BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PERBEDAAN FENOTIPE PANJANG BADAN DAN LINGKAR DADA SAPI F1 PERANAKAN ONGOLE (PO) DAN SAPI FI SIMPO DI KECAMATAN SUBAH KABUPATEN SAMBAS

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET HASIL IB DI WILAYAH KECAMATAN BANTUR KABUPATEN MALANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. lebih banyak mengembangkan sapi-sapi persilangan dibandingkan sapi

HUBUNGAN BOBOT HIDUP INDUK SAAT MELAHIRKAN TERHADAP PERTUMBUHAN PEDET SAPI PO DI FOUNDATION STOCK

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seleksi Awal Calon Pejantan Sapi Aceh Berdasarkan Berat Badan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

A. I. Purwanti, M. Arifin dan A. Purnomoadi* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Peranakan Etawah jantan di Kabupaten Klaten

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

PENGAMATAN PERTUMBUHAN PEDET HASIL SILANGAN PERTAMA ANTARA SAPI SIMMENTAL DENGAN PERANAKAN ONGOLE PADA KONDISI PEMELIHARAAN TRADISIONAL

BIRTH WEIGHT AND MORPHOMETRIC OF 3 5 DAYS AGES OF THE SIMMENTAL SIMPO AND LIMOUSINE SIMPO CROSSBREED PRODUCED BY ARTIFICIAL INSEMINATION (AI) ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

Identifikasi Fenotipik Sapi Hitam- Peranakan Angus di Kabupaten Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Karakteristik Morfologi Kerbau Lokal (Bubalus bubalis) Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Abstrak

PENGARUH STRATIFIKASI FENOTIPE TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN SAPI POTONG PADA KONDISI FOUNDATION STOCK

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

Model Rekording dan Pengolahan Data untuk Program Seleksi Sapi Bali

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

PENDUGAAN BOBOT BADAN CALON PEJANTAN SAPI BALI MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI PO MELALUI PENYEBARAN PEJANTAN UNGGUL HASIL UNIT PENGELOLA BIBIT UNGGUL (UPBU)

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol 1(2):28-32, Agustus 2017 Nandia Thara Dhita et.al

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

PERFORMANS PEDET SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) PADA KONDISI PAKAN LOW EXTERNAL INPUT

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

PENDUGAAN BOBOT BADAN PADA SAPI ACEH DEWASA MENGGUNAKAN DIMENSI UKURAN TUBUH

MODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK SAPI JAWA BREBES (JABRES) DI KABUPATEN BREBES INCOME ANALYSIS OF JABRES CATTLE FARMER'S IN BREBES REGENCY

DINAMIKA REKASATWA, Vol. 2 No. 2, 21 Agustus 2017 HUBUNGAN KARAKTER KUANTITATIF UKURAN TUBUH PADA BERBAGAI BANGSA PEJANTAN KELINCI ABSTRAK

Mengenal Beberapa Rumpun Sapi Asli/Lokal dan Sapi Introduksi cukup tinggi. Sapi Bali yang mempunyai warna tidak seragam, belangbelang atau bercak-berc

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

HUBUNGAN ANTARA BOBOT BADAN DENGAN PROPORSI ORGAN PENCERNAAN SAPI JAWA PADA BERBAGAI UMUR SKRIPSI. Oleh NUR FITRI

PRODUKTIVITAS KAMBING KACANG PADA KONDISI DI KANDANGKAN: 1. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH, JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN DAYA HIDUP ANAK PRASAPIH

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi untuk

NI Luh Gde Sumardani

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NILAI PEMULIAAN PEJANTAN SAPI BRAHMAN BERDASARKAN BOBOT BADAN DI BPTU-HPT SEMBAWA

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

PERFORMANS SAPI BALI INDUK SEBAGAI PENYEDIA BIBIT/BAKALAN DI WILAYAH BREEDING STOCK BPTU SAPI BALI

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

Grade Kambing Peranakan Ettawa pada Kondisi Wilayah yang Berbeda

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

PENELITIAN MUTU GENETIK SAPI ONGOLE DAN BRAHMAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NUSA TENGGARA TIMUR

KORELASI BOBOT SAPIH TERHADAP BOBOT LAHIR DAN BOBOT HIDUP 365 HARI PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

CHARACTERISTIC OF MADURA RACES BULL AT SUMENEP IN DIFFERENT AGE GROUP.

THE EFFECT OF CROSSES HAMSTER CAMPBELL NORMAL WITH HAMSTER CAMPBELL PANDA AND PARENT AGE WHEN MATED TO THE APPEARANCE OF CHILDRENS PRODUCTION

Pengembangan Sistem Manajemen Breeding Sapi Bali

Penerapan Good Breeding Practice terhadap Produktivitas Ternak... Sundra Dewi P

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR ILUSTRASI... DAFTAR LAMPIRAN...

Transkripsi:

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES Nico ferdianto, Bambang Soejosopoetro and Sucik Maylinda Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang ABSTRACT Aim of this research was to find the effect of parities on birth weight (BW), weaning weight (WW) of the calves, and linear body measurement (body length/bl, body height/bh, chest girth/cg) at two groups parities of Ongole crossed cattle. Materials used were 85 calves Ongole crossed comprised 25 newborn calves (age 0-24 hours) and 60 weaned calves (age 6-12 months) from two group parities. The parities used 1st group = parity 1-3 and 2nd group = parity 4-6. Result showed that all variables were not significantly different in different parity, except BH of newborn calves was different significantly due to parity. Average 1 st group were (75,38 ± 3,62) cm and 2 nd group were (72,00 ± 3,57) cm. This average indicates statistical significantly different (P<0,05). Key Words : Birth Weight, Weaning Weight, Linear Body Measurement, Ongole Crossed Cattle and Parities. BOBOT LAHIR, BOBOT SAPIH DAN UKURAN STATISTIK VITAL PADA DUA KELOMPOK PARITAS SAPI PERANAKAN ONGOLE Nico ferdianto, Bambang Soejosopoetro and Sucik Maylinda Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bobot lahir, bobot sapih dan ukuran statistik vital pedet sapi peranakan ongole (PO) pada dua kelompok paritas. Materi penelitian menggunakan 85 ekor pedet sapi PO yang terdiri 25 ekor pedet sapi baru lahir umur 0-24 jam dan 60 ekor sapi lepas sapih umur 6-12 bulan dari dua kelompok paritas. Pengelompokkan paritas induk dilakukan untuk menyatukan selisih jumlah antar paritas yang tidak sama, yaitu I = paritas 1-3 dan II = paritas 4-6. Disimpulkan bahwa paritas tidak mempengaruhi bobot lahir, bobot sapih dan ukuran statistik vital (panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada) pedet baru lahir dan pedet lepas sapih, kecuali ukuran tinggi badan pada pedet sapi PO baru lahir yang berbeda nyata (P < 0,05) dengan nilai rataan tinggi badan kelompok I (75,38 ± 3,62) cm dan kelompok II (72,00 ± 3,57) cm. Kata Kunci: Bobot Lahir, Bobot Sapih, Ukuran Statistik Vital, Sapi PO dan 1

PENDAHULUAN Sapi Ongole berasal dari Madras, India. Sapi ini pertama kali dimasukkan ke Sumba tahun 1906 diwaktu penjajahan Belanda dengan tujuan semula untuk dikarantina sebagai hewan penarik barang, tetapi kemudian dikembangbiakkan terus di pulau tersebut. Tahun ke tahun sudah mulai tersebar luaskan ke luar Pulau Sumba, dengan nama sapi Sumba Ongole (SO). Sapi PO terbentuk sebagai hasil grading up sapi Jawa dengan sapi SO disekitar tahun 1930. Seperti telah disebutkan di atas, kebijakan pemerintah terhadap sapi PO adalah adanya keharusan mengawinkan sapi betina Jawa dengan pejantan SO, yang kemudian menghasilkan sapi PO. Kebijakan ini dikenal dengan sebutan Ongolisasi, yang dilakukan mengingat kebutuhan akan ternak sebagai penarik gerobak (Hardjosubroto, 1994). Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), peran sapi PO bergeser kearah pemenuhan kebutuhan daging masyarakat. Hal tersebut dikarenakan sapi PO mempunyai keunggulan berupa kemampuan adaptasi baik terhadap lingkungan tropis dan kualitas daging berlemak cukup disukai konsumen dari golongan pedagang bakso, dimana pedagang bakso merupakan konsumen tertinggi daging sapi di Indonesia. Tingginya kebutuhan daging hasil pemotongan akan menyebabkan pemotongan tidak terkontrol. Namun, hal tersebut bisa terkompensasi dengan tingginya minat masyarakat dalam pemeliharaan sapi potong. Populasi sapi potong Indonesia pada tahun 2011 mencapai 14,805 juta ekor dan Jawa Timur dengan populasi sapi potong sebesar 4,7 juta ekor (Anonimus, 2011). Propinsi Jawa Timur merupakan gudang ternak sapi potong dengan bangsa sapi yang mendominasi adalah sapi PO. Hal ini dikarenakan, saat program Ongolisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda, propinsi Jawa Timur, tepatnya di wilayah karesidenan Bojonegoro, Kediri dan Madiun menjadi sentra pengembangan sapi PO. Pada wilayah tersebut, sapi PO masih dipertahankan untuk dipelihara secara turun temurun. Dalam hal ini, lokasi yang dipilih adalah desa Napis, kecamatan Tambakrejo, kabupaten Bojonegoro yang belum banyak dilakukan kajian tentang penampilan produksi pedet, khususnya bobot lahir, bobot sapih dan ukuran statistik vital sapi PO. Oleh karena itu, perlu dikaji tentang penampilan produksi sapi PO, khususnya bobot lahir, bobot sapih dan ukuran statistik vital pada berbagai paritas induk sapi PO yang dapat dijadikan informasi dasar tentang penampilan produksi pada wilayah tersebut melalui pelaksanaan penelitian mengenai bobot lahir, bobot sapih dan ukuran statistik vital sapi PO pada dua kelompok paritas. MATERI DAN METODE Materi Penelitian Materi penelitian adalah pedet sapi PO dengan jumlah 85 ekor yang dipelihara untuk tujuan pembibitan oleh rumah tangga tani, yang terdiri dari pedet sapi baru lahir sebanyak 25 ekor (proporsi jantan dan betina 16 banding 9) dan sapi lepas sapih sebanyak 60 ekor (proporsi jantan dan betina 35 banding 25) yang terbagi dalam dua kelompok paritas. Pengelompokkan paritas induk dilakukan untuk menyatukan selisih jumlah antar paritas induk yang tidak sama yang telah disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah pedet sapi PO dengan dua kelompok paritas. Sapi Baru Lahir Sapi Lepas Sapih I (paritas 1-3) 13 30 II (paritas 4-6) 12 30 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case study). Metode studi kasus ini merupakan pengujian secara rinci terhadap kasus yang ada di lokasi penelitian. Pengambilan data dilakukan secara purposive sampling atau dilakukan dengan cara mengambil 2

subyek didasarkan atas kriteria tertentu yaitu sapi PO yang terdiri dari sapi pedet baru lahir dan sapi lepas sapih, atas dasar keragaman variabel penelitian yang ada. Kemudian data dikumpulkan secara collecting data dengan mengambil data primer dan sekunder. Data primer diambil dari hasil wawancara dengan responden dan melakukan pengukuran langsung, sedangkan data sekunder diperoleh dari data pendukung yang berasal dari sumber-sumber yang tidak terlibat langsung dengan permasalahan, bisa melalui catatan tertulis ataupun tidak tertulis. Data ditabulasi kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis ragam satu arah (one way ANOVA), yang terdiri dari dua perlakuan. Variabel Pengamatan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Bobot lahir (bobot badan baru lahir umur 0-24 jam) 2. Bobot sapih (bobot badan lepas sapih umur 6-12 bulan) 3. Ukuran statistik vital (panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada) 4. Karakteristik fenotipe 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fenotipe Sapi PO di Lokasi Penelitian Parameter dalam menilai kemurnian sapi PO dapat dilihat dari karakteristik fenotipe, yaitu karakteristik fisik yang ditampilkan pada performa sapi PO. Karakteristik fenotipe sapi PO di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 2. Karakteristik fenotipe sapi PO sebagaimana ditampilkan pada Tabel 2 sesuai pendapat Triyono (2003) tentang ciri eksterior Sapi PO, yaitu warna kulit dominan putih, berpunuk, bergelambir dan bertanduk kecil. Kesesuaian ini menunjukkan tingkat kemurnian sapi PO di lokasi penelitian yang masih terjaga. Tingkat kemurnian yang sekaligus menunjukkan ciri sapi PO sebagai ternak plasma nutfah Indonesia adalah terdapat ciri garis hitam di punggung. Selain itu, terdapat fenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut yang mencerminkan bahwa sapi PO di lokasi penelitian merupakan plasma nutfah Indonesia adalah terdapat warna merah bata dahi saat pedet setelah lahir dan akan hilang warna merah tersebut saat sapih. Tabel 2. Karakteristik fenotipe sapi po di lokasi penelitian No Fenotipe Karakteristik 1 Profil muka Segitiga lurus 2 Telinga Agak menggantung 3 Punuk Ada, sedang 4 Gelambir Lebar 5 Warna Hitam moncong 6 Warna Kulit Putih Dominan 7 Punggung Berbentuk Garis Lurus 8 Garis Punggung 9 Warna Pantat dan Kulit Kaki Terdapat Garis Pungung warna Hitam Sama dengan Warna Kulit Dominan 10 Ekor Panjang (> 50 cm) Ukuran Statistik Vital Pedet Sapi PO Baru Lahir Hasil pengamatan terhadap ukuran statistik vital pedet sapi PO baru lahir disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil anova rata-rata ukuran statistik vital pedet sapi PO baru lahir Panjang Tinggi Lingkar Dada I 58,85 ± 5,98 75,38 ± 3,62 b 76,31 ± 5,86 II 56,17 ± 4,78 72,00 ± 3,57 a 77,33 ± 5,26 Keterangan : a-b Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P < 0,05). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa panjang badan dan lingkar dada pedet sapi PO baru lahir pada dua kelompok paritas tidak berbeda nyata 3

(P > 0,05), kecuali tinggi badan yang menunjukkan berbeda nyata (P < 0,05) yang memiliki rataan kelompok I (75,38 ± 3,62) cm dan kelompok II (77,33 ± 5,26) cm. Hal tersebut menunjang dugaan bahwa potensi produksi induk, ditinjau dari faktor fisiologisnya, mulai menurun seiring dengan pertambahan umur induk, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, nilai tersebut diduga disebabkan oleh pengaruh genetik. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjosubroto (1994) yang menyebutkan bahwa karakteristik eksterior merupakan sifat kualitatif dari individu yang dikendalikan satu atau beberapa pasang gen. Pengaruh genetik pada penelitian ini yang dominan adalah dari pejantan pemacek. Hal ini dinyatakan oleh Warwick, Astuti dan Hardjosubroto (1990), bahwa sifat yang secara genetik menurun pada anaknya terutama adalah sifat yang diturunkan oleh pejantannya. Mengingat di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan sapi pada umumnya seragam, maka peran genetik pejantan sangat penting. Berdasarkan hal tersebut, maka ditinjau dari seluruh ukuran statistik vital yang menjadi parameter penelitian ini, yaitu panjang badan, lingkar dada dan tinggi badan, dapat diketahui bahwa yang dapat digunakan sebagai parameter genetik dari tetuanya adalah ukuran tinggi badan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai uji statistik, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan nyata nilai rataan tinggi badan pada kelompok I dan II. Ukuran Statistik Vital Sapi PO Lepas Sapih Hasil pengamatan terhadap ukuran statistik vital pedet sapi PO lepas sapih tersaji pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil anova rata-rata ukuran statistik vital sapi PO lepas sapih Panjang Tinggi Lingkar Dada I 87,67±6,99 98,27±9,52 110,37±7,70 II 85,90±12,09 98,37±9,35 112,80±11,03 Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ukuran statistik vital (panjang badan, tinggi badan, lingkar dada) pada dua kelompok paritas tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P > 0,05). Aryogi, Prihandini dan Wijono (2006) menyatakan bahwa perbedaan ukuran statistik vital pedet lepas sapih dapat diduga karena pengaruh nutrisi induknya selama menyusui pedet. Ditambahkan oleh Hartati dan Dicky (2008), yang menyatakan bahwa pertumbuhan pedet prasapih antara lain dipengaruhi oleh sifat mothering ability (sifat keibuan). Mothering ability yang bagus akan mampu memproduksi susu yang banyak dan bagus dalam melindungi pedetnya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa ukuran statistik vital pedet sapi PO lepas sapih tidak dipengaruhi oleh paritas dan lebih dipengaruhi oleh faktor nutrisi pedet. Bobot Lahir dan Bobot Sapih Sapi PO di Lokasi Penelitian Data hasil pengukuran bobot lahir dan bobot sapih pada dua kelompok paritas induk dengan kelompok I dan II dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil anova rata-rata bobot badan lahir dan sapih Bobot Lahir (kg) Bobot Sapih (kg) I 11,31 ± 3,59 104,13 ± 16,47 II 12.00 ± 3.86 108,87 ± 31,96 Rataan bobot lahir sapi PO pada kelompok I (11,31 ± 3,59) kg tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan kelompok II (12,00 ± 3,86) kg. Rataan bobot lahir ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Aryogi, Prihandini dan Wijono (2006), bahwa bobot lahir sapi PO memiliki 24,5 kg. Rataan bobot sapih sapi PO di lokasi penelitian pada kelompok I (107,73 ± 31,38) kg tidak berbeda nyata (P > 0,05) dengan kelompok II, yaitu (108,87 ± 31,96) kg. Rataan bobot sapih ini 4

lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Aryogi, Prihandini dan Wijono (2006), bahwa bobot badan sapi PO umur 205 hari adalah 109 kg. Warwick, I.J., J Maria Astuti dan W Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa paritas tidak mempengaruhi bobot lahir, bobot sapih dan ukuran statistik vital (panjang badan, tinggi badan dan lingkar dada), kecuali nilai rataan tinggi badan pada pedet baru lahir, yang mana nilai kelompok I (75,38 ± 3,62) cm lebih tinggi dari kelompok II (72,00 ± 3,57) cm. DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2011. Potensi Keragaman Sumber Daya Genetik Sapi. http://peternakan.litbang.deptan.go.id. Diakses tanggal 8 Maret 2013. Aryogi, Prihandini, P.W. dan Wijono, D.B. 2006. Pola Pembibitan Sapi Potong Lokal Peranakan Ongole Pada Kondisi Peternakan Rakyat. Loka Penelitian Sapi Potong. Grati. Pasuruan. Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Hartati dan Dicky, M.D. 2008. Hubungan Bobot Hidup Induk Saat Melahirkan Terhadap Pertumbuhan Pedet Sapi PO di Foundation Stock. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Loka Penelitian Sapi Potong. Triyono. 2003. Studi Perbandingan Ciri Eksterior, Ukuran Tubuh Dan Status Fisiologis Antara Sapi Peranakan Ongole Dengan Sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole Di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 5