BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. berlebihnya asupan nutrisi dibandingkan dengan kebutuhan tubuh sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam air, tidak berbau dan sangat manis. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 550

BAB I PENDAHULUAN. transparansinya. Katarak merupakan penyebab terbanyak gangguan

BAB I PENDAHULUAN. utama kebutaan yang tidak dapat disembuhkan. Glaukoma umumnya

BAB I PENDAHULUAN. hipopigmentasi berwarna putih susu berbatas tegas. Vitiligo mengenai sekitar 0,5-1% dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sepatu roda (inline skating) merupakan olahraga yang. membutuhkan keseimbangan antara kelincahan, kekuatan, kecepatan,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekitar 285 juta orang mengalami gangguan penglihatan dan 39 juta orang

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. bidang obstetri, karena merupakan penyulit 2% sampai 20% dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. tingginya penyakit infeksi seperti thypus abdominalis, TBC dan diare, di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Vitiligo merupakan penyakit yang tidak hanya dapat menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi yang semakin maju, terjadi pergeseran dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Umumnya prevalensi abortus sekitar % dari semua. prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas fisik merupakan kegiatan hidup yang dikembangkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan dalam jumlah kecil karena memiliki tingkat kemanisan yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. LAIs. Golongan antipsikotik tipikal adalah antidopaminergik yang bekerja sebagai

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktivitas fisik merupakan setiap pergerakan tubuh akibat kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN. Transplantasi ginjal merupakan pilihan pengobatan untuk pasien yang

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengeradikasi bakteri gram positif dan gram negatif. Amoksisilin juga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari lemak tumbuhan maupun dari lemak hewan. Minyak goreng tersusun

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1 (kurangnya sekresi insulin) dan tipe 2 (gabungan antara resistensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) termasuk salah satu penyakit. tidak menular yang sering terjadi di masyarakat

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB I PENDAHULUAN. Kebugaran jasmani berhubungan dengan keberadaan hemoglobin di. Jumlah sel darah merah dan jumlah hemoglobin didalam sel-sel sangat

PENDAHULUAN. dibandingkan dengan unggas-unggas lainnya seperti ayam. Fakultas Peternakan

BAB I PENDAHULUAN. diprediksi akan terus meningkat di masa yang akan datang terutama di negara-negara

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup, yang berguna bagi kelangsungan hidupnya. Makanan penting

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan suatu masalah kesehatan pada masyarakat dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Variasi produk dan harga rokok di Indonesia telah menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. imunitas, gangguan sensasi kornea, riwayat operasi kornea, abnormalitas

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di hati dan ginjal, sedangkan di otak aktivitasnya rendah. 2 Enzim

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelainan pada sekresi insulin, kerja insulin atau bahkan keduanya. Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. saat ini umur harapan hidup di Indonesia sekitar 72 tahun dengan rerata perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahaya dari logam berat tersebut ditunjukan oleh sifat fisik dan kimia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan dibidang kesehatan. Menurut survey Badan Pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. gangguan baik fisik maupun psikis. Salah satu bercak putih pada kulit adalah vitiligo,

BAB 1 PENDAHULUAN. Plumbum (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat. Logam berat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

Retikulum Endoplasma (Mader, 2000) Tuti N. dan Sri S., FIK 2009

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi paru dan penurunan kualitas hidup manusia. 2 Penyakit paru

BAB I PENDAHULUAN. akibat kegiatan industri dan transportasi (Soedomo, 2001). Timbal (Pb) adalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial, komunikasi, prilaku stereotipik, repetitif, ansietas dan konfulsif selama kehidupannya. 1,2 Autisme biasanya didiagnosis sebelum usia 36 bulan. Angka kejadian autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan dengan rasio 4:1, dan dengan derajat gangguan komunikasi, kelainan sosial, repetitif dan gangguan prilaku yang bervariasi. 3-5 Selama 40 tahun terakhir, prevalensi dari autisme telah meningkat sekitar 10 kali lipat. Sementara pemahaman beberapa faktor yang terkait dengan peningkatan risiko dan meningkatnya prevalensi, tidak dapat diketahui dengan pasti. 6 Peningkatan prevalensi anak autis bervariasi antara negara satu dan negara yang lainnya. Di Swedia pada tahun 1980 prevalensi autisme 20 per 10.000 anak (1:500). 7 Jepang pada tahun 1994 didapatkan prevalensi autisme 21,1 per 10.000 anak (1:474). 8 Di California prevalensi anak autis meningkat 10 kali dalam 40 tahun terakhir, data tahun 1992 hingga tahun 1994, angka anak autis 20 per 10.000 menjadi 46 per 10.000 anak. 9 Data dari Autism and Developmental Disabilies Monitoring (ADDM) menunjukkan peningkatan prevalensi autisme dari tahun 2002 hingga 2008 di 14 negara bagian Amerika Serikat (Alabama, Arizona, Colorado, Florida, Georgia, Maryland, Missouri, North Carolina) sebesar 1

78%, dengan 6,4 per 1000 (1:156) pada tahun 2002 hingga 11,3 per 1000 (1:88) pada tahun 2008. 4 Di Indonesia, autisme mendapat perhatian karena jumlah anak autis meningkat dengan cepat. Data yang valid mengenai jumlah anak autis di Indonesia masih belum ada. Lembaga sensus Amerika Serikat melaporkan bahwa pada tahun 2004 jumlah anak dengan ciri-ciri autisme di Indonesia mencapai 475.000 orang. Perkembangan penelitian-penelitian mengenai autisme semakin banyak dan disadari bahwa gangguan autisme merupakan suatu spektrum yang luas. Setiap penderita memiliki kuantitas dan kualitas yang berbeda dari tingkat gangguannya. 10 Faktor yang mendukung terjadinya peningkatan risiko terjadinya autis seperti usia orangtua, usia gestasi, serta berat badan lahir rendah. Berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau usia gestasi kurang 35 minggu memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya autisme. Usia ayah atau ibu diatas 30 tahun berisiko tinggi memiliki anak autisme dibanding usia dibawah 30 tahun. 9,11 Stres oksidatif pada autisme telah dipelajari hingga ke tingkat membran, salah satunya dengan mengukur produk peroksidasi lipid dan antioksidan yang terlibat dalam pertahanan sistem terhadap Reactive Oxygen Species (ROS). 12 Penanda peroksidasi lipid meningkat pada autisme, hal ini menunjukkan bahwa stres oksidatif meningkat pada autisme dengan tingkat serum antioksidan seperti transferin (protein pengikat besi), seruloplasmin (mengikat tembaga protein), dan kadar selenoenzyme ditemukan menurun pada anak autis dengan tingkat Phosphatidylethanolamine (PE) yang menurun, dan Phosphatidylserine (PS) 2

meningkat dalam membran eritrosit anak autis. 13,14 Beberapa penelitian membuktikan adanya perubahan pada kegiatan enzim antioksidan seperti superoksida dismutase, glutathion peroksidase, katalase terjadi pada anak autis. 14,15 Selain itu, perubahan kadar glutathione dan metabolisme homosistein / metionin, disertai peningkatan sel peradangan, excitotoxicity, serta disfungsi mitokondria dan disertai penurunan kekebalan tubuh terjadi pada anak autis. 12,16 Selain itu, lingkungan dan faktor genetik diduga dapat meningkatkan kerentanan terhadap stres oksidatif pada autisme. 17,18 Secara keseluruhan, peningkatan stres oksidatif disertai kelainan membran lipid, reaksi inflamasi, gangguan respon imun, metabolisme energi dan excitotoxicity, dalam autisme yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan penyakit ini. 6,12 Stres oksidatif dapat dideteksi dengan mengetahui status antioksidan, enzim antioksidan, peroksidasi lipid, adanya protein dan oksidasi DNA, yang dari penelitian sebelumnya ditemukan meningkat pada anak dengan autis. 16,17 Sebuah metaanalisis terbaru dari 29 penelitian yang menggunakan sampel darah dari subyek dengan autisme, menunjukkan kurangnya kadar glutathione, glutathion peroksidase, methionin, dan sistein bersama dengan peningkatan tingkat glutathione teroksidasi kadar anti oksidan selain dari darah dapat pula ditemukan dari bahan ekskresi lainnya. Tingkat antioksidan dalam urin ditemukan secara signifikan lebih rendah dari normal pada anak-anak autis. 19,20 Glutathione berperan dalam mengatur jalur detoksifikasi, pengukuran glutathion tereduksi, glutathion teroksidasi, atau rasio glutation tereduksi teroksidasi glutathione membantu menentukan status oksidasi pasien. Pada banyak pasien dengan 3

autisme rasio glutathione teroksidasi glutathione yang menurun, menunjukkan status oksidasi yang berkurang. Penanda lain untuk berkurangnya kadar glutathione termasuk alphahydroxybutyrate, pyroglutamate, dan sulfate. Reaksi oksidan terjadi pada anak autis mengacu pada degradasi oksidatif membran sel, ini menunjukkan terdapatnya hubungan antara tingkat keparahan autisme dan hasil akhir peroksidasi yang dihasilkan melalui saluran kemih. 12,13,16,21 8-Hydroxy-2-Deoxyguanosine (8-OHdG) urine adalah biomarker untuk kerusakan oksidatif pada DNA akibat reaksi oksidan. 22 Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa terdapat peningkatan 8-OHdG urine anak dengan autis. Pada pemeriksaan dengan sampel urine anak autis juga dapat ditemukan peningkatan kadar 8-isoprostane yang merupakan salah satu produk peroksidasi lipid yang terbentuk dari peroksidasi Asam Arakidonat (AA) oleh ROS, secara non enzimatik dan dihasilkan secara invivo, akan tetapi parameter ini dapat rancu dikarenakan kadarnya dapat meningkat apabila terdapat gangguan saluran pencernaan. 5,16,22 Pengukuran 8-OHdG mempunyai beberapa kelebihan dibanding marker stres oksidatif lainnya karena secara kimiawi lebih stabil, dan merupakan produk spesifik dari kerusakan DNA, 8-OHdG dapat terdeteksi pada semua jaringan dan cairan biologi tubuh serta kadarnya dapat menurun dengan pemberian antioksidan. 22 Pemeriksaan dengan menggunakan parameter urine lebih sering dilakukan karena bersifat non invasif, tidak membentuk artifak dengan reaksi autooksidasi, serta lebih stabil dibanding plasma. Saat ini pemeriksaan 8-OHdG urine telah dilakukan secara luas dan diakui sebagai marker stres oksidatif invivo 4

akan tetapi pemeriksaan pada anak autis masih sangat terbatas dan belum pernah dilakukan di Indonesia. Penelitan mengenai stres oksidatif pada anak autis masih sangat terbatas. Pengukuran status oksidan yang biasa dilakukan saat ini adalah dengan mengambil sampel dari darah dan ini merupakan tindakan invasif yang sulit dilakukan dan menimbulkan stress pada anak. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar 8-OHdG urine dengan kejadian dan tingkat keparahan autis. 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada peningkatan kadar 8-OHdG urine pada anak autis dibandingkan dengan anak sehat? 2. Apakah ada perbedaan kadar 8-OHdG urine terhadap tingkat keparahan anak autis? 1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan kadar 8-OHdG urine dengan kejadian dan tingkat keparahan autis 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui perbedaan kadar 8-OHdG urine antara anak autis dengan anak sehat 5

2. Mengetahui perbedaan kadar 8-OHdG urine dengan tingkat keparahan autis 1.4.Manfaat Penelitian 1. Manfaat dalam bidang akademik : Meningkatkan pengetahuan mengenai 8-OHdG dalam patogenesis autisme 2. Manfaat dalam pengabdian masyarakat/praktek klinis : - Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan pemberian antioksidan untuk mengurangi stres oksidatif pada anak autis. - Peningkatan 8-OHdG dalam urine berperan pada penatalaksanaan autisme 3. Pengembangan penelitian : Data pada penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut terhadap pengukuran kadar radikal bebas setelah pemberian antioksidan pada anak autis. 6