BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Principal (pemegang saham) dengan Agent (manajerial) dalam sebuah

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Persepsi Good dalam good corporate governance adalah tingkat pencapaian

Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan yang dilakukan oleh peneliti merujuk penelitian-penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memahami hubungan tata kelola dalam suatu organisasi atau perusahaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien agar bisa bersaing dengan perusahaan lain di dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. Agency theory menekankan pada pentingnya pemilik modal (investor)

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholder

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep Good Corporate Governance (GCG) diperlukan untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB II LANDASAN TEORI. Teori agensi didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan sebagai sekumpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan publik atau perusahaan terbuka adalah perusahaan yang sebagian atau

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Umum atau yang disebut juga sebagai Bank Konvensional merupakan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. agency theory (teori keagenan) sebagai kontrak kerja antara principal dan agent,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (principal) dengan manajemen (agent).teori ini menjelaskan bahwa hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. obligasi. Investasi dalam bentuk saham sebenarnya memiliki risiko yang tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki sebuah perusahaan go public. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Isu yang sedang marak diperbincangkan saat ini adalah Good Corporate

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laba merupakan sekumpulan angka yang berisi informasi, dimana laba juga merupakan bagian penting dari

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui implementasi keputusan keuangan yang terdiri dari

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan yield imbal hasil yang di peroleh dari instrumen tersebut. Imbalan

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. menguasai informasi (Soewardjono, 2005 dalam Yenibra, 2014). Asimetri

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan akan. mempengaruhi penilaian kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri (Husnan, 2003). Salah satu instrument yang diperjual belikan dipasar

BAB I PENDAHULUAN. dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang dan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2013) tujuan laporan keuangan. pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh suatu kerangka tata kelola (corporate governance

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Keberadaan suatu entitas bisnis bukan hanya untuk mencari keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan pemilik perusahaan. Teori ini berkata bahwa terdapat pemisahan antara

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku bersangkutan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Obligasi adalah salah satu cara untuk memperoleh modal jangka panjang

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis selain untuk memaksimumkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan alat komunikasi. tersebut diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1.1 Agency Theory Teori agensi berkaitan dengan hubungan antara manajemen perusahaan (agent) dengan investor.menurut Darmawati dkk (2005), inti dari hubungan keagenan adalah adanya pemisahan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer).investor memberikan wewenang kepada manajer untuk mengelola kekayaannya. Investor mempunyai harapan bahwa dengan memberikan wewenang pengelolaan kepada manajer maka mereka akan memperoleh keuntungan (Mustikasari, 2010). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri.karena perbedaan kepentingan ini masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan bagi diri sendiri.principal menginginkan pengembalian yang sebesar-besarnya dan secepatnya atas modal yang diinvestasikannya.sedangkan manajer (agent) menginginkan kepentingannya dapat terpenuhi dengan pemberian kompensasi/bonus/insentif/remunerasi yang sebesar-besarnya atas kinerjanya.dengan demikian muncullah konflik kepentingan antara investor (principal) dan manajer (agent) (Setyapurnama dan Nopratiwi, 2007).

7 Teori kegenan lebih menekankan pada penentuan pengaturan kontrak yang jelas untuk masing-masing pihak yang berisi tentang hak dan kewajiban, sehingga dapat meminimumkan konflik keagenan.good corporate governance merupakan suatu mekanisme pengelolaan yang didasarkan pada teori keagenan. Penerapan konsep good corporate governance diharapkan memberikan kepercayaan terhadap agent (manajer) dalam mengelola danainvestor. 2.1.2 Signaling Theory Signaling theory adalah pemberian signal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik dan pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan (dalam hal ini yield) yang dapat dipercaya dan memiliki integritas dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang(wolk et al., 2004). Teori sinyal menjelaskan mengapa investor membeli obligasi perusahaan.yield obligasi yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa obligasi tersebut berisiko tinggi juga (De Ros, 2012). 2.1.3 Good Corporate Governance Good corporate governance timbul karena kepentingan perusahaan untuk memastikan kepada pihak penyandang dana (principal/investor) bahwa dana yang ditanamkan digunakan secara tepat dan efisien. Selain itu dengan good corporate governance, perusahaan memberikan kepastian bahwa manajemen (agent)

8 bertindak yang terbaik demi kepentingan perusahaan (Setyapurnama dan Nopratiwi, 2007). Forum for Corporate Governance in Indonesia/FCGI (2001) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, sehingga menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Nilai tambah yang dimaksud adalah corporate governance memberikan perlindungan efektif terhadap investor dalam memperoleh yield dan dana yang diinvesatsikannya. 2.1.4 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Setiap perusahaan harus memastikan bahwa prinsip corporategovernance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan.prinsipprinsip corporate governance diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan (KNKG, 2006). Prinsip-prinsip tersebut antara lain: a. Transparansi (Transparancy) Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

9 b. Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. c. Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. d. Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. 2.1.5 Tujuan Good Corporate Governance Tujuan dan manfaat GCG dapat diketahui dari Keputusan Menteri Negara BUMN melalui SK No. Keputusan 23/M-PM. PBUMN/2000, Pasal 6, Penerapan GCG dalam rangka menjaga kepentingan PESERO bertujuan untuk: 1. pengembangan dan peningkatan nilai perusahaan;

10 2. pengelolaan sumber daya dan risiko secara lebih efisien dan efektif; 3. peningkatan disiplin dan tanggung jawab dari organ PESERO dalam rangka menjaga kepentingan perusahaan termasuk pemeang saham, kreditur, karyawan, dan lingkungan dimana PESERO berada, secara timbal balik sesuai dengan tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing; 4. meningkatkan kontribusi PESERO bagi perekonomian nasional; 5. meningkatkan iklim investasi; dan 6. mendukung program privatisasi. Menurut Bassel Committee on Banking Supervision, tujuan dan manfaat good corporate governance antara lain sebagai berikut: 1 Mengurangi agency cost, biaya yang timbul karena penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya pengawasan yang timbul untuk mencegah timbulnya suatu masalah. 2 Mengurangi biaya modal yang timbul dari manajemen yang baik, yang mampu meminimalisir risiko. 3 Memaksimalkan nilai saham perusahaan, sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan dimata publik dalam jangka panjang 4 Mendorong pengelolaan perbankan secara professional, transparan, efisien serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian dewan komisaris, Direksi, dan RUPS 5 Mendorong dewan komisaris, anggota direksi, pemegang saham dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap perundang-undangan yang berlaku. 6 Menjaga Going Concern perusahaan.

11 2.1.6 Mekanisme corporate governance Mekanisme corporate governance merupakan seperangkat aturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan (FCGI, 2000). Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit. Masing-masing mekanisme tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. Kepemilikan institusional Investor institusional yang sering sebut sebagai investor yang canggih (sophisticated) sehingga seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibanding investor non instusional (Herawaty, 2008). Kepemilikan institusi menunjukkan persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional yang berasal dari sektor keuangan yaitu perbankan, perusahaan efek, asuransi dan lembaga pembiayaan (Rinangsih, 2008). Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Cornet et al, (2006) dalam Ujiyantho dan Pramuka, (2007) menyimpulkan bahwa tindakan pengawasan perusahaan oleh pihak investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan perhatiannya

12 terhadap kinerja perusahaan sehingga akan mengurangi perilaku opportunistic atau mementingkan diri sendiri. b. Ukuran Dewan Komisaris Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas (Zehnder, 2000 dalam FCGI, 2000). Hubungan antara jumlah anggota dewan komisaris dengan nilai perusahaan didukung oleh perspektif fungsi service dan kontrol yang diberikan dewan komisaris.konsultasi dan nasihat yang diberikan merupakan jasa yang berkualitas bagi manajemen yang tidak dapat diberikan oleh pasar.penelitian mereka menemukan bahwa investor bersedia memberikan premium lebih terhadap perusahaan karena service dan kontrol yang dilakukan oleh komisaris.fungsi service dan kontrol dewan komisaris dapat dilihat sebagai suatu sinyal kepada para investor bahwa perusahaan telah dikelola sebagaimana mestinya (Kusumawati dan Riyanto, 2005). c. Komisaris Independen Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi monitoringnya (Wardhani, 2008).

13 Penelitian oleh Che Haat et al (2008) dalam Haryani dkk (2011) mengenai teori keagenan memprediksi bahwa keberadaan alat pengendalian internal seperti komisaris independen dan pemisahan peran CEO (direksi) dari presiden komisaris akan mengurangi biaya keagenan, meningkatkan kualitas pengendalian dan mengurangi manfaat penahanan informasi, sehingga meningkatkan transparansi. Fama dan Jensen (1983) dalam Pramuka dan Ujiyantho (2007) menyatakan bahwa non-executivedirector (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen.komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. d. Komite Audit Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Hal ini dikarenakan komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Setiap perusahaan harus memiliki komite audit karena peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan belum memadai. Pemilihan dewan komisaris yang berdasarkan kedududkan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. 2.2 Penelitian Terdahulu Ada beberapa penelitian yang meneliti pengaruh penerapan good corporate governance terhadap yield obligasi.

14 Mustikasari (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh mekanisme Good Corporate Governance terhadap peringkat obligasi dan yield obligasi. Penelitian ini meneliti 54 perusahaan yang aktif memperdagangkan obligasinya selama 2003 2008. Hasil pengujian menunjukan Corporate Governance Index berpengaruh signifikan positif terhadap yield obligasi. Semakin baik penerapan corporate governance maka yield obligasinya semakin tinggi. Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) meneliti pengaruh corporate governance terhadap peringkat obligasi dan yield obligasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan corporate governance mempengaruhi yield obligasi. Keberadaan komite independen berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Bhojraj dan Sengupta (2001) meneliti efek dari corporate governance pada peringkat obligasi dan yield obligasi. Menurut Bhoraj dan Sengupta mekanisme corporate governance yang efektif dapat mempengaruhi yield obligasi melalui dampaknya terhadap default risk perusahaan. Mekanisme corporate governance dapat mengurangi konflik kepentingan antara manager dan pemilik modal melalui monitoring yang efektif dari tindakan-tindakan yang dilakukan manager. 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan pada teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya dan berdasarkan uraian penelitan-penelitian terdahulu yang menguji pengaruh penerapan good corporate governance, maka dibuat suatu kerangka pemikiran.terdapat empat variabel independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, dan komite audit serta satu variabel dependen yaitu yield obligasi.

15 Kerangka pemikiran tersebut adalah sebagai berikut: Mekanisme Corporate Governance Kepemilikan Institusional Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Ukuran Dewan Komisaris Yield Obligasi Komisaris Independen Komite Audit 2.4 Perumusan Hipotesis 2.4.1 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Yield Obligasi Bhoraj dan Sengupta (2003) menemukan adanya hubungan antara mekanisme corporate governance dengan peringkat obligasi dan yield obligasi. Kepemilikan institusional memiliki hubungan yang negatif signifikan dengan yield obligasi. Artinya semakin besar persentase kepemilikan insitusi sektor keuangan pada suatu perusahaan, yield obligasi yang dihasilkan obligasi perusahaan akan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya investor institusional dari sektor keuangan akan semakin meningkatkan kontrol terhadap kinerja manajemen, dan ini akan menguntungkan seluruh stakeholders termasuk bondholders yang secara intuitif akan meningkatkan harga obligasi dan pada akhirnya menurunkan yield obligasi (Rinangsih, 2005). Berdasarkan penelitianpenelitian tersebut maka hipotesisnya adalah:

16 Ha 1 :Terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusi dengan yield obligasi 2.4.2 Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Yield Obligasi Menurut Egon Zehnder dalam FCGI, dewan komisaris memegang peranan penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan good corporate governance.dewan komisaris merupakan inti dari good corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Besarnya dewan komisaris dapat dipandang sebagai sarana untuk memberikan masukan dan mengontrol perilaku oportunistik direksi dan manajemen (Kusumawati dan Riyanto, 2005).Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi yang bertanggungjawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Teori agensi menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif yang pada akhirnya menaikkan nilai perusahaan dan risiko investasi pada perusahaan itu semakin rendah. Apabila risiko investasi rendah maka yield obligasi yang ditawarkan akan semakin rendah.dari kesimpulan diatas maka hipotesis penelitiannya adalah: Ha 2 :Jumlah dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap yield obligasi

17 2.4.3 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Yield Obligasi Menurut penelitian Setyapurnama dan Nopritiwi (2006) menyebutkan bahwa jumlah komisaris independen berpengaruh negatif yang secara statistik signifikan terhadap yield obligasi.jumlah komisaris independen merupakan salah satu variabel yang dipertimbangkan investor dalam melakukan investigasi dalam obligasi.bhoraj dan Senguptha (2003) yang meneliti mengenai efek corporate governance pada peringkat obligasi dan yield obligasi menemukan adanya hubungan negatif antara komposisi komisaris independen yang besar dengan yield obligasi.semakin tinggi jumlah komisaris independen diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang semakin tinggi akan menurunkan tingkat risiko dan menaikkan harga jual obligasi, sehingga yield obligasi semakin rendah. Dari uraian tersebut maka hipotesis yang penulis ajukan adalah: Ha 3 :Jumlah komisaris independen berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. 2.4.4 Pengaruh Komite Audit terhadap Yield Obligasi Penelitian Rinangsih (2008) yang menguji pengaruh praktek corporate governanceterhadap risiko kredit, yieldsurat hutang (obligasi) menunjukan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Sedangkan hasil penelitian Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) menyebutkan bahwa keberadaan komite audit disuatu perusahaan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi perusahaan tersebut. Komite audit yang bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor, dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris

18 diharapkan dapat memberikan pengawasan secara menyeluruh. Keberadaan komite audit akan menurunkan risiko perusahaan. Keberadaan komite audit ini akan meningkatkan nilai perusahaan sehingga investor akan bersedia membeli obligasi dengan harga yang tinggi, jika harga obligasitinggi makayield obligasi yang ditawarkan perusahaan akan semakin rendah. Ha 4 :Jumlah komite audit berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.