BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. formal atau nonformal. Kedua pendidikan ini jika ditempuh dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TESIS

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rendahnya kualitas pendidik di Indonesia merupakan cerminan rendahnya

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

Studi tentang pelaksanaan pengajaran geografi di sekolah standar nasional. Oleh : Siti Zahratul Hajar NIM K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi serta mau bersaing dalam tantangan hidup. Akan tetapi sistem

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas

NUR ENDAH APRILIYANI,

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pegangan untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas :

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dikatakan berhasil apabila pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

Jasman Jalil. Penerbit. Jazwa Publishing. PENDIDIKAN untuk SEUMUR HIDUP

BABI PENDAHULUAN. dipecabkan kecuali dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan sumber daya yang dimilikinya. Baik sumber daya materil

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dijalani oleh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sergiovanni (1987), mengungkapkan bahwa (No student who can not

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

KODE ETIK GURU INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kemajuan iptek ini tidak lepas dari perubahan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu kunci kemajuan, semakin baik

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan (Isjoni, 2008: 1). Manusia-manusia yang berkualitas tersebut dapat dihasilkan melalui pendidikan yang bermutu. Sekolah sebagai suatu lembaga yang memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat sudah seharusnya dikelola dengan menerapkan Total Quality Management. Sallis (2006: 86) menyatakan bahwa pendidikan adalah pembelajaran masyarakat, jika Total Quality Management bertujuan untuk memiliki relevansi dalam pendidikan maka ia harus memberi penekanan pada mutu pembelajaran. Sekolah sebagai institusi pendidikan yang menggunakan prosedur mutu terpadu harus menangkap secara serius isu-isu tentang gaya dan kebutuhan pembelajaran. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

2 cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut tidak mungkin tanpa suatu proses yang terencana, terprogram, dan terlaksana dengan efisien, efektif dan relevan serta usaha yang sungguh-sungguh dari pemerintah maupun masyarakat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional seperti tersebut di atas adalah melalui peningkatan mutu pendidikan yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Pendidikan harus mampu menyiapkan dan membekali manusia agar dapat menghadapi tantangan di masa yang akan datang. Ketercapaian tujuan pendidikan akan bergantung pada jenis dan kualitas proses pembelajaran. Guru merupakan komponen pendidikan yang berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Menurut Mulyasa (2007: 5) upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas. Dalam derasnya arus globalisasi saat ini, seperti terlihat dengan adanya berbagai perubahan pada berbagai bidang, derasnya arus informasi dan persaingan kualitas, menuntut semua pihak untuk selalu meningkatkan kemampuannya, termasuk di dunia pendidikan. Sudah saatnya upaya peningkatan kualitas dunia pendidikan di Indonesia menjadi hal yang utama

3 dan dilakukan secara berkelanjutan. Pendidikan yang berkualitas akan dapat dijadikan sarana dalam membangun watak bangsa. Kinerja guru dan perangkat sekolah selalu disorot dan menjadi pembicaraan umum. Hampir setiap hari berita tentang guru dimunculkan di media, ibarat seorang selebritis. Bila mutu pendidikan turun dan terpuruk, maka persoalan itu ditumpahkan pada guru. Guru dituding tidak dengan sungguh-sungguh bekerja dan etos kerjanya rendah. Namun bilamana mutu pendidikan meningkat, maka kadangkala apa yang sudah dilakukan oleh guru sepertinya terlupakan. Guru sebagai seorang pendidik akan mempunyai citra yang baik apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekitarnya. Masyarakat akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari, apakah ada yang patut diteladani atau tidak. Seperti yang dinyatakan oleh Soetjipto dan Raflis (2004: 42) bahwa bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi dorongan dan arahan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian, berbicara dan bergaul baik dengan peserta didiknya, teman-temannya maupun anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas. Menurut Dirjen PMPTK Depdiknas (2007: 1), kualitas sistem pendidikan secara keseluruhan berkaitan dengan kualitas guru, karena guru merupakan ujung tombak dalam upaya peningkatan kualitas layanan dan hasil pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam upaya

4 mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan. Guru merupakan titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar. Kualitas guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pembelajaran. Menurut Yamin (2007: 6) apabila kualitas guru rendah maka dimungkinkan pembelajaran yang dia lakukan kurang efektif dan menyebabkan mutu pendidikan rendah. Salah satu faktor utama yang menentukan mutu pendidikan adalah guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas melalui proses belajar mengajar. Dengan demikian di tangan gurulah akan dihasilkan peserta didik yang berkualitas, baik secara akademis, keahlian (skill), kematangan emosional dan moral serta spiritual. Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam menjalankan tugas profesionalnya. Di dalam Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru yang profesional harus memiliki keahlian,

5 ketrampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara, Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Dengan demikian guru tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mampu mengayomi peserta didik, menjadi contoh atau teladan bagi peserta didik serta selalu mendorong peserta didik untuk lebih baik dan maju. Pemerintah secara resmi telah mencanangkan bahwa profesi guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah sertifikat profesi pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi. Guru yang dinyatakan lulus sertifikasi dianggap telah memenuhi persyaratan sebagai guru profesional dan akan menerima sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik merupakan bukti formal pengakuan untuk para guru sebagai tenaga profesional. Melalui guru-guru yang profesional inilah pemerintah berharap kualitas pendidikan dapat meningkat. Wibowo (Suara Merdeka, 5 Mei 2008) menyatakan bahwa sertifikasi dapat membawa dampak pada peningkatan kinerja guru yang bermuara pada peningkatan mutu pendidikan nasional. Hal ini dapat diartikan bahwa apabila setiap guru bersertifikat memiliki kinerja tinggi dan menyadari akan tugas dan kewajibannya, tentu akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajarannya dan akhirnya juga akan bermuara pada peningkatan kualitas pendidikan nasional. Di Kabupaten Demak tidak kurang dari 1.243 guru SMP dinyatakan telah lulus sertifikasi dan memiliki sertifikat pendidik (Data Diknas

6 Kabupaten Demak Tahun 2010). Setelah guru memiliki sertifikat pendidik dan menyandang gelar guru profesional serta menerima tunjangan profesi, muncul permasalahan terkait kinerja guru bersertifikat. Seperti pernyataan Panggyarso di Harian Suara Merdeka (4 Agustus 2008) bahwa mutu guru lebih penting daripada sertifikasi. Dalam hal ini guru dituntut tidak hanya sekadar memiliki dokumen sebagai guru profesional di atas kertas saja, tetapi kualitas guru di lapangan dalam mendidik siswanya dirasa jauh lebih penting. Menurut Mardiyono predikat guru profesional tentu tidak akan banyak berarti apabila yang bersangkutan tidak konsisten dalam mengampu proses pembelajaran (Sindo, 9 Juni 2008). Proses pembelajaran pada era informasi dan teknologi seperti sekarang ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan pembelajaran masa lalu. Praktik pembelajaran yang terjadi sekarang masih didominasi oleh pola atau paradigma lama yang dijumpai pada abad industri yang menganggap guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Pada abad pengetahuan, paradigma yang digunakan jauh berbeda dengan pada abad industri. Pendekatan pembelajaran yang digunakan pada abad pengetahuan adalah pendekatan campuran, yaitu perpaduan antara pendekatan belajar dari guru, belajar dari siswa lain, dan belajar dari diri sendiri (Kunandar, 2007: 13). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dan menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Meski tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran IPA, namun peserta didik

7 tetap berharap agar pembelajaran IPA di sekolah dapat disajikan secara menarik, efisien dan efektif. Dalam membelajarkan peserta didik untuk menguasai IPA bukan terletak pada seberapa banyaknya konsep yang harus dihafal, tetapi lebih kepada bagaimana agar peserta didik berlatih menemukan konsep-konsep IPA melalui metode ilmiah dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006: 7). Hal ini menjadi tantangan bagi para guru IPA terutama yang telah memiliki sertifikat pendidik untuk terus mengembangkan diri dalam meningkatkan kemampuannya dalam mengelola pembelajaran. Untuk itu pada era globalisasi seperti sekarang ini diperlukan cara pembelajaran yang dapat menyiapkan peserta didik agar melek IPA dan teknologi, mampu berfikir logis, kritis, kreatif, serta dapat berargumentasi secara benar. Dengan demikian pembelajaran IPA hendaknya mampu mengarahkan peserta didik terhadap realita, fakta, obyek, fenomena serta problematika yang dihadapi dalam kehidupan keseharian. Salah satu tantangan di masa kecanggihan teknologi seperti saat ini yang harus disikapi adalah guru harus terus meningkatkan kemampuannya, baik kemampuan profesional, pedagogik, kepribadian, maupun sosial. Guru harus bersifat responsif artinya guru harus bisa menguasai dengan baik produk IPTEK, terutama yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pembelajaran yang menggunakan multimedia. Guru yang hanya menguasai bidang ilmunya saja belum tentu mampu membuat peserta didiknya mudah memahami pelajarannya. Dan sebaliknya guru yang hanya menguasai ilmu didaktik saja, belum tentu dapat menjadi guru yang baik. Guru yang baik

8 adalah guru yang menguasai ilmu didaktik dan sekaligus spesialisasi bidang ilmu yang diampunya serta menyadari akan tugas dan kewajibannya. Hamalik (2008: 11) menyatakan bahwa guru yang baik tidak saja menguasai spesialisasi ilmunya, akan tetapi harus mengenal proses belajar manusia, caracara mengajar, penggunaan alat-alat peraga, teknik penilaian, dan sebagainya. Menurut Pasal 20 Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru memiliki kewajiban merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Berdasarkan tugas dan kewajiban guru seperti tersebut di atas maka sudah selayaknya para guru terutama guru IPA yang bersertifikat pendidik untuk dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik. Sudah barang tentu, pemahaman pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik tersebut terjadi apabila guru berhasil dalam mengajar, menggunakan metode, fasilitas, dan strategi yang relevan sehingga mampu melibatkan peserta didik dalam belajar secara optimal. Tanpa proses pembelajaran yang bermakna maka tujuan dan struktur kurikulum yang telah dirancang dengan baikpun tidak akan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Tidak jarang kegagalan peningkatan mutu pendidikan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya.

9 B. Fokus Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang penelitian di atas, yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah: Bagaimana karakteristik pengelolaan pembelajaran IPA oleh guru bersertifikat pendidik di SMP Negeri 1 Demak? Selanjutnya fokus penelitian tersebut diuraikan menjadi tiga sub fokus. 1. Karakteristik mata pelajaran IPA di SMP Negeri 1 Demak. 2. Karakteristik interaksi pembelajaran IPA oleh guru bersertifikat pendidik di SMP Negeri 1 Demak. 3. Karakteristik aktivitas guru IPA bersertifikat pendidik di luar kelas di SMP Negeri 1 Demak. C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik pengelolaan pembelajaran IPA oleh guru bersertifikat pendidik di SMP Negeri 1 Demak. 1. Karakteristik mata pelajaran IPA. 2. Karakteristik interaksi pembelajaran IPA oleh guru bersertifikat pendidik. 3. Karakteristik aktivitas guru bersertifikat pendidik di luar kelas. D. Manfaat Penelitian lain: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara

10 1. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi untuk pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran oleh guru bersertifikat pendidik. 2. Manfaat praktis a. Bagi Guru IPA yang sudah maupun yang belum memiliki sertifikat pendidik, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber motivasi untuk selalu meningkatkan kualitas pengelolaan pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan sumber informasi dalam rangka upaya peningkatan kualitas pembelajaran khususnya oleh guru bersertifikat pendidik di lembaga yang dipimpinnya. c. Bagi Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan tindak lanjut pascapemberian sertifikat guru berikut tunjangan profesinya. E. Definisi Istilah 1. Pengelolaan Pembelajaran Pengelolaan pembelajaran diartikan sebagai keseluruhan proses yang dilakukan oleh guru dalam membelajarkan peserta didik secara terkondisi untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Dalam proses pembelajaran itu terjadi interaksi antara siswa dan sumber belajar.

11 2. Pembelajaran IPA Pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang menekankan pada pengalaman langsung agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses mencari tahu dan berbuat atau yang disebut ketrampilan proses penyelidikan (enquiry skills), dimana pada setiap proses pembelajaran dapat memunculkan unsur: sikap, produk, proses dan aplikasi, sehingga peserta didik dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh, memahami fenomena alam melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah dan meniru cara ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru. 3. Guru bersertifikat Pendidik Guru bersertifikat pendidik adalah guru yang telah dinyatakan lulus sertifikasi dan memiliki sertifikat pendidik. Yang dimaksud sertifikat pendidik dalam penelitian ini adalah suatu dokumen yang dikeluarkan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dan diberikan kepada seseorang yang dinyatakan lulus sertifikasi. Dokumen tersebut memberi pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, dengan tujuan menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru dan meningkatkan profesionalitas guru, sehingga seorang guru dapat disebut sebagai tenaga profesional.