b. bahwa Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak belum mengatur secara jelas tentang tata cara dan tahapan proses diversi; c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan b maka perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3316) sebagaimana telah diubah dua kali dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 3; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4958); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3327)sebagaimana telah diubah dua kali terakhir denganundang-undang Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2009 tentang Peradilan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5077); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5076); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5332); Memperhatikan : Rapat Pimpinan Mahkamah Agung Republik Indonesia pada hari Kamis, tanggal 24 Juli 2014; Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Mahkamah Agung ini, yang dimaksud dengan :

3 (1) Musyawarah Diversi adalah musyawarah antara para pihak yang melibatkan Anak dan orang tua/walinya, korban dan/atau orang tua/walinya, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional, perwakilan masyarakat dan pihak-pihak yang terlibat lainnya) untuk mencapai kesepakatan Diversi melalui pendekatan Keadilan Restoratif (2) Fasilitator Diversi adalah Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan untuk menangani perkara anak yang bersangkutan. (3) Kaukus adalah pertemuan terpisah antara Fasilitator Diversi dengan salah satu pihak yang diketahui oleh pihak lainnya. (4) Kesepakatan Diversi adalah kesepakatan hasil proses musyawarah Diversi yang dituangkan dalam bentuk dokumen dan ditandatangani oleh para pihak yang terlibat dalam musyawarah Diversi. (5) Hari adalah hari kerja. BAB II KEWAJIBAN DIVERSI Pasal 2 Diversi diberlakukan terhadap anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun atau telah berumur 12 (dua belas) tahun meskipun pernah kawin tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun, yang diduga melakukan tindak pidana. Pasal 3 Hakim Anak wajib mengupayakan Diversi dalam hal Anak didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan didakwa pula dengan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 (tujuh) tahun atau lebih dalam bentuk surat dakwaan subsidiaritas, alternatif, kumulatif maupun kombinasi (gabungan). BAB III PELAKSANAAN DIVERSI DI PENGADILAN Pasal 4 Persiapan Diversi (1) Setelah menerima Penetapan Ketua Pengadilan untuk menangani perkara yang wajib diupayakan Diversi Hakim mengeluarkan Penetapan Hari Musyawarah Diversi. (2) Penetapan Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat perintah kepada penuntut umum yang melimpahkan perkara untuk menghadirkan:

4 a. Anak dan orang tua/wali atau Pendampingnya; b. Korban dan/atau orang tua/walinya; c. Pembimbing Kemasyarakatan; d. Pekerja Sosial Profesional; e. Perwakilan masyarakat; dan f. Pihak-pihak terkait lainnya yang dipandang perlu untuk dilibatkan dalam Musyawarah Diversi. (3) Penetapan Hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencantumkan hari, tanggal, waktu serta tempat dilaksanakannya Musyawarah Diversi. Pasal 5 Tahapan Musyawarah Diversi (1) Musyawarah Diversi dibuka oleh Fasilitator Diversi dengan perkenalan para pihak yang hadir, menyampaikan maksud dan tujuan musyawarah diversi, serta tata tertib musyawarah untuk disepakati oleh para pihak yang hadir. (2) Fasilitator Diversi menjelaskan tugas Fasilitator Diversi (3) Fasilitator Diversi menjelaskan ringkasan dakwaan dan Pembimbing Kemasyarakatan memberikan informasi tentang perilaku dan keadaan sosial Anak serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian. (4) Fasilitator Diversi wajib memberikan kesempatan kepada: a. Anak untuk didengar keterangan perihal dakwaan. b. Orangtua/Wali untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan perbuatan Anak dan bentuk penyelesaian yang diharapkan. c. Korban/Anak Korban/Orangtua/Wali untuk memberi tanggapan dan bentuk penyelesaian yang diharapkan. (5) Pekerja Sosial Profesional memberikan informasi tentang keadaan sosial Anak Korban serta memberikan saran untuk memperoleh penyelesaian. (6) Bila dipandang perlu, Fasilitator Diversi dapat memanggil perwakilan masyarakat maupun pihak lain untuk memberikan informasi untuk mendukung penyelesaian. (7) Bila dipandang perlu,fasilitator Diversi dapat melakukan pertemuan terpisah (Kaukus) dengan para pihak. (8) Fasilitator Diversi menuangkan hasil musyawarah ke dalam Kesepakatan Diversi.

5 (9) Dalam menyusun kesepakatan diversi, Fasilitator Diversi memperhatikan dan mengarahkan agar kesepakatan tidak bertentangan dengan hukum, agama, kepatutan masyarakat setempat, kesusilaan; atau memuat hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan Anak; atau memuat itikad tidak baik. Pasal 6 Kesepakatan Diversi (1) Musyawarah Diversi dicatat dalam Berita Acara Diversi dan ditandatangani oleh Fasilitator Diversi dan Panitera/ Panitera Pengganti. (2) Kesepakatan Diversi ditandatangani oleh para pihak dan dilaporkan kepada Ketua Pengadilan oleh Fasilitator Diversi. (3) Ketua Pengadilan mengeluarkan Penetapan Kesepakatan Diversi berdasarkan Kesepakatan Diversi sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Ketua Pengadilan dapat mengembalikan Kesepakatan Diversi untuk diperbaiki oleh Fasilitator Diversi apabila tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (9), selambat-lambatnya dalam waktu tiga hari. (5) Setelah menerima penetapan dari Ketua Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Hakim menerbitkan penetapan penghentian pemeriksaan perkara. Pasal 7 (1) Dalam hal Kesepakatan Diversi tidak dilaksanakan sepenuhnya oleh para pihak berdasarkan hasil laporan dari Pembimbing Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan, Hakim melanjutkan pemeriksaan perkara sesuai dengan hukum acara peradilan pidana Anak. (2) Dalam menjatuhkan putusan, Hakim wajib mempertimbangkan pelaksanaan sebagian Kesepakatan Diversi sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Pasal 8 Fasilitator Diversi tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata atas isi Kesepakatan Diversi. Pasal 9 Barang Bukti Penetapan Ketua Pengadilan atas Kesepakatan Diversi sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (3) memuat pula penentuan status barang bukti yang telah disita dengan memperhatikan Kesepakatan Diversi.

6 BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 10 Dalam hal belum terdapat Hakim yang memenuhi persyaratan yang diatur di dalam Pasal 43 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Hakim pada Pengadilan yang telah ditetapkan sebagai Hakim Anak berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak ditetapkan sebagai Hakim Anak berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 11 Peraturan Mahkamah Agung ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMahkamah Agung ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 2014 KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 Juli 2014 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, MUHAMMAD HATTA ALI AMIR SYAMSUDIN

7 LAMPIRAN I PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Penetapan Hari Musyawarah Diversi PENETAPAN Nomor.../Pid.Sus-Anak/20.../PN... DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Hakim/Majelis Hakim 1 Anak Pengadilan Negeri Membaca, penetapan Ketua Pengadilan Negeri Nomor tanggal, tentang penunjukan hakim yang mengadili perkara anak dengan terdakwa: 1. Nama lengkap : 2. Tempat lahir : 3. Umur/tanggal lahir : 4. Jenis kelamin : 5. Kebangsaan : 6. Tempat tinggal : 7. Agama : 8. Pekerjaan : Menimbang, bahwa untuk melaksanakan proses diversi, perlu ditentukan hari dan tanggal pertemuan; Memperhatikan Pasal 8 jo. Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak; 1 Pilih sesuai dengan penetapan Ketua PN. www.peraturan.go.id

8 MENETAPKAN: - Proses diversi dilaksanakan pada hari tanggal Jam di Ruang Mediasi Pengadilan Negeri ; - Memerintahkan kepada Penuntut Umum untuk menghadirkan Anak, Orang tua/wali/pendamping, Penasihat Hukum, Anak Korban, Orang Tua/Wali Korban, Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial, Perwakilan Masyarakat (RT/RW/Kepala Desa/Tokoh Masyarakat/Agama). 2 Ditetapkan di... pada tanggal HAKIM KETUA /HAKIM 3 PENGADILAN NEGERI 2 Keterlibatan semua unsur dan perwakilan masyarakat sifatnya kasuistis, mengacu pada Pasal 8 3 Jika yang menangani adalah Majelis Hakim, maka yang digunakan adalah Hakim Ketua; jika yang menangani adalah hakim tunggal, maka yang digunakan adalah Hakim

9 LAMPIRAN II PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Diversi Berhasil (Berdasarkan Pasal 52 ayat 5 UU No.11 tahun 2012 tentang SPPA) BERITA ACARA DIVERSI Nomor./Pid.Sus-Anak.../ /PN... Pengadilan Negeri., yang melaksanakan musyawarah diversi perkara anakdengan terdakwa: Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : Proses diversi dihadiri oleh: 4 1.......Fasilitator Diversi; 2....Panitera Pengganti; 3....Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas; 4....Pekerja Sosial Profesional/Tenaga Kerja Sosial (TKS)/masyarakat; 5....Penasihat Hukum; 6....Anak; 7....Orangtua/Wali Anak/Pendamping; 8....Korban dan/atau Orangtua/Wali; 9....Perwakilan Masyarakat (RT/RW/Kades/Guru/Tokoh Agama/Tokoh masyarakat). Musyawarah dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum oleh Fasilitator Diversi, lalu Fasilitator Diversi menanyakan kepada Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum kesediaannya untuk melakukan musyarawah; 4 Peserta Diversi ini bersifat kasuistis. (Pasal 8 ayat 1 UU SPPA) www.peraturan.go.id

10 Atas pertanyaan Fasilitator Diversi, Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum menyetujui dilakukan musyawarah; Kemudian Fasilitator Diversi menanyakan kepada Anak Korban/Orang Tua/Wali/Penasihat Hukum kesediaannya untuk melakukan musyawarah; 5 Atas pertanyaan Fasilitator Diversi, Anak Korban/Orang Tua/Wali/Penasihat Hukum menyetujui dilakukan musyawarah; 6 Selanjutnya Fasilitator Diversi memberikan kesempatan Pembimbing Kemasyarakatan untuk membacakan Laporan Penelitian Kemasyarakatan; Kemudian Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum untuk memberikan pendapat sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Selanjutnya Fasilitator Diversi memerintahkan kepada Anak/Orangtua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum untuk menjelaskan tentang perbuatan yang telah dilakukan Anak dan alasannya sebagai berikut: 7 ------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Atas penjelasan tersebut, Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada korban/orang tua/wali/penasihat Hukum untuk memberikan tanggapan sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Kemudian Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Peksos/TKS/Pendamping untuk memberikan informasi tentang perilaku dan keadaan sosial Anak, serta memberikan saran untuk penyelesaian konflik sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Selanjutnya Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada perwakilan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya tentang perilaku Anak serta memberikan saran untuk penyelesaian konflik sebagai berikut: 8 ------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Kemudian Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Anak korban/orang tua/wali/penasihat Hukum untuk memberikan tanggapan sebagai berikut: 5 Berdasarkan Pasal 9, khusus untuk: a. tindak pidana yang berupa pelanggaran; b. tindak pidana ringan; c. tindak pidana tanpa korban; d. nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat. Tidak diperlukan persetujuan dari Anak 6 Lihat catatan kaki 6. 7 Misalnya: pengakuan, permohonan maaf, penyesalan, dan harapannya 8 Jika ada perwakilan masyarakat.

11 Atas tanggapan tersebut, Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Anak/Orang tua/wali/pendamping/penasihat Hukum untuk memberikan tanggapan sebagai berikut: ------------------------------------------------------------------------------------------------- ------------------------------------------------------------------------------------------------------------ berikut: Berdasarkan diskusi dalam musyawarah tersebut, telah disepakati hal-hal sebagai Pasal 1.. Pasal 2..dst Demikian Berita Acara ini dibuat yang ditandatangani oleh Fasilitator Diversi dan Panitera Pengganti. Panitera Pengganti Fasilitator Diversi (Nama.) (Nama.)

12 LAMPIRAN III PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Diversi Gagal sejak awal (Berdasarkan Pasal 52 ayat 6 UU No.11 tahun 2012 tentang SPPA) gagal sejak awal BERITA ACARA DIVERSI Nomor./Pid.Sus-Anak.../ /PN... Pengadilan Negeri., yang melaksanakan musyawarah diversi perkara anak dengan terdakwa: Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : Proses diversi dihadiri oleh: 9 10....... Fasilitator Diversi; 11....Panitera Pengganti; 12....Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas; 13....... Pekerja Sosial Profesional/Tenaga Kerja Sosial (TKS)/masyarakat; 14....Penasihat Hukum; 15....Anak; 16....Orangtua/Wali/Pendamping Anak; 17....... Korban dan/atau Orangtua/Wali; 18....Perwakilan Masyarakat (RT/RW/Kades/Guru/Tokoh Agama/Tokoh masyarakat). Setelah musyawarah dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum oleh Fasilitator Diversi, Fasilitator Diversi menanyakan kepada Anak/Orang 9 Peserta Diversi ini bersifat kasuistis. (Pasal 8 ayat 1 UU SPPA) www.peraturan.go.id

13 Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum kesediaannya untuk melakukan diversi; Atas pertanyaan Fasilitator Diversi, Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum menyatakan tidak setuju; Kemudian Fasilitator Diversi menyatakan oleh karena Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum menyatakan tidak setuju, maka diversi dinyatakan tidak berhasil dan proses perkara dilanjutkan; Demikian Berita Acara ini dibuat yang ditandatangani oleh Fasilitator Diversi dan Panitera Pengganti. Panitera Pengganti Fasilitator Diversi (Nama.) (Nama.)

14 LAMPIRAN IV PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Diversi Tidak Berhasil (Berdasarkan Pasal 52 ayat 6 UU No.11 tahun 2012 tentang SPPA) BERITA ACARA DIVERSI Nomor./Pid.Sus-Anak.../ /PN... Pengadilan Negeri., yang melaksanakan musyawarah diversi perkara anak dengan terdakwa: Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : Proses diversi dihadiri oleh: 10 19....... Fasilitator Diversi; 20....Panitera Pengganti; 21....Pembimbing Kemasyarakatan (PK) Bapas; 22....... Pekerja Sosial Profesional/Tenaga Kerja Sosial (TKS)/masyarakat; 23....Penasihat Hukum; 24....Anak; 25....Orangtua/Wali/Pendamping Anak; 26....... Korban dan/atau Orangtua/Wali; 27....Perwakilan Masyarakat (RT/RW/Kades/Guru/Tokoh Agama/Tokoh masyarakat). Musyawarah dibuka dan dinyatakan tertutup untuk umum oleh Fasilitator Diversi, lalu Fasilitator Diversi menanyakan kepada Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat 10 Peserta Diversi ini bersifat kasuistis. (Pasal 8 ayat 1 UU SPPA) www.peraturan.go.id

15 Hukum kesediaannya untuk melakukan musyarawah; Atas pertanyaan Fasilitator Diversi, Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum menyetujui dilakukan musyawarah; Kemudian Fasilitator Diversi menanyakan kepada Anak Korban/Orang Tua/Wali/Penasihat Hukum kesediaannya untuk melakukan musyawarah; 11 Atas pertanyaan Fasilitator Diversi, Anak Korban/Orang Tua/Wali/Penasihat Hukum menyetujui dilakukan musyawarah; 12 Selanjutnya Fasilitator Diversi membacakan ringkasan dakwaan; Selanjutnya Fasilitator Diversi memberikan kesempatan Pembimbing Kemasyarakatan untuk membacakan Laporan Penelitian Kemasyarakatan; Kemudian Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Anak/Orang Tua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum untuk memberikan pendapat sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Selanjutnya Fasilitator Diversi memerintahkan kepada Anak/Orangtua/Wali/Pendamping/Penasihat Hukum untuk menjelaskan tentang perbuatan Anak dan bentuk penyelesaian yang diharapkan --------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kemudian Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Peksos/TKS/Pendamping untuk memberikan informasi tentang perilaku dan keadaan sosial Anak, serta memberikan saran untuk penyelesaian konflik sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Selanjutnya Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada perwakilan masyarakat untuk menyampaikan pendapatnya tentang perilaku Anak serta memberikan saran untuk penyelesaian konflik sebagai berikut: 13 --------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Kemudian Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Anak korban/orang tua/wali/penasihat Hukum untuk memberikan tanggapan sebagai berikut: --------------------------------------------------------------------------------------------------- -------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 11 Berdasarkan Pasal 9, khusus untuk: e. tindak pidana yang berupa pelanggaran; f. tindak pidana ringan; g. tindak pidana tanpa korban; h. nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat. Tidak diperlukan persetujuan dari Anak 12 Lihat catatan kaki 6. 13 Jika ada perwakilan masyarakat.

16 Atas tanggapan tersebut, Fasilitator Diversi memberikan kesempatan kepada Anak/Orang tua/wali/pendamping/penasihat Hukum untuk memberikan tanggapan sebagai berikut: Berdasarkan proses musyawarah tersebut, ternyata tidak tercapai kesepakatan diversi, karena maka proses perkara dilanjutkan; Demikian Berita Acara ini dibuat yang ditandatangani oleh Fasilitator Diversi dan Panitera Pengganti. Panitera Pengganti Fasilitator Diversi (Nama.) (Nama.)

17 LAMPIRAN V PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK KESEPAKATAN DIVERSI Yang bertanda tangan di bawah ini: I. Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : didampingi Orang tua/wali/pendamping yang bernama, sebagai pihak I; II. Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : www.peraturan.go.id

18 Anak Korban, didampingi Orang tua/wali yang bernama, sebagai pihak II; Pada hari tanggal bertempat di ruang mediasi Pengadilan Negeri di hadapan Fasilitator Diversi dan pihak-pihak terkait dalam proses diversi perkara Anak Nomor telah dicapai kesepakatan diversi dengan ketentuan ketentuan sebagai berikut: 14 Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Apabila kesepakatan ini tidak dipenuhi para pihak maka proses pemeriksaan dilanjutkan dalam proses persidangan. Pasal Terakhir Kesepakatan ini dibuat oleh para pihak tanpa adanya unsur paksaan, kekeliruan dan penipuan dari pihak manapun. Demikianlah kesepakatan ini dibuat dan ditandatangani oleh para pihak dan Fasilitator Diversi. Korban Anak 14 Kesepakatan ini harus memenuhi ketentuan Pasal 1320 BW dan harus bisa dilaksanakan.

19 Orang tua/wali Korban Orangtua/Wali Anak /Pendamping Saksi-Saksi: Pembimbing Kemasyarakatan Anak Penasihat Hukum Pekerja Sosial Profesional/ TKS/masyarakat Perwakilan Masyarakat (RT/RW/Kades/Guru/Tokoh Agama/Tokoh masyarakat) 15 Mengetahui, Fasilitator Diversi 15 Pilih sesuai dengan yang nyata hadir dalam diversi.

20 LAMPIRAN VI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Perihal: Lampiran: Laporan Hasil Diversi 2 (dua) bundel Kepada Yth. Ketua Pengadilan Negeri. Di. Dengan hormat, Sehubungan dengan pelaksanaan diversi perkara Nomor. /Pid.Sus- Anak/PN../20, dalam perkara anak dengan terdakwa: Nama lengkap : Tempat lahir : Umur/tanggal lahir : Jenis kelamin : Kebangsaan : Tempat tinggal : Agama : Pekerjaan : bersama ini dilaporkan bahwa proses diversi telah berhasil sebagaimana terlampir dalam berita acara dan kesepakatan diversi. Selanjutnya mohon diterbitkan penetapan diversi sesuai dengan ketentuan Pasal 52 ayat 5 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Demikian untuk menjadi perhatian...,.20.. Fasilitator Diversi 16 16 Jika yang menangani perkara adalah Majelis, maka yang menandatangani adalah Hakim Ketua. www.peraturan.go.id

21 LAMPIRAN VII PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DIVERSI DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK Draft template penetapan KPN diversi berhasil di Pengadilan PENETAPAN Nomor../Pid.Sus-Anak/20../PN DEMI KEADILAN BERDASARKAN TUHAN YANG MAHA ESA Ketua Pengadilan Negeri Setelah membaca: 1. Laporan dari Penyidik /Penuntut Umum/Hakim, Nomor tanggal perihal dalam perkara Anak dengan tersangka/terdakwa: Nama Lengkap: Tempat/Tanggal Lahir: Umur: Agama: Jenis Kelamin: Kebangsaan: Alamat: Pekerjaan: 2. Berita Acara Diversi Nomor tanggal ; 3. Kesepakatan Diversi tanggal ; www.peraturan.go.id

22 Menimbang, bahwa dari Laporan Penyidik/Penuntut Umum/Hakim tanggal antara Anak dan korban telah dicapai kesepakatan Diversi tanggal dengan ketentuan sebagai berikut: Pasal 1: Pasal 2: Pasal 3: Pasal 4: Pasal 5: Menimbang, bahwa kesepakatan diversi tersebut telah memenuhi dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, sehingga beralasan untuk dikabulkan; Memperhatikan ketentuan Pasal 12, Pasal 52 ayat 5 UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan; MENETAPKAN 17 1. Mengabulkan Permohonan Pemohon Penyidik /Penuntut Umum/Hakim; 18 2. Memerintahkan para pihak untuk melaksanakan kesepakatan diversi; 3. Memerintahkan penyidik untuk menerbitkan surat perintah penghentian penyidikan/penuntut umum untuk menerbitkan surat perintah penghentian penuntutan/hakim untuk mengeluarkan penetapan penghentian pemeriksaansetelah kesepakatan Diversi dilaksanakan seluruhnya/sepenuhnya. 17 Pilih salah satu sesuai tingkatan dimana musyawarah diversi berhasil 18 Pilih sesuai sesuai tahap diversi

23 4. Memerintahkan Penyidik/Penuntut umum/pengadilan untuk bertanggung jawab atas barang bukti sampai kesepakatan diversi dilaksanakan seluruhnya/sepenuhnya. 5. Memerintahkanagar barang bukti dikembalikan kepada (yang berhak/korban/terdakwa)/dirampas untuk negara/dirampas untuk dimusnahkan dan lain-lain* dalam hal kesepakatan diversi telah dilaksanakan seluruhnya/sepenuhnya. 6. Memerintahkan Panitera menyampaikan salinan penetapan ini kepada Penyidik Anak/Penuntut Umum/Hakim, Pembimbing Kemasyarakatan, Anak/Orang tua, Korban dan para Saksi. Ditetapkan di Pada tanggal: *pilih yang sesuai Ketua Pengadilan Negeri