BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KANCING GEMERINCING UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PRESTASI 1) Oleh

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

I. PENDAHULUAN. yang kuat antara tingkat pendidikan dengan perkembangan bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perkembangan bangsa adalah

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

I PENDAHULUAN. SMP Negeri 4 Terbanggi Besar yang terletak di jalan Proklamator Raya Link.IV

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

I. PENDAHULUAN. Pembahasan pada bab pendahuluan ini akan disampaikan beberapa hal pokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. penting dan menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Prestasi

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

1. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu berupa rumusan

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. bermutu adalah pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru yang prosesional yang

I. PENDAHULUAN. media pembelajaran juga dalam penggunaan metode pembelajar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

I. PENDAHULUAN. yang fleksibel, serta akomodatif terhadap tantangan zaman dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN PEMAHAMAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan melalui kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS LILIK SUPRAPTI

BAB I PENDAHULUAN. beberapa komponen yang menjadi satu kesatuan fungsional yang saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dapat memahami masalah-masalah yang berada dalam. lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan sosial yang membahas

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai empat kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi. aspek kompetensi pedagogik adalah guru mampu melakukan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu pendidikan di Indonesia harus selalu dilakukan dengan mengadakan pembaharuan-pembaharuan, seperti pembaharuan di bidang kurikulum, metodologi, pengajaran, peralatan dan lainnya. Setiap guru pasti menginginkan agar siswanya pada akhir pembelajaran berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, atau dengan kata lain hasil belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan. Pembelajaran sekarang ini penilaian tidak hanya mementingkan nilai tes hasil belajar (kognitif), tapi juga sikap dan keterampilan (afektif dan psikomotor), namun jika nilai hasil tes belajar siswa masih banyak yang harus remedial, maka akan membuat seorang guru merasa cukup gagal dalam mengelola pembelajaran. Hal itu juga yang dirasakan guru mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Ngambur Pesisir Barat, ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa hasil belajar siswa ternyata banyak yang kurang dari harapan.

2 Terdapat pendapat para siswa di SMAN 1 Ngambur bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan siswa untuk menguasainya. Namun pada kenyataannya tidak semua siswa menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu membangun sikap demokratis siswa dan berbagai sikap positif dan berpartisipasi sebagai siswa di dalam kegiatan pembelajaran, sehingga partisipasi dan prestasi belajar belum cukup mencapai hasil yang sesuai dengan kreteria pembelajaran PKn. Sekalipun banyak mengalami perubahan dalam pembelajaran PKn, tetapi pendekatan dan model pembelajaran yang dilakukan pendidik tidak mengalami perubahan, hal ini mungkin disebabkan kebiasaan pendidik dalam memberikan materi pelajaran, sehingga tampak peserta didik hanya secara pasif mendengarkan seperti model ceramah yang diberikan oleh pendidik. Berdasarkan hasil observasi penelitian tindakan kelas diperoleh informasi bahwa pembelajaran PKn di kelas XIIPS 1 SMA Negeri 1 Ngambur menunjukkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang ditunjukan dari kurangnya partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga mutu hasil belajar kurang baik yang dilihat dari rendahnya prestasi siswa dalam pembelajarn PKn. Gambaran tersebut menujukkan adanya kesenjangan antara kondisi aktual yang dihadapi di kelas dengan kondisi optimal yang diharapkan.

3 Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn belum terlaksana dengan baik, masih banyak siswa yang mengantuk, mengobrol, sms dan hasil belajar yang kurang maksimal. Hal itu menunjukan ada masalah dalam pembelajaran PKn yang dilaksanakan baik dari diri siswa, guru maupun lingkungan, pemahaman termotivasi partisipasi dan minat siswa yang rendah dan media yang di gunakan kurang menarik. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, diperoleh bahwa tingkat dari partisipasi dan prestasi belajar siswa pada siswa kelas kelas XI IPS1 di SMA Negeri 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat saat mengikuti materi pelajaran pendidikan kewarganegaraan masih tergolong sangat rendah dan hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa juga rendah, khususnya pada materi hubungan internasional, maka dari itu penelitian ini difokuskan pada perbaikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Begitu juga dari prestasi belajar siswa masih masih sangat rendah, ini dapat dilihat pada Tabel 1 yang menunjukkan bahwa baru 45,72 % siswa kelas XI IPS.1 yang sudah mencapai ketuntasan belajar. Adapun kriteria ketuntasan minimal masing-masing indikator untuk mata pelajaran PKn di SMA Negeri 1 Ngambur adalah 70 Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas XI IPS.1 pada Ulangan Harian Mata Pelajaran PKn Semester II SMA Negeri 1 Ngambur Tahun Pelajaran 2012/2013. No. Interval Frekuensi Persentase 1. 70 (Tuntas) 16 72 % 2. < 70 (Tidak Tuntas) 13 28% Jumlah 31 100%

4 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa partisipasi siswa dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas siswa XI.IPS1 pada standar kopetensi materi hubungan internasional dapat dikatakan masih tergolong rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai-nilai siswa yang belum mencapai KKM yaitu nilai 70. Hsil tersebut mencerminkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi tersebut masih tergolong rendah. Terbukti dengan rendahnya partisipasi dan prestasi siswa pada saat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM). Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa hanya 28% siswa yang tidak mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Indikatornya yaitu siswa enggan bertanya atau mengemukakan pendapat yang terkait dengan meteri pelajaran PKn, rendahnya minat belajar yang bisa dilihat dari kurangnya partisipasi siswa ketika di dalam proses pembelajaran PKn, serta ada kecenderungan siswa lebih senang mengobrolkan hal-hal di luar materi pelajaran, bermain dan saling bercanda di ruang kelas, seringnya siswa izin keluar kelas dengan alasan untuk buang air kecil, dan bermalas-malasan, mengantuk, tidak memperhatikan guru yang ditunjukan dengan sikap acuh tak acuh serta bergurau dengan siswa-siswa lainnya pada saat guru menyampaikan materi. Rendahnya pemahaman dan partisipasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran PKn, dapat berasal dari faktor ekstern siswa yang diduga turut berpengaruh salah satunya adalah faktor penggunaan model pembelajaran oleh guru mata pelajaran PKn. Hasil observasi awal, pada model pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah model ceramah dengan pemberian tugas dan diskusi sebagai model kombinasinya, yang ternyata belum dapat meningkatkan ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

5 Perubahan dalam hal ini perbaikan pembelajaran adalah mutlak dilakukan oleh seorang guru. Guru yang professional harus selalu peka terhadap masalahmasalah yang ada di sekitarnya. Salah satu wujud kepekaan dari seorang guru di antaranya adalah dengan melakukan penelitian tindakan kelas. Tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan mencari akar masalah yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran serta memilih strategi atau model pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa dan karakter materi pelajarannya, mengingat tidak setiap model pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan tertentu. Model pembelajaran yang digunakan diharapkan dapat membentuk sebuah pengalaman belajar PKn bagi siswa dengan mengaplikasikan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Beradasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, ketidak tercapaian ketuntasan belajar tersebut disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: 1. kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran, setiap guru mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang dapat menjawab dan setiap guru memberikan kesempatan bertanya maka sedikit pula yang bertanya dan setiap guru memberikan pekerjaan rumah banyak siswa yang menyalin hasil pekerjaan temannya. 2. model ceramah merupakan model yang dominan, siswa hanya menjadi objek pembelajaran dan hanya sebagai pendengar yang pasif.

6 3. banyaknya siswa melakukan kegiatan-kegiatan yang di luar dari pembelajaran pada saat penyampaian materi pelajaran 4. kurangnya pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dikarenakan model pengajarannya hanya searah dan menoton sehingga membuat siswa cepat bosan dan tidak mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan. Berdasarkan fenomena tersebut penulis beranggapan bahwa kesalahan dalam proses pembelajaran yang menyangkut dalam beberapa komponen pembelajaran seperti tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Salah satu kendala yang dirasakan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah masalah strategi pembelajaran. Selama ini proses praktik pembelajaran di sekolah umumnya masih terfokus pada guru, sedangkan siswa belum terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Secara umum, keaktifan siswa dalam pembelajaran tergolong rendah, hal ini terlihat dari, siswa tidak banyak bertanya, partisipasi siswa terbatas pada mendengarkan, mencatat, dan menjawab pertanyaan bila guru memberi pertanyaan, siswa hadir di kelas dengan persiapan belajar yang tidak memadai, ribut jika diberi latihan, dan siswa hanya diam ketika ditanya sudah mengerti atau belum Hal ini secara tidak langsung menyebabkan siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran. Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut di atas, yaitu tentang bagaimana meningkatkan partisipasi dan prestasi serta keaktifan belajar siswa, guru dapat memilih alternatif model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa. Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antar

7 siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menggunakan pembelajaran kooperatif merubah peran guru dari peran yang berpusat pada gurunya ke pengelolaan siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial dan hubungan antar manusia. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Pada pembelajaran, sering terdapat siswa yang terlalu dominan dan banyak bicara dalam kelompok. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing menjadikan siswa aktif dan semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat. Penggunaan Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dimaksudkan untuk memeratakan kesempatan bagi setiap siswa dalam kelompok untuk berkontribusi sehingga diharapkan terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa. Menurut Lie (2008:6), strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi. Kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton sementara sehingga arena kelas dikuasai oleh hanya segelintir orang.

8 Untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut di atas, yaitu tentang bagaimana meningkatkan keaktifan belajar siswa, guru dapat memilih alternatif model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa (Isjoni, 2009:16). Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing. Model pembelajaran ini dapat memberikan solusi pada pembelajaran dalam meningkatkan partisipasi dan prestasi. Berdasarkan hasil pengamatan sering terdapat siswa yang terlalu dominan dan banyak bicara dalam kelompok. Sebaliknya, juga ada anak yang pasif dan pasrah saja pada rekannya yang lebih dominan. Model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat menjadikan siswa menjadi aktif dan semua siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mengeluarkan pendapat. Penggunaan model pembelajaran tipe kancing gemerincing dimaksudkan untuk memeratakan kesempatan bagi setiap siswa dalam kelompok untuk berkontribusi sehingga diharapkan terjadi peningkatan keaktifan belajar siswa (Lie, 2008:63) Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing Pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS1 SMAN 1 Ngambur Kabupaten Pesisir Barat Tahun Ajaran 2012-2013

9 1.2.Identifikasi Masalah 1. partisiapsi belajar siswa siswa masih belum aktif dan Metode pengajaran guru dirasakan kurang menarik 2. minat belajar siswa sangat rendah 3. Banyak siswa yang bermalas-malasan dan mengantuk 4. Siswa banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak berhuhungan dengan pelajaran 5. prestasi belajar siswa masih rendah dilihat dapat dilihat nilai siswa yang belum mencapai KKM 1.3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas maka batasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. partisiapsi belajar siswa siswa masih belum aktif dan Metode pengajaran guru dirasakan masih kurang menarik 2. prestasi belajar siswa masih rendah dilihat dapat dilihat nilai siswa yang belum mencapai KKM 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah: 1. bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing terhadap partisipasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngambur khususnya pada materi hubungan internasional?

10 2. apakah model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngambur khususnya pada hubungan internasional? 1.5.Tujuan Penelitian 1. mendeskripsikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing terhadap partisipasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngambur khususnya pada materi hubungan internasional pada semester genap 2. untuk mengetahui prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Ngambur khususnya pada materi hubungan internasional pada semester genap 1.6 Kegunaan Penelitian a. Bagi Peneliti (Guru) Dapat menambah pengalaman, wawasan dalam mengembangkan keilmuan bagi dunia pendidikan serta kemampuan upaya peningkatan bidang studi dengan menggunakan model pembelajaran yang inovati dan kreatif. b. Bagi Siswa Dapat meningkatkan kegiatan partisipasi dan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran PKn c. Bagi Sekolah Dapat menambah referensi yang berhubungan dengan penelitian pendidikan.

11 1.6.Ruang Lingkup 1.6.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini yaitu: a. peningkatan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn. b. peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran PKn c. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dalam pembelajaran PKn 1.6.2 Ruang Lingkup Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI IPS1 di SMA Negeri 1 Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. 1. 6.3 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ngambur Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. 1.6.4 Ruang Lingkup Waktu Penelitian Ruang lingkup waktu penelitian adalah tahun pelajaran 2012/2013 semester II (genap). 1.6.5 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission). IPS sebagai program pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilainilai idealistic dan manusia. Tujuan instruksional citizenship transmission

12 menyiapkan warga negara yang baik dengan pengetahuan dan apresiasi terhadap nenek moyangnya (sejarah bangsa). Pendidikan ilmu pengetahuan sosial yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial yang meliputi sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, Pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan ilmu pengetahuan sosial di sekolah dasar diajarkan secara terpadu. Pelajaran pada tingkat SMA pada pelajaran pendidikan ilmu pengetahuan sosial diajarkan secara terpisah, dengan memperhatikan keterkaitannya, sehingga IPS tetap dapat dipahami dengan baik. Dalam Pargito (2010), tujuan utama pendidikan IPS pada dasarnya adalah mempersiapkan siswa sebagai warga negara agar dapat mengambil keputusan secara reflektif dan partisipasi sepenuhnya dalam kehidupan sosialnya sebagai pribadi, warga masyarakat, bangsa dan warga dunia. Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS, maka dalam pembelajaran pendidikan IPS diterapkan dengan 5 tradisi pendidikan IPS yaitu: 1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission) IPS sebagai program pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilai-nilai idealistic dan manusia. Tujuan instruksional citizenship transmission menyiapkan warga negara yang baik dengan pengetahuan dan apresiasi terhadap nenek moyangnya (sejarah bangsa). 2. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences)

13 Pendidikan ilmu sosial tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga harus mengajarkan makna dan nilai-nilai atas ilmu pengetahuan sosial itu untuk kepentingan kehidupannya kearah lebih baik. Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan kemasan pengetahuan sosial yang telah dipertimbangkan secara psikologis untuk kepentingan pendidikan. 3. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflective inquiry) Pendidikan reflektif bukan sekedar mengajarkan disiplin ilmu pengetahuan dan pemindahan nilai secara akumulatif, tetapi kurikulum sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan minat siswa. Siswa hendaknya tidak sekedar menghafal materi pelajaran, tetapi siswa bisa mendapat pengalaman-pengalaman edukatif dalam proses pembelajaran pendidikan IPS. 4. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism) Pendidikan IPS sebagai media pengembangan kritisme siswa. Pendidikan IPS mengutamakan pengembangan kemampuan pengetahuan dan memupuk keberanian mengemukakan pendapat atau argument. Untuk itu pendidikan IPS harus dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dengan berbagai metode pemecahan masalah. 5. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual). Pengembangan pribadi seseorang melalui pendidikan IPS tidak langsung tampak hasilnya, tetapi setidaknya melalui pendidikan IPS akan membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai ketrampilan sosial dalam kehidupan (social life skill).