SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF RUANGAN DARI SISTEM DEHUMIDIFIKASI MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUIDS DYNAMICS (CFD)

dokumen-dokumen yang mirip
Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

ANALISIS CFD DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF PADA PROSES DEHUMIDIFIKASI SAMPLE HOUSE DENGAN KONSENTRASI LIQUID DESSICANT 30%

PENGARUH PROSES DEHUMIDIFIKASI TERHADAP TEMPERATUR UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CaCl2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

SIMULASI DISTRIBUSI SUHU DAN KELEMBAPAN RELATIF PADA RUMAH TANAMAN (GREEN HOUSE) DENGAN SISTEM HUMIDIFIKASI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: B-169

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

ANALISA PENGARUH POSISI KELUARAN NOSEL PRIMER TERHADAP PERFORMA STEAM EJECTOR MENGGUNAKAN CFD

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse

ANALISA NUMERIK ALIRAN DUA FASA DALAM VENTURI SCRUBBER

BAB III SISTEM PENGUJIAN

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN BERLAWANAN ARAH

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR LUTFI HAVIDZ KIRANTHO L2E FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

BAB IV KAJIAN CFD PADA PROSES ALIRAN FLUIDA

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

Analisa Unjuk Kerja Heat Recovery Steam Generator (HRSG) dengan Menggunakan Pendekatan Porous Media di PLTGU Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. halaman belakang untuk memenuhi berbagai kenyamanan bagi para. penghuninya, terutama kenyamanan thermal. Keberadaan space halaman

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah

Kaji Numerik Pengkondisian Udara di Workshop Teknik Mesin Universitas Majalengka Menggunakan Autodesk Simulation CFD 2015

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dalam maupun luar yang aman dan nyaman, sehingga. penghuninya terhindar dari keadaan luar yang berubah-ubah.

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

Muchammad 1) Abstrak. Kata kunci: Pressure drop, heat sink, impingement air cooled, saluran rectangular, flow rate.

Nama Mahasiswa : HAYKEL FIBRA PRABOWO NRP : Dosen Pembimbing : Dr. Eng. Ir. PRABOWO, M.Eng

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA LAJU ALIRAN FLUIDA PADA MESIN PENGERING KONVEYOR PNEUMATIK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Analisa Efisiensi Isentropik dan Exergy Destruction Pada Turbin Uap Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap

Deni Rafli 1, Mulfi Hazwi 2. Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan INDONESIA

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

STUDI EFEK PENDINGINAN EVAPORASI DALAM CEROBONG DENGAN BERBAGAI JENIS DISTRIBUSI DAN SUDUT PENYEMPROTAN NOZZLE MENGGUNAKAN

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Numerik Pengaruh Gap Ratio terhadap Karakteristik Aliran dan Perpindahan Panas pada Susunan Setengah Tube Heat Exchanger dalam Enclosure

IV. PEMBAHASAN A. Distribusi Suhu dan Pola Aliran Udara Hasil Simulasi CFD

METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI PROSES EVAPORASI BLACK LIQUOR DALAM FALLING FILM EVAPORATOR DENGAN ADANYA ALIRAN UDARA

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan pemanasan global yang berdampak pada alam seperti

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

ANALISIS TEMPERATUR DAN ALIRAN UDARA PADA SISTEM TATA UDARA DI GERBONG KERETA API PENUMPANG KELAS EKONOMI DENGAN VARIASI BUKAAN JENDELA

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja kendaraan. truk dengan penambahan pada bagian atap kabin truk berupa

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

IRVAN DARMAWAN X

BAB III PERANCANGAN ALAT

PENGGUNAAN PERANGKAT LUNAK COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) DALAM MENGANALISIS SISTEM PENGERING IKAN TUNA BERTENAGA SURYA

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

PENGARUH HUMIDITY DAN TEMPERATURE TERHADAP KENYAMANAN PEMAKAIAN HELM TENTARA MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD) FLUENT

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KELEMBABAN RELATIF RUANGAN DARI SISTEM DEHUMIDIFIKASI MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUIDS DYNAMICS (CFD) *Eflita Yohana a, Bambang Yunianto a, Ade Eva Diana b a Dosen Program Studi S1 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro b Mahasiswa Program Studi S1 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. +62247460059 *E-mail: efnan2003@gmail.com ABSTRAK Dehumidifikasi merupakan proses pengurangan kadar uap air yang berpengaruh terhadap besar nilai kelembaban relatif dan temperatur suatu ruangan. Dalam mengkondisikan kadar uap air dalam suatu ruangan tersebut agar dapat sesuai dengan kebutuhan, maka perlu diketahui distribusi kelembaban relatif dan temperatur dalam ruangan menggunakan Computational Fluid Dynamics (CFD). Pada penelitian ini, pengambilan data dilakukan selama 20 menit dan dilakukan pada pukul 08.00 WIB. Liquid desiccant yang digunakan dijaga pada temperatur 10 C dengan variasi konsentrasi 40% dan 50%. DHT 11 dipasang pada lima sisi, atap, dinding, lantai, inlet, outlet, yang berfungsi untuk mencatat perubahan kelembaban dan temperatur selama pengujian berlangsung. Pada kondisi normal tanpa menyalakan alat dehumidifier, sensor mencatat temperatur rata-rata di dalam ruangan sebesar 29,9 C dan RH 58,9%. Simulasi dilakukan menggunakan software CFD Solidworks Flow Simulation 2014. Validasi hasil eksperimen dengan hasil simulasi dengan membandingan bahwa liquid desiccant 40% dan 50%, nozzle sprayer 0.2 mm dengan temperatur yang dijaga pada 10 C mempunyai distribusi yang cukup merata dengan konsentrasi 40% memiliki nilai RH terendah sebesar 65,21%, nilai RH tertinggi sebesar 68,99%, nilai ω = 18 gr/kg, serta mempunyai temperatur tertinggi 31,11 C dan temperatur terendah 30,05 C. Sedangkan dengan konsentrasi 50% distribusi dalam ruangan juga cukup merata karena memiliki nilai RH terendah sebesar 59,21%., nilai RH tertinggi sebesar 62,80%, nilai ω = 17 gr/kg, serta mempunyai temperatur tertinggi 31,71 C dan temperatur terendah 30,93 C. Sehingga liquid desiccant dengan konsentrasi 50% mempunyai nilai Humidity Ratio (ω) lebih rendah dibandingkan dengan yang memiliki konsentrasi 40%. Kata kunci: Dehumidifikasi, CFD, Liquid Desiccant CaCl 2 1. PENDAHULUAN Kelembaban merupakan jumlah uap air yang terkandung dalam udara. Berdasarkan fungsinya kelembaban berperan penting di bidang perkebunan dan pertanian karena menjadi faktor yang menunjang pertumbuhan tanaman. Dan juga sebaliknya, kelembaban yang berlebihan dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Kondisi kelembaban yang berlebihan dapat menyebabkan produktifitas kerja manusia cenderung menurun karena keadaan yang tidak nyaman seperti terlalu dingin atau terlalu panas. Suhu nyaman thermal untuk orang Indonesia berada pada rentang suhu 22,8 C - 25,8 C dengan kelembaban 70% jika lebih dari itu dapat berdampak negatif pada kehidupan, karena jika derajat kelembaban udara (RH) diatas 70% maka bakteri dan mikroorganisme mudah berkembangbiak sehingga mengganggu kesehatan manusia [1]. 2 Sistem dehumidifikasi menjadi salah satu pilihan untuk menurunkan kelembaban suatu ruangan, karena lebih ekonomis dari segi daya listrik dan juga media sorbent yang digunakan murah dan tidak membahayakan lingkungan sekitar. Proses dehumidifikasi merupakan proses pengurangan uap air dalam aliran gas. Di dalam dehumidifier, desiccant disemprotkan ke dalam aliran udara yang mengandung uap air sehingga terjadi perpindahan massa dan panas sensibel. Udara mengalami dehumidifikasi secara adiabatis [2]. 5 Dalam penelitian ini dehumidifikasi menurunankan kelembaban udara yang terjadi di dalam sistem dehumidifier, dimana kelembaban udara (uap air) diserap oleh media penyerap (sorbent) berupa larutan Calcium Chloride (CaCl 2 ) dengan konsentrasi tertentu pada saat terjadi kontak dengan udara. Pada saat larutan sorbent terjadi kontak dengan udara, maka akan terjadi perpindahan massa uap air dari udara ke larutan akibat perbedaan tekanan parsial uap air. Proses ini mengakibatkan terjadinya penambahan kandungan H 2 O di larutan sorbent yang menyebabkan penurunan konsentrasi larutan CaCl 2. Sehingga udara yang keluar melalui sistem dehumidifier berupa udara kering, dan larutan sorbent yang sudah berkontak dengan udara akan masuk ke regenerator. Regenerator digunakan untuk mengembalikan konsentrasi larutan CaCl 2 agar dapat digunakan kembali pada dehumidifier. Siklus tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1[3]. ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11 1

Gambar 1. Siklus dehumidifikasi pada dehumidifier. Pada penelitian ini diperlukan simulasi numerik untuk mengetahui distribusi aliran khususnya distribusi suhu dan kelembaban yang tidak dapat dilihat secara langsung tanpa menggunakan alat-alat yang canggih seperti sensor suhu, sensor kelembaban dan kamera thermal. Untuk itulah, metode numerik merupakan salah satu solusi alternatif dalam analisis dinamika aliran (CFD) pada proses aliran fluida pada sample house. Metode numerik dapat memprediksi sesuatu dengan lebih cepat dan mudah serta biaya yang relatif lebih kecil dari eksperimental. Di samping itu metode numerik juga dapat mengatasi kendala geometri yang rumit dan syarat-syarat batas yang merupakan penghambat metode analitis. Kemudian akan dilakukan validasi dengan membandingkan hasil penelitian secara aktual dengan hasil simulasi. 2. PERSAMAAN PEMBANGUN UNTUK ALIRAN FLUIDA Dalam fenomena suatu aliran fluida diperlukan beberapa persamaan persamaan pembangun, diantaranya sebagai berikut. 2.1 Hukum Kekekalan Momentum Hukum kedua Newton menyatakan bahwa laju perubahan momentum pada suatu partikel fluida sama dengan jumlah gaya-gaya yang bekerja pada partikel tersebut. Laju peningkatan momentum arah x, y dan z per unit volume partikel fluida dituliskan dengan persamaan sebagai berikut: ρ Du Dt Dv Dw + ρ + ρ = 0 Dt Dt (1) 2.2 Hukum Kekekalan Massa Keseimbangan massa pada suatu elemen fluida dapat dituliskan sebagai berikut: Laju pertambahan massa pada elemen fluida sama dengan netto laju aliran massa ke dalam elemen fluida tersebut [4]. 8 t (ρδxδyδz) = ρ t ρδxδyδz (2) 2.3 Hukum Kekekalan Energi Persamaan energi diturunkan dari Hukum I Termodinamika yang berbunyi: Laju penambahan energi pada partikel fluida sama dengan laju penambahan panas pada partikel fluida ditambahkan dengan kerja yang terjadi pada partikel fluida tersebut. Persamaan energi tersebut dapat ditulis dalam bentuk sebagai berikut [5] : 9 (ρe) t + (u i [ρe+p]) x i = T k x eff i x j h j J j + u j τ ij + S i eff h (3) 2 ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11

3. METODE PENELITIAN 3.1 Instalasi Alat Penelitian Dalam penelitian ini, penyusunan alat menjadi sebuah sistem instalasi penelitian ditampilkan pada Gambar 2 berikut ini. dimana: 1. Saluran outlet humidifier 2. Fan 3. Eliminator 4. Ruangan Tower 5. Spraying Nozzle 6. Pipa saluran liquid desiccant 7. Saluran inlet humidifier 8. Pompa 9. Ruangan bebas 10. DHT 11 11. Micro controller 12. Laptop 13. Conditioing Box Gambar 2. Sistem instalasi penelitian. Sample house memiliki dimensi 1,5 m x 1 m yang ditutup dengan menggunakan plastik, kemudian bagian inlet dan outlet dari dehumidifier tower dimasukkan ke dalam sample house tersebut. Dalam penelitian ini dehumidifier tower terbuat dari bahan acrylic dengan ketebalan 3 mm. Pada Gambar 3 ditampilkan model geometri ruangan dehumidifikasi. Penelitian dilakukan dengan memompa liquid desiccant CaCl 2 dingin yang temperaturnya dijaga pada 10 o C dari tangki penampung ke dehumidifier tower. Kemudian di dalam dehumidifier tower, larutan CaCl 2 dengan konsentrasi 60% akan didistribusikan menggunakan spraying nozzle dengan diameter 2 mm seperti yang terlihat pada Gambar 4. Perubahan kelembaban dan temperatur yang terjadi di dalam sample house akan diukur menggunakan sensor DHT 11 yang dipasang pada mulut inlet dan outlet dehumidifier tower selama 20 menit dengan waktu pengambilan data pada pukul 08.00 WIB. ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11 3

Gambar 3. Model geometri ruangan dehumidifikasi. Gambar 4. Spraying nozzle dengan diameter 2 mm yang digunakan pada dehumidifier tower. 3.2 Prosedur Penelitian Langkah-langkah dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mempersiapkan peralatan kemudian disusun sesuai gambar instalasi peralatan. 2. Mengisi tabung reservoir liquid desiccant dengan larutan CaCl2 yang memiliki konsentrasi 40% kemudian dipanaskan dan dijaga pada temperatur 10 o C. 3. Memasang nosel berukuran 0,2 mm pada humidifier. 4. Menghidupkan software LabView untuk pengambilan data berupa kelembaban udara serta temperatur udara. 5. Menyalakan pompa dan fan. 6. Menyalakan adaptor DC untuk thermoelectric dan fan heatsink di inlet humidifier hingga mencapai kondisi steady. 7. Melakukan pengambilan data selama 20 menit dan dicatat oleh software LabView. Pengambilan data dilakukan pada pukul 08.00 WIB. 8. Mengulangi langkah 2 sampai 6 dengan mengganti konsentrasi liquid desiccant menjadi 50%. 9. Memvalidasi data penelitian dengan jurnal internasional. 10. Mengolah data kemudian dilakukan pembahasan dari data yang didapatkan. 11. Mengeplot data yang telah didapatkan. 12. Menarik kesimpulan. 3.3 Diagram Alir Penelitian Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian ini maka dibuat diagram alir penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 5 berikut. 4 ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11

Mulai Penentuan Judul Studi Literatur Pengajuan Proposal Pembuatan dan Perakitan Alat Uji Tidak Bocor dan dapat Mencatat Temperatur dan Kelembaban Tidak Pengujian Variasi Temperatur Udara Masuk,Temperatur Liquid Dessicant, dan Konsentrasi Liquid Desiccant terhadap kenaikan Kelembaban Ya Data Pengujian Terbaca dengan Baik Tidak Ya Pembuatan Geometri dengan Solidworks Penggenerasian Mesh dengan Flow Simulation Pemasukan Kondisi Batas pada Flow Simulation dengan Data Eksperimen Simulasi Flow Simulation Konvergen Suhu & RH Tidak Ya Hasil Simulasi Validasi Data Tidak Ya Plot Distribusi Temperatur & RH Analisa dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 5. Diagram alir penelitian. ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11 5

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Hasil Simulasi Kasus 1 dengan Jurnal Pendukung Kasus 1 disimulasikan dengan kondisi awal sesuai jurnal pendukung menggunakan software Solidworks 2014 Flow Simulation. Kondisi awal yang digunakan seperti yang terlihat pada Tabel 1 sedangkan hasilnya dapat dilihat pada Gambar 6, perbandingan garis isoline tidak terlalu berbeda jauh karena lekuk garis tersebut hampir menyerupai satu sama lain. Validasi suhu pada simulasi kasus 1 dengan jurnal pendukung dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Parameter dan Boundary Condition dari jurnal pendukung Parameter Boundary Condition Suhu Masuk 289.2 K Cover LLDPE Thickness 0.1mm Caves Height 2.4m Total Height 4.1m Total Width 8m Total Length 20m Vents Located 0.65m above the ground Maximum opening Vents 15m length x 0.9m height (a) (b) (c) Gambar 6. Perbandingan garis isoline temperatur sample house hasil simulasi dengan greenhouse pada paper Catherine Baxevanou [14] (a) Hasil Simulasi Kasus 1, (b) Jurnal Penelitian, (c) Perbandingan Isoline menggunakan software Data Graph. Tabel 2. Validasi suhu pada simulasi kasus 1 dengan jurnal pendukung. Suhu (K) Simulasi Eksperimen Beda Eror Maksimal 295 293.20 1.80 0.6% Minimum 289 288.20 0.80 0.3% 6 ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11

4.2 Analisa Hasil Simulasi Kasus 2 Pada kasus 2 ini simulasi CFD dilakukan untuk mengetahui distribusi temperatur udara dan relative humidity (RH) di dalam ruang dehumidifikasi. Liquid desiccant yang digunakan adalah CaCl 2 konsentrasi 40% dengan temperatur 10 o C. Nosel yang digunakan berdiameter 0,2 mm dengan waktu pengambilan data pukul 08.00 WIB. Pada Gambar 7 ditampilkan kontur temperatur yang menjelaskan bahwa distribusi temperatur di dalam ruangan cukup merata yaitu berkisar pada 30,5 C, dan temperatur paling tinggi berada pada inlet sebesar 31,11 C. Validasi untuk suhu antara eksperimen dan simulasi pada kasus ini ditunjukkan pada Tabel 3. 2 1 3 5 4 Gambar 7. Kontur temperatur pada kasus 2. Tabel 3. Validasi suhu antara eksperimen dan simulasi pada kasus 2. Titik Suhu ( o C) X (m) Y (m) Z (m) Simulasi Eksperimen Beda Eror 1 0.2 1.22 0.5 31.11 31 0.11 0,4% 2 0.75 1.47 0.5 30.57 29 1.57 5% 3 1.48 0.82 0.5 30.14 29 1.14 4% 4 0.75 0.02 0.5 30.26 28 2.26 8% 5 0.23 0.45 0.5 29.99 29 0.99 3% Gambar 8 menunjukkan bahwa distribusi RH di dalam ruangan berkisar antara 68,99%, dan RH paling rendah berada pada sisi inlet sebesar 65,21%. Sedangkan Tabel 4 menunjukkan validasi RH antara eksperimen dan simulasi. Untuk mengetahui keakuratan model CFD yang dibuat maka dilakukan validasi nilai RH hasil simulasi dengan hasil pengukuran dari eksperimen yang telah dilakukan. 2 1 3 5 4 Gambar 8. Kontur RH pada kasus 2. ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11 7

Tabel 4. Validasi Relative Humidty antara eksperimen dan simulasi pada kasus 2. Titik RH (%) X (m) Y (m) Z (m) Simulasi Eksperimen Beda Eror 1 0.2 1.22 0.5 65.21 65 0.21 0.3% 2 0.75 1.47 0.5 67.93 67 0,93 1% 3 1.48 0.82 0.5 68.98 67 1.98 3% 4 0.75 0.02 0.5 69.29 71 1.71 2% 5 0.23 0.45 0.5 70.59 70 0.6 1% 4.3 Analisa Hasil Simulasi Kasus 3 Pada kasus 3 ini simulasi CFD dilakukan untuk mengetahui distribusi temperatur udara dan relative humidity (RH) di dalam ruang dehumidifikasi. Liquid desiccant yang digunakan adalah CaCl 2 konsentrasi 50% dengan temperatur 10 o C. Nosel yang digunakan berdiameter 0,2 mm dengan waktu pengambilan data pukul 08.00 WIB. Pada Gambar 9 ditampilkan kontur temperatur yang menjelaskan bahwa distribusi temperatur di dalam ruangan cukup merata yaitu berkisar pada 30,93 C, dan temperatur paling tinggi berada pada inlet sebesar 31,71 C. Validasi untuk suhu antara eksperimen dan simulasi pada kasus ini ditunjukkan pada Tabel 5. 2 1 3 5 4 Gambar 9. Kontur temperatur pada kasus 3. Tabel 5. Validasi suhu antara eksperimen dan simulasi pada kasus 3. Titik Suhu ( o C) X (m) Y (m) Z (m) Simulasi Eksperimen Beda Eror 1 0.2 1.22 0.5 31,71 31 0,71 2% 2 0.75 1.47 0.5 31,32 30 1,32 4% 3 1.48 0.82 0.5 30,90 30 0.9 3% 4 0.75 0.02 0.5 30,72 28 2,72 10% 5 0.23 0.45 0.5 30,58 29 1,58 5% Gambar 10 menunjukkan bahwa distribusi RH di dalam ruangan berkisar antara 62,80%, dan RH paling rendah berada pada sisi inlet sebesar 59,21%. Sedangkan Tabel 6 menunjukkan validasi RH antara eksperimen dan simulasi. Untuk mengetahui keakuratan model CFD yang dibuat maka dilakukan validasi nilai RH hasil simulasi dengan hasil pengukuran dari eksperimen yang telah dilakukan. 8 ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11

2 1 3 5 4 Gambar 10. Kontur RH pada kasus 3. Tabel 6. Validasi Relative Humidty antara eksperimen dan simulasi pada kasus 2. Titik RH (%) X (m) Y (m) Z (m) Simulasi Eksperimen Beda Eror 1 0.2 1.22 0.5 59,21 59 0.2 0.3% 2 0.75 1.47 0.5 60.68 59 1.68 3% 3 1.48 0.82 0.5 62.42 61 1.42 2% 4 0.75 0.02 0.5 63.12 64 0.9 1% 5 0.23 0.45 0.5 63.72 62 1.72 3% Berdasarkan kontur RH, dapat dianalisis bahwa dengan konsentrasi liquid desiccant 40% dan 50% dengan diameter nozzle 0,2 mm, temperatur liquid desiccant 10 C serta dengan waktu pengambilan data pukul 08.00 WIB, mengalami kenaikan temperatur sebesar 2 C, serta terjadi penurunan RH sebesar 8% di dalam ruangan. Pada kasus 3 ini kelembaban yang dicapai cukup rendah sehingga proses transfer massa dalam tower dehumidifier cukup optimal dalam menyerap kandungan udara. Terjadinya perpindahan massa uap air dari udara ke liquid desiccant dan perpindahan massa di dalam tower dehumidifier menyebabkan partikel-partikel di dalam udara saling bergesekan sehingga membuat temperatur udara meningkat. Pada kasus 3 ini dapat diketahui nilai humidity ratio (ω) pada masing masing titik dengan menggunakan software COOLERADO HDPsyChart. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7 berikut ini bahwa kasus ini mempunyai nilai Humidity Ratio (ω) yang rendah. Tabel 7. Nilai Humidity Ratio Kasus 2 Titik X (m) Y (m) Z (m) ω (gr/kg) 1 0.20 1.22 0.50 18.74 2 0.75 1.47 0.50 18.93 3 1.48 0.82 0.50 18.95 4 0.75 0.02 0.50 18.97 5 0.23 0.45 0.50 19.03 ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11 9

Tabel 8. Nilai Humidity Ratio Kasus 3 Titik X (m) Y (m) Z (m) ω (gr/kg) 1 0.20 1.22 0.50 17.56 2 0.75 1.47 0.50 17.59 3 1.48 0.82 0.50 17.63 4 0.75 0.02 0.50 17.68 5 0.23 0.45 0.50 17.73 Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa kasus 3 mempunyai nilai Humidity Ratio (ω) paling rendah dibandingkan dengan kasus 2. Berdasarkan hasil analisa dari kasus 2 dan 3, terlihat adanya distribusi baik temperatur maupun kelembaban relatif udara di dalam ruangan. Gambar 9 memperlihatkan hasil simulasi aliran udara melalui inlet hingga terdistribusi di dalam ruangan. Gambar 11. Distribusi aliran udara di dalam ruangan. Gambar 11 memperlihatkan bahwa desain ruangan dan letak inlet dalam ruangan mempengaruhi distribusi aliran udara di dalam ruangan. Udara yang mengalir dari inlet dinggap uniform bergerak lurus menjauh dari inlet hingga mencapai ujung ruangan. Selanjutnya udara akan tersebar mengikuti bentuk ruangan tersebut. Desain ini merupakan penyempurnaan dari penelitian sebelumnya. Dengan bentuk ruangan seperti Gambar 12 berikut ini yang diambil dari jurnal The Simulation of Temperature Distribution and Relative Humidity with Liquid Dessicant Concentration of 50% Using Computational Fluid Dynamics [15]. Gambar 12. Distribusi aliran udara jurnal [15]. 5. KESIMPULAN Jika melihat hasil simulasi CFD kedua kasus dapat disimpulkan bahwa pada kasus 1 distribusi di dalam ruangan dengan memvalidasikan simulasi dan jurnal menunjukkan kemiripan garis isoline. Dengan nilai eror suhu maksimal sebesar 0,6% dan suhu minimal sebesar 0,3%. Pada kasus 2 kondisi udara di dalam ruangan dengan menyalakan alat 10 ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11

dehumidifier menggunakan konsentrasi liquid dessicant sebesar 40%, mempunyai nilai RH terendah pada inlet 62,21%, nilai RH tertinggi pada outlet 70,59%, dengan nilai ω = 18gr/kg, serta mempunyai temperatur tertinggi pada outlet 31,11 C, temperatur terendah pada outlet 29,99 C. Sedangkan pada kasus 3 alat dehumidifier menggunakan konsentrasi liquid dessicant sebesar 50%, mempunyai nilai RH terendah pada inlet 59,21%, nilai RH tertinggi pada outlet 63,72% dengan nilai ω = 17gr/kg, serta mempunyai temperatur tertinggi pada outlet 31,71 C, temperatur terendah pada outlet 30,58 C. Hasil simulasi yang dilakukan dari ketiga kasus ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi liquid desiccant, maka semakin besar kemampuan untuk menurunkan kelembaban di dalam ruangan. Sehingga temperatur dan kelembaban dalam ruangan dapat tersebar merata. 6. DAFTAR PUSTAKA [1] Lippsmeier, G., 1994, Tropenbau Building in the Tropics, Bangunan Tropis (terj.), Jakarta: Erlangga. [2] Maryadi, D., 2009. Simulasi Pengaruh Parameter (Kecepatan dan Temperatur) Udara dan Desiccant terhadap Laju Perubahan Humidifikasi dalam Regenerator Menggunakan CFD. Semarang: Tugas Akhir Teknik Mesin Universitas Diponegoro. [3] Treybal, R.E., 1980, Mass-Transfer Operations, McGraw-Hill International Edition. Third Edition. [4] Versteeg, H.K., Malalasakera, W., 1995, An Introduction to Computational Fluid Dynamic, Longman Scientific & Technical, England. [5] Fahmi, N.M., 2013, Simulasi Distribusi Suhu dan Kelembaban Relatif Pada Rumah Tanaman (Green House) Dengan Sistem Humidifikasi, Semarang: Tugas Akhir Teknik Mesin Universitas Diponegoro. ROTASI Vol. 19, No. 1, Januari 2017: 1 11 11