PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida

ABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN LAMA PENYEMPROTAN DAN INTERVAL KONTAK PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TERMINOLOGI MEDIS PETUGAS REKAM MEDIS DENGAN KETEPATAN KODE DIAGNOSIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT SOCCA NARESTRI PRADIPTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT SISWA SD NEGERI IV BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

Skripsi ini untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Agung Triono J

Keperpustakaan : 29 ( ) Kata Kunci : Cholinesterase, petani penjamah, pestisida

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

ABSTRAK. Utin Dewi Sri Aryani; 2016 Pembimbing I : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

BAB III METODE PENELITIAN

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN TUBERKULOSIS (TB) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah

Oleh Yulia Yekti Subekti S

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS ASETILKOLINESTERASE DARAH DENGAN TEKANAN DARAH PETANI YANG TERPAPAR ORGANOFOSFAT

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

Hansen STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRACT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

mengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PAPARAN PESTISIDA TERHADAP KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI PENYEMPROT TEMBAKAU DI DESA KARANGJATI, KABUPATEN NGAWI

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan hewan atau tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

STUDI PREVALENSI KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA MENDONGAN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 4 METODE PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN)

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN PESERTA BPJS DI KELURAHAN ROWOSARI DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS ROWOSARI

HUBUNGAN ANTARA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS GAJAHAN SURAKARTA DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA PKMS (PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT SURAKARTA)

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

PERBEDAAN KEPUASAN PASIEN UMUM, ASKES, DAN JAMKESMAS TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP KASUS BEDAH TULANG DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. DR.

Kata Kunci :Riwayat Keluarga, Konsumsi Alkohol, Kadar Asam Urat Darah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN. Hulawa Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara. Sedangkan

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

HUBUNGAN KELENGKAPAN ANAMNESIS DENGAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS PASIEN KASUS KECELAKAAN BERDASARKAN ICD-10 DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

Hubungan Pajanan Pestisida dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

Lama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB III METODE PENELITIAN

SKRIPSI PENGARUH AKREDITASI TERHADAP KELENGKAPAN PENGISIAN RESUME PASIEN RAWAT INAP DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT I

SKRIPSI HUBUNGAN UNSUR MANAJEMEN DENGAN PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN PUSKESMAS DI KABUPATEN BOYOLALI

Transkripsi:

HUBUNGAN CARA PENANGANAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DUSUN BANJARREJO DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Oleh : MARISA SUKARNO PUTRI J 410 120 073 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

i

ii

iii

HUBUNGAN CARA PENANGANAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DUSUN BANJARREJO DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI Marisa Sukarno Putri 1, Heru Subaris Kasjono 2, Dwi Astuti 3 1 Mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, icacong.marisa@gmail.com 23 Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Paparan pestisida merupakan salah satu penyebab terjadinya keracunan pestisida pada petani dengan melihat kadar cholinesterase pada darah petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan cara penanganan pestisida dengan tingkat keracunan pestisida pada petani di Dusun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Cara penanganan pestisida yang terdiri dari cara penyimpanan pestisida, cara pencampuran pestisida, dan cara pencucian alat semprot. Penelitiian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional. Populasi pada penelitian ini sebanyak 40 responden dengan jenis kelamin laki-laki dan teknik pengambilan sampelnya yaitu exhaustive sampling. Analisis bivariat yang digunakan adalah menggunakan uji statistik Fisher Exact dengan signifikansi 0,05. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara cara penyimpanan pestisida dengan tingkat keracunan pestisida (0,016), cara pencampuran pestisida dengan tingkat keracunan pestisida (0,010), dan cara pencucian alat semprot dengan tingkat keracunan pestida (0,026). Kata Kunci : Cara pencampuran pestisida, cara pencucian alat semprot, cara penyimpanan pestisida, tingkat keracunan pestisida. Abstract Exposure to pesticides was one cause of pesticide poisoning in farmers by looking at blood levels of cholinesterase farmers. This study aims to determine the relationship of pesticide handled to the level of pesticide poisoning to farmers in Banjarrejo Kembang Kuning Cepogo. Handled of pesticides consist of how pesticide storages, way mixed pesticides, and by washed spray equipment. This study was an observational study with cross sectional design. The population in this study were 40 respondents with male gender and sample collection techniques that exhaustive sampling. Fisher Exact was to used as a bivariate analysis with significance 0,05. The results of the bivariate analysis shows that there was a relationship between how the storage of pesticides with levels of pesticide poisoning (0,016), way of mixed pesticides with levels of pesticide poisoning (0,010), and by washed spray equipment with levels of pesticides poisoning (0,026). Key Words : By washed spray equipmen,, how pesticide storage, levels of pesticide poisoning pesticide, way mixed, 1

1. PENDAHULUAN Menurut WHO (2012), diperkirakan bahwa rata-rata 4429 ton bahan aktif organoklorin, 1375 ton organofosfat, 30 ton karbamat dan 414 piretroid digunakan setiap tahun untuk pengendalian vektor global selama periode 2000-2009 di enam wilayah WHO. Pestisida golongan organofosfat merupakan pestisida inhibitor cholinesterase, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Asetilkolin yang berlebihan merupakan penyebab keracunan pestisida organofosfat. Sedangkan menurut data dari Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Boyolali, jumlah pestisida yang dikeluarkan oleh pemerintah sebanyak 2.942,5 liter, 1734 kg dan 42 dos insektisida untuk wilayah Boyolali pada tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2016 sampai pada bulan April insektisida yang dikeluarkan sebnayak 1.830 liter, 1974 kg, dan 21 dos. Insektisida tersebut disebar luaskan ke seluruh daerah Boyolali yang membutuhkan. Menurut data Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) pada tahun 2014 terdapat 710 kasus keracunan pestisida diberbagai wilayah di Indonesia dikarenakan terpapar pestisida baik dengan sengaja maupun tidak sengaja. Selain itu, terdapat kasus keracunan pestisida di Jawa Timur pada tahun 2015 dengan korban sebanyak 29 orang dikarenakan penggunaan pestisida yang tidak tepat dan terpapar dengan cara terhirup. Data yang diperoleh dari Laboratorium Kesehatan Kabupaten Boyolali, pada tahun 2011 telah dilakukan pemeriksaan tingkat keracunan pestisida di Kecamatan Cepogo Desa Genting dengan hasil dari 26 sampel terdapat 12 sampel dengan tingkat keracunan ringan. Tindak lanjut yang dianjurkan yaitu jika lemah istirahat atau tidak kontak dengan pestisida selama 2 minggu. Selain itu, juga pernah dilakukan pemeriksaan kadar cholinesterase pada petani di Kecamatan Selo dengan hasil terdapat sampel memangalami keracunan berat. Menurut data Puskesmas Cepogo pada tahun 2014 terdapat satu pasien rawat inap diakibatkan keracunan pestisisda. Pasien tersebut berasal dari Dusun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Diduga pasien mengalami keracunan pestisida dikarenakan tidak menggunakan masker pada saat melakukan penyemprotan. Serta menurut kepala bagian 2

surveilans dan penyakit menular mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya keracunan sangat besar karena melihat dari penggunaan pestisida yang masih tinggi hanya saja gejala yang dianggap ringan sehingga tidak dilakukan pengobatan serius. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui hubungan cara penanganan pestisida dengan tingkat keracunan pestisida pada petani di Dusun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan observasional dan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10-15 Mei 2016 di Dusun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Populasi pada penelitian ini adalah kelompok tani yang bernama Tani Rukun yang masih aktif menyemprot di Dusun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali sebanyak 40 orang dengan jenis kelamin laki-laki. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah exhaustive sampling. Menurut Murti (2010), exhaustive sampling yaitu mengambil semua osubjek dari popilasi sumber sebagai sampel untuk diteliti. Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengananilsis tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari karakteristik responden, tingkat keracunan pestisida, dan hasil observasi dari cara penanganan pestisida. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas (independent) yaitu cara penyimpanan pestisida, cara pencampuran pestisida, dan cara pencucian alat semprot dengan variabel terikat (dependent) yaitu tingkat keracunan pestisida. Uji statistik yang digunakan adalah Fisher Exact untuk mengetahui keeratan hubungan diantara kedua variabel dan dilanjutkan dengan uji kekuatan hubungan menggunakan koefisien kontingensi. 3

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 40 responden tetapi yang dapat mengikuti penelitian ini sebanyak 37 responden dikarenakan 3 responden tidak dapat hadir karena keperluan pribadi dan dianggap dropped out. 3.1 Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali Tahun 2016 No Karakteristik Interval Jumlah Frekuensi Persentase Mean (%) 23-29 4 10,8 30-36 6 16,2 1 Umur 37-43 10 27,0 44-50 11 29,7 51-57 4 10,8 58-64 2 5,4 Jumlah 37 100 4-10 10 27,0 11-17 7 18,9 2 Masa Kerja 18-24 4 10,8 25-31 9 24,3 32-38 3 8,1 39-45 4 10,8 Jumlah 37 100 3 Tingkat Pendidikan Std. Deviasi 42 9,9 20,6 11,8 Tidak Sekolah 4 10,8 - - Tamat SD 15 40,5 Tamat SMP 11 29,7 Tamat SMA 6 16,2 Diploma 1 2,7 Jumlah 37 100 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 37 responden karakteristik responden yang dilihat dari umur terdapat 11 responden (29,7%) yang berusia antara 44-50 tahun dan hanya 2 responden (5,4%) yang berusia antara 58-64 tahun serta responden termuda dengan umur antara 23-29 tahun sebanyak 4 responden (10,8%). Sedangkan bila dilihat dari tingkat pendidikannya terdapat 1 responden (2,7%) yang tingkat pendidikannya sampai diploma dan 15 responden (40,5%) hanya tamatan SD serta 4 responden (10,8%) tidak bersekolah. Masa kerja responden paling lama yaitu antara 39-45 tahun sudah dijalani oleh 4 responden (10,8%) dan 10 responden baru menjalani pekerjaan sebagai petani selama 4-10 tahun (27,0%). 4

No Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Begitu pula dengan umur, semakin bertambah umur seseorang, maka kadar cholinesterase dalam darahnya juga akan semakin rendah. Hal tersebut dapat dikarenakan kondisi fisik yang mulai melemah, semakin lemah fisik seseorang maka risiko keracunan akan semakin besar (Djojosumarto, 2008). Berkebalikan dengan tingkat pendidikan, jika tingkat pendidikan lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang pestisida dan bahayanya juga lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah. 3.2 Tempat Penyimpanan Pestisida Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tempat Penyimpanan Pestisida Tempat Penyimpanan Pestisida Jumlah N % Mean (m 2 ) Std. Deviasi Nilai Minimal (m 2) Nilai Maksimal (m 2 ) 1 Luas lantai - - - 9,4 7,2 1,0 28,0 2 Luas ventilasi < 5% 16 43,2 1,6 1,7 0 6,0 > 5% 21 56,8 Berdasarkan Tabel 2 diperoleh data bahwa nilai mean pada luas lantai tempat penyimpanan pestisida yaitu 9,4 m 2 dan luas ventilasi pada tempat penyimpanan pestisida yaitu 1,6 m 2. Nilai minimal luas lantai pada tempat penyimpanan pestisida yaitu hanya 1 m 2 dan terdapat responden yang tidak memiliki ventilasi pada tempat penyimpanan pestisida dengan artian nilai minimal luas ventilasinya adalah 0 m 2. Selain nilai minimal, terdapat pula nilai maksimal luas lantai pada tempat penyimpanan pestisida yaitu sebesar 28 m 2 dan luas ventilasi sebesar 6 m 2. Ventilasi responden yang sesuai dengan pedoman yaitu yang lebih dari 5% sebanyak 21 responden (56,8%) dan yang kurang dari 5% atau tidak sesuai pedoman sebanyak 16 responden (43,2%). Sedangkan diperoleh nilai standar deviasi pada luas lantai sebesar 7,2, luas ventilasi yautu 1,7. Pada gudang atau tempat penyimpanan sebaiknya dipasang ventilasi alami yang luasnya minimal 5% dari luas lantai (Dinas Pekerjaan Umum SNI 03-6572-2001). 5

3.3 Analisis Univariat 3.3.1 Cara Penyimpanan Pestisida Tabel 3. Distribusi Frekuensi Cara Penyimpanan Pestisida No. Cara Penyimpanan Jumlah Pestisida Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak sesuai dengan 30 81,1 pedoman 2 Sesuai dengan 7 18,9 pedoman Jumlah 37 100 Dapat dilihat pada Tabel 3, dari 37 responden hanya 7 responden (18,9%) yang melakukan penyimpanan pestisida sesuai dengan pedoman cara penanganan pestisida. Sedangkan reponden yang melakukan penyimpanan pestisida tidak sesuai dengan pedoman sebanyak 30 responden (81,1%). Penyimpanan pestisida merupakan salah satu kegiatan dalam melakukan penggunaan pestisida. Cara penyimpanan yang baik yaitu sesuai dengan pedoman penggunaan pestisida. Apabila salah satu dari cara penyimpanan tidak sesuai dengan pedoman maka cara penyimpanan dikatakan tidak sesuai dengan pedoman (Djojosumarto, 2008). 3.3.2 Cara Pencampuran Pestisida Tabel 4. Distribusi Frekuensi Cara Pencampuran Pestisida No. Cara Pencampuran Jumlah Pestisida Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak sesuai dengan 31 83,8 pedoman 2 Sesuai dengan 6 16,2 pedoman Jumlah 37 100 Berdasarkan data pada Tabel 4, dari 37 responden hanya 6 responden (16,2%) yang melakukan pencampuran pestisida sesuai dengan pedoman cara penanganan pestisida. Sedangkan reponden yang melakukan pencampuran pestisida tidak sesuai dengan pedoman sebanyak 31 responden (83,8%). Menurut Yuantari (2009), faktor yang mempengaruhi kesehatan petani akibat penggunaan pestisida salah satunya adalah metode pencampuran beserta lokasi pencampuran. Lokasi pencampuran yang dilakukan di dalam rumah memiliki risiko mengakibatkan keracunan lebih tinggi daripada melakukan pencampuran pestisida di luar rumah (Prijanto dkk, 2009). 6

3.3.3 Cara Pencucian Alat Semprot Tabel 5. Distribusi Frekuensi Cara Pencucian Alat Semprot No. Cara Pencucian Jumlah Alat Semprot Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak sesuai dengan 29 78,4 pedoman 2 Sesuai dengan 8 21,6 pedoman Jumlah 37 100 Dapat dilihat pada Tabel 5, dari 37 responden hanya 8 responden atau 21,6% yang melakukan pencucian alat-alat semprot setelah dipakai sesuai dengan pedoman cara penanganan pestisida. Sedangkan responden yang melakukan pencucian alat-alat semprot setelah digunakan tidak sesuai dengan pedoman sebanyak 29 responden atau 78,4%. Menurut Sudarmo (1991), hal yang perlu diperhatikan setelah melakukan penyemprotan pestisida salah satunya adalah mencuci alat semprot sampai bersih. 3.3.4 Tingkat Keracunan Pestisida Tabel 6. Distribusi Tingkat Keracunan Pestisida No Tingkat Keracunan Jumlah Pestisida Frekuensi Persentase (%) 1 Tidak Keracunan 4 10,8 2 Keracunan 33 89,2 Jumlah 37 100 Dapat dilihat pada Tabel 6, dari 37 responden terdapat 33 responden (89,2%) mengalami keracunan pestisida dan hanya 4 responden (10,8%) yang tidak mengalami keracunan pestisida. Tingkat keracunan pestisida dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan kadar cholinesterase yang ada di dalam sel darah responden. Menurut Alsuhendra dan Ridawati (2013), pestisida tidak hanya membunuh dapat membunuh organisme pengganggu tanaman saja, melainkan dapat pula membunuh organisme lainnya yang bukan sasarannya seperti manusia. Hal ini, dikarenakan praktik penggunaan pestisida oleh petani kurang atau bahkan tidak didasarkan pada pertimbangan ekologi dan kesehatan serta peraturan mengenai penggunaan pestisida yang telah dikeluarkan oleh pemerintah. 7

3.4 Analisis Bivariat Tabel 7. Hubungan Cara Penanganan Pestisida dengan Tingkat Keracunan Pestisida di Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Tahun 2016 No Variabel Koefisien nilai p OR CI (95%) Kontingensi 1 Cara Penyimpanan Pestisida 0,016 21,7 1,79-263,10 0,446 2 Cara Pencampuran Pestisida 0,010 30,0 2,33-386,32 0,485 3 Cara Pencucian Alat Semprot 0,026 16,8 1,44-195,67 0,411 Berdasarkan hasil penelitian, seperti pada data diketahui bahwa nilai p 0,05 yang berarti ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hal tersebut berlaku untuk setiap variabel, baik cara penyimpanana, cara pencampuran, dan cara pencucian alat semprot. Nilai p dari ketiganya secara berurutan yaitu 0,016, 0,010, dan 0,026 yang berarti terdapat hubungan antara cara penyimpanan pestisida dengan tingkat keracunan, terdapat hubungan antara cara pencampuran pestisida dengan tingkat keracunan, serta terdapat hubungan antara cara pencucian alat semprot dengan tingkat keracunan pestisida. Nilai OR terbesar dimiliki oleh cara pencampuran pestisida dengan artian, apabila responden melakukan cara pencampuran pestisida tidak sesuai dengan pedoman maka memiliki risiko sebesar 30 kali mengalami keracunan pestisida dibandingkan dengan responden yang melakukan pencampuran pestisida sesuai dengan pedoman. Selain itu, semua nilai CI (95%) setiap variabel lebih dari angka 1 yang memiliki arti bahwa setiap variabel merupakan faktor penyebab terjadinya keracunan pestisida. Selain itu, ketiga variabel tersebut memiliki kekuatan hubungan yang cukup kuat dengan melihat nilai koefisien kontingensinya terletak pada rentan 0,40-0,599. Menurut Djojosumarto (2008), pestisida dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalu mulut, pernapasan, dan kulit. Kegiatan pengolahan pestisida dimulai dari saat pembelian pestisida sampai pembersihan alat-alat yang digunakan. Dari beberapa kegiatan penggunaan pestisida, kegiatan yang paling berbahaya yaitu ketika mencampur pestisida dengan bahan lain dan kebanyakan pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) sehingga pestisida kadar rendah maupun tinggi dapat langsung masuk ke dalam tubuh petani. 8

4. PENUTUP 4.1 Simpulan 4.1.1 Petani pada kelompok Tani Rukun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang melakukan penyimpanan pestisida sesuai pedoman hanya 7 orang (18,9%) dan 30 orang (81,1%) melakukan penyimpanan tidak sesuai pedoman. 4.1.2 Petani pada kelompok Tani Rukun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang melakukan pencampuran pestisida sesuai pedoman hanya 6 orang (16,2%) dan 31 orang (83,8%) melakukan pencampuran tidak sesuai pedoman. 4.1.3 Petani pada kelompok Tani Rukun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang melakukan pencucian alat semprot pestisida sesuai pedoman hanya 8 orang (21,6%) dan 29 orang (78,4%) melakukan pencucian pestisida tidak sesuai pedoman. 4.1.4 Petani pada kelompok Tani Rukun Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang tidak mengalami keracunan pestisida hanya 4 orang (10,8%) dan yang mengalami keracunan pestisida sebanyak 33 orang (89,2%). 4.1.5 Terdapat hubungan antara cara penyimpanan pestisida (p=0,016), cara pencampuran pestisida (p=0,010), dan cara pencucian alat semprot (p=0,026) dengan tingakt keracunan pestisida di Banjarrejo Desa Kembang Kuning Kecamtan Cepogo Kabupaten Boyolali. 4.2 Saran 4.2.1 Kelompok Tani Rukun Disarankan dalam melakukan cara penanganan pestisida sebaiknya sesuai dengan pedoman penggunaan pestisida untuk menghindari terjadinya keracunan pestisida serta aktif mengikuti sosialisi dari instansi mengenai pestisida. 4.2.2 Instansi Kesehatan Memberikan pemahaman terhadap petani melalui penyuluhan mengenai gejala dan bahaya pestisida. Perlu dilakukan pengawasan terhadap kesehatan petani sehingga dapat mencegahan terjadinya keracunan pestisida tingkat berat 4.2.3 Instansi Pertanian Perlu diadakannya pengawasan terhadap petani dalam penggunaan pestisida agar tetap sesuai dengan aturan dan pemberian bimbingan kepada petani agar tetap menjaga kesehatan diri serta keunggulan tanaman. Selain itu, perlu memberikan contoh praktik pada saat pertemuan dengan anggota kelompok tani mengenai peralatan dan 9

bahan yang diperlukan saat bekerja dengan pestisida serta memberikan fasilitas yang dibutuhkan petani seperti alat pelindung diri. 4.2.4 Peneliti Lain Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan alat pelindung diri yang digunakan oleh petani, jumlah jenis pestisida, dan dosis pestisida dengan tingkat keracunan pestisida. 5. DAFTAR PUSTAKA Alsuhendra dan Ridawati. 2013. Bahan Toksik dalam Makanan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Dinas Pekerjaan Umum. 2001. Tata Cara Perancangan Ventilasi dan Pengkondisian Udara pada Bangunan Gedung. SNI 03-6572-2001. Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan Boyolali. 2015-2016. Laporan Stok Pestisida. Boyolali: Dinas Pertanian Perkebunan dan Kehutanan. Djojosumarto, P. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Edisi Revisi. Yogyakarta: Kanisius. Laboratorium Kesehatan Daerah. 2011. Hasil Pemeriksaan Pemaparan Pestisida Petani Tembakau Kecamatan Cepogo. Boyolali: Laboratorium Kesehatan Daerah Boyolali. Murti, B. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Prijanto TB, Nurjazuli, dan Sulistiyani.2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat pada Keluarga Petani Hortikultura di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.Vol. 8 No. 2. Oktober 2009. Puskesmas Cepogo. 2015. Data Rekam Medis Puskesmas Cepogo 2015. Boyolali: UPT Puskesmas Cepogo. Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas). 2014. Kasus Keracunan Nasional Tahun 2014 di Indonesia. Diakses: 29 Maret 2016. http://ik.pom.go.id. 10

Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas). 2015. Berita Keracunan Bulan Juli-September 2015. Diakses: 11 April 2016. http://ik.pom.go.id/v2015/berita-keracunan/berita-keracunan-bulanjuli-september-2015. Sudarmo, S. 1991. Pestisida. Yogyakarta: Kanisius. World Health Organization. 2012. Guidelines for Procuring Public Health Pesticides, France: WHO Press. Yuantari, MG. 2009. Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida dan Dampaknya pada Kesehatan Petani di Area Pertanian Hortikultura Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Semarang: Universitas Diponegoro. 11