III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (Quasi Experiment). Eksperimen semu adalah jenis komparasi yang membandingkan pengaruh pemberian suatu perlakuan (treatment) pada suatu objek (kelompok eksperimen) serta melihat besar pengaruh perlakuannya (Arikunto, 2002:77). B. Desain Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pretest - Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok, kemudian kedua kelompok diberi pretes. Selanjutnya, kelompok eksperimen diberi perlakuan (X) dan kelas yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. Setelah itu pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes (Sugiyono, 2012:76). Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut. Keterangan: T 1 : Pretes T 2 : Postes Kelompok Pretes Perlakuan Postes Eksperimen T 1 X T 2 Kontrol T 1 - T 2 Gambar 3.1. Desain Penelitian X : Perlakuan (treatment)
33 C. Prosedur Penelitian dan Rancangan Pembelajaran 1. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: a. Melakukan survey awal ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas dan siswa yang akan dijadikan subjek penelitian. b. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan subjek penelitian, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. c. Melakukan uji coba instrumen pada kelas yang tidak dijadikan subjek penelitian. d. Memberikan pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. e. Menerapkan perlakuan (X) yaitu model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media peta selama tiga kali pertemuan pada kelas eksperimen. f. Memberikan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur prestasi belajar kedua kelas tersebut. g. Menghitung perbedaan antara nilai pretes, postes, ketuntasan belajar, dan gain prestasi belajar geografi kelas eksperimen dan kelas kontrol. h. Membandingkan perbedaan-perbedaan tersebut untuk menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang timbul, jika ada, sebagai akibat dari perlakuan (X). i. Melakukan uji hipotesis untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan, dalam penelitian ini dilakukan uji t dan uji efektivitas pembelajaran pada masing-masing kelas. Kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perlakuan yang diberikan dapat dikatakan efektif.
34 2. Rancangan Pembelajaran a. Model Pembelajaran NHT dengan Menggunakan Media Peta Penerapan model pembelajaran NHT dengan menggunakan media peta dilakukan di kelas eksperimen yaitu kelas XI IPS 1. Media peta ditampilkan melalui slide power point dengan bantuan LCD proyektor. Agar siswa lebih jelas dalam melihat peta, guru membagikan peta berbentuk print out sebagai media yang dijadikan bahan diskusi. Pada pertemuan pertama siswa diberi pretes. Pretes berjumlah 30 soal pilihan jamak yang telah diuji coba sebelumnya dan telah memenuhi uji persyaratan instrumen sehingga soal dapat dikatakan valid. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan pretes adalah 30 menit. Setelah itu guru menerapkan model pembelajaran NHT dengan menggunakan media peta. Ada empat tahap dalam melaksanakan model pembelajaran NHT, pada tahap pertama siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing berjumlah 5 orang, dimana setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor yang berbeda. Karena siswa dalam kelas eksperiman berjumlah 40 orang maka kelompok yang terbentuk sebanyak 8 kelompok. Tahap kedua, guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. Tugas yang diberikan pada pertemuan pertama adalah tugas menganalisis Peta Kejadian Bencana Kekeringan di Indonesia Tahun 1979 2009 dan Peta Ancaman Bencana Banjir di Indonesia Tahun 2011. Tahap ketiga, kelompok berdiskusi menemukan jawaban yang tepat dari soal atau masalah yang didiskusikan. Tahap keempat, guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja dari kelompoknya.
35 Pada pertemuan kedua guru tidak melaksanakan pretes melainkan langsung menerapkan model pembelajaran NHT menggunakan media peta. Langkahlangkah yang dilakukan pada pertemuan kedua ini sama dengan pertemuan pertama, jumlah kelompok dan anggotanya juga sama. Yang dibedakan adalah media peta dan materi diskusinya. Media peta yang sekaligus menjadi materi diskusi pada pertemuan kedua adalah Peta Resiko Bahaya Longsor di Indonesia Tahun 2011 dan Peta Ancaman Cuaca Ekstrem di Indonesia Tahun 2011. Siswa diberi tugas untuk menganalisis kedua peta tersebut. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor siswa, dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja dari kelompoknya. Pada pertemuan ketiga guru masih menerapkan model pembelajaran NHT menggunakan media peta. Langkah-langkah penerapan model pembelajaran NHT yang dilakukan pada pertemuan ketiga ini sama dengan langkah-langkah yang dilakukan pada pertemuan pertama dan kedua, jumlah kelompok dan anggota yang ada dalam setiap kelompok juga tetap sama. Yang dibedakan adalah media peta dan materi diskusinya. Media peta yang sekaligus menjadi materi diskusi pada pertemuan ketiga adalah Peta Persebaran Taman Nasional di Indonesia. Dengan adanya media peta tersebut, setiap kelompok ditugaskan untuk menuliskan sebanyak-banyaknya nama provinsi beserta nama taman nasional yang ada di Indonesia dan menjelaskan tentang taman nasional tersebut. Setelah itu guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja dari kelompoknya. Di akhir proses pembelajaran pada pertemuan ketiga siswa diberi
36 postes. Soal postes yang diberikan sama dengan soal pretes. Soal tersebut sudah valid dengan jumlah soal sebanyak 30 butir. Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakannya adalah 30 menit. b. Pembelajaran dengan Metode Ceramah Pembelajaran dengan metode ceramah diterapkan selama tiga kali pertemuan di kelas kontrol yaitu kelas XI IPS 2 yang membahas tentang materi Lingkungan Hidup dan Pelestariannya. Pada pertemuan pertama, guru memberikan pretes kepada siswa. Soal pretes berjumlah 30 butir dan waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengerjakannya adalah 30 menit. Setelah pretes dilakukan, selanjutnya guru menjelaskan materi tentang lingkungan hidup, ekosistem, dan resiko lingkungan hidup dengan menggunakan metode ceramah. Pertemuan kedua juga dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi tentang resiko lingkungan hidup. Pada pertemuan ketiga, guru membahas tentang materi pelestarian lingkungan hidup. Di akhir pembelajaran, guru memberikan postes kepada siswa. Soal pretes dan postes yang diberikan di kelas XI IPS 2 sama dengan soal pretes dan postes yang diberikan di kelas XI IPS 1, soal tersebut sudah valid dan layak untuk diujikan. D. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012-2013 yaitu pada tanggal 25 Maret sampai 6 April 2013.
37 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini di SMA Negeri 3 Bandar Lampung, Jalan Khairil Anwar Nomor 30, Kelurahan Durian Payung, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kota Bandar Lampung. E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012-2013 sebanyak 120 siswa yang tersebar ke dalam 3 kelas yaitu kelas XI IPS 1, kelas XI IPS 2, dan kelas XI IPS 3 yang masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. Data populasi penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.1. Jumlah Siswa Kelas XI IPS Tahun Pelajaran 2012-2013. No Kelas Populasi 1 XI IPS 1 40 2 XI IPS 2 40 3 XI IPS 3 40 Jumlah 120 Sumber: Data TU SMAN 3 Bandar Lampung. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini ada 2 kelas dan masing-masing kelas berjumlah 40 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2010:96) teknik Purposive Sampling digunakan apabila peneliti mempunyai pertimbangan tertentu dalam menetapkan sampel sesuai dengan tujuan penelitiannya. Penentuan sampel penelitian memperhatikan atas ciri-ciri relatif yang dimiliki. Adapun ciri-ciri tersebut yaitu
38 rata-rata prestasi belajar dan ketuntasan belajar siswa relatif sama. Rata-rata prestasi belajar geografi kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.2. di bawah ini. Tabel 3.2. Rata-rata Prestasi Belajar Geografi Kelas XI IPS TP 2012-2013. No Kelas Rata-rata Prestasi Belajar Geografi 1 XI IPS 1 69 2 XI IPS 2 71 3 XI IPS 3 75 Sumber: Data Sekunder Nilai Mid Semester Genap. Dari Tabel 3.2. di atas, terlihat bahwa rata-rata prestasi belajar kelas XI IPS 1 adalah 69 dan kelas XI IPS 2 sebesar 71, berarti kedua kelas tersebut memiliki kesamaan yaitu nilai mereka berada di bawah nilai KKM sehingga dapat dikatakan siswa pada kelas tersebut belum tuntas belajar. Sedangkan, kelas XI IPS 3 memiliki nilai rata-rata sebesar 75 sehingga dapat dikatakan telah tuntas belajar. Berdasarkan pertimbangan tersebut, terpilihlah kelas XI IPS 1 dan XI IPS 2 sebagai sampel penelitian karena mempunyai nilai rata-rata yang relatif sama. Kelas XI IPS 1 ditetapkan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT dengan menggunakan media peta, kemudian kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan metode ceramah. Rincian sampel penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.3. Sampel Penelitian. No Kelas Jumlah Siswa 1 XI IPS 1 40 2 XI IPS 2 40 Total 80 Sumber: Hasil Penarikan Sampel Tahun 2013.
39 F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). a. Variabel bebas (independent variable) Variabel bebas adalah variabel yang memberikan pengaruh atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Di dalam penelitian ini yang termasuk variabel bebas adalah model pembelajaran NHT mengunakan media peta, yang selanjutnya disebut variabel X. b. Variabel terikat (dependent variable) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Di dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar yang merupakan indikator dari efektivitas pembelajaran dan selanjutnya disebut variabel Y. 2. Definisi Operasional Variabel a. Efektivitas Pembelajaran NHT Menggunakan Media Peta Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) merupakan varian dari diskusi kelompok. NHT merupakan metode struktural yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
40 Media peta adalah hakekat dasar pembelajaran geografi. Melalui media peta, siswa dapat mengamati fenomena fisik dan sosial permukaan bumi secara lebih luas dari batas pandang manusia, meskipun siswa tersebut belum pernah mengenalnya secara langsung atau berkunjung ke wilayah tersebut. Sebab, pada dasarnya peta merupakan gambaran sebagian atau seluruh permukaan bumi dengan semua gejala dan kenampakannya dalam bentuk yang lebih kecil sesuai dengan perbandingan skalanya. Pembelajaran dikatakan efektif jika memenuhi syarat ketuntasan belajar (ketuntasan klasikal), yaitu jika dalam suatu kelas terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Berarti jika dalam suatu kelas terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan efektif. Sebaliknya, jika terdapat < 85% siswa yang telah tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan tidak efektif. b. Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan perubahan yang measurable (dapat diukur). Untuk mengukur perubahan tersebut dilakukan dengan tes prestasi belajar berupa pretes dan postes. Pretes dilakukan pada awal kegiatan belajar mengajar, sedangkan postes dilakukan pada akhir pembelajaran. Prestasi belajar merupakan indikator dari ketuntasan belajar siswa. Nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMAN 3 Bandar Lampung adalah 72. Sehingga, jika nilai siswa 72 maka dapat dikatakan siswa tersebut telah tuntas belajar. Sebaliknya, jika nilai siswa < 72 maka dapat dikatakan siswa tersebut belum tuntas belajar.
41 G. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer a. Observasi Hadi dalam Sugiyono (2012:203) mengemukakan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung tentang kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada mata pelajaran geografi. b. Dokumentasi Menurut Arikunto (2002:132) teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Teknik dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan jumlah siswa dan gambaran umum mengenai sejarah berdirinya sekolah. Data tersebut diperoleh langsung dari pegawai Tata Usaha SMA Negeri 3 Bandar Lampung. 2. Data Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini adalah nilai rata-rata prestasi belajar geografi yang didapat melalui data hasil ujian mid semester kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada mata pelajaran geografi semester genap tahun pelajaran 2012-2013.
42 H. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Menurut Sudijono (2012:67) tes adalah cara mengukur dan menilai dalam bidang pendidikan yang berbentuk pertanyaanpertanyaan sehingga dapat diperoleh nilai yang melambangkan prestasi belajar siswa. Soal tes diberikan dalam bentuk pilihan jamak yang berjumlah 50 butir soal, dengan 5 alternatif jawaban. Jika siswa menjawab benar maka diberi skor 1 dan jika jawaban siswa salah maka diberi skor 0, skor total atau skor maksimum bagi 50 soal yang dijawab dengan benar adalah 50. Sebelum tes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, terlebih dahulu diuji cobakan pada siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Setelah soal diuji cobakan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran soal. 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2007:160). Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Proses input dan pengolahan data validitas uji coba soal dilakukan menggunakan program ANATES 4.0.9. Suatu soal dikatakan memiliki validitas yang baik apabila mempunyai nilai korelasi yang tinggi. Untuk mengklasifikasikan tingkat validitas maka digunakan kriteria seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
43 Tabel 3.4. Kriteria Validitas Soal. No Korelasi Keterangan 1 0,801-1,00 Validitas Sangat Tinggi 2 0,601-0,800 Validitas Tinggi 3 0,401-0,600 Validitas Sedang 4 0,201-0,400 Validitas Rendah 5 0,001-0,200 Validitas Sangat rendah 6 0,00 Tidak Valid Sumber: Arikunto (2007:70). 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah ketetapan hasil tes apabila diteskan kepada subjek yang sama dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap terhadap subjek yang sama. Proses input dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9. Reliabilitas soal yang baik adalah yang memiliki nilai tinggi. Untuk mengklasifikasikan tingkat reliabilitas maka digunakan kriteria seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.5. Kriteria Reliabilitas Soal. No Nilai Tes Keterangan 1 0,800 1,00 Sangat tinggi 2 0,600 0,799 Tinggi 3 0,400 0,599 Cukup 4 0,200 0,399 Rendah 5 0,00 0,199 Sangat Rendah Sumber: Arikunto (2007:75).
44 3. Uji Daya Pembeda Menurut Arikunto (2007:211) daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang memiliki indeks diskriminasi atau indeks daya pembeda 41% sampai 70%. Proses input data dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9. Untuk mengklasifikasikan tingkat daya pembeda, maka digunakan kriteria seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.6. Kriteria Daya Pembeda Soal. No Indeks Daya Pembeda Keterangan 1 < 0 Soal jelek sekali 2 0 20% Soal jelek 3 21 40% Soal cukup 4 41 70% Soal baik 5 71 100% Soal baik sekali Sumber: Arikunto (2007:218). 4. Uji Taraf Kesukaran Suatu soal yang baik adalah jika soal itu tidak terlalu mudah atau terlalu sukar. Taraf kesukaran soal yang baik jika memiliki taraf kesukaran sedang. Teknik yang digunakan untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah membagi banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar dengan jumlah seluruh siswa. Proses input dan pengolahan data menggunakan program ANATES 4.0.9. Untuk mengklasifikasikan tingkat taraf kesukaran soal maka digunakan kriteria seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
45 Tabel 3.7. Kriteria Taraf Kesukaran Soal. No Tingkat Kesukaran Keterangan 1 > 70% Soal mudah 2 30% - 70% Soal sedang 3 < 30% Soal sukar Sumber: Arikunto (2007:210). I. Teknik Analisis Data 1. Uji Gain (Peningkatan) Prestasi Belajar Uji gain adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan proses pembelajaran, adapun rumus gain adalah: = ( ) Keterangan: g = gain S post = postes S pre = pretes S max = Nilai maksimum pretes dan postes Klasifikasi gain (peningkatan) prestasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3.8. Klasifikasi Gain. No Nilai Gain (g) Keterangan 1 > 0,7 Tinggi 2 0,3 0,7 Sedang 3 < 0,3 Rendah Sumber: Meltzer dalam Nurdin (2012:54).
46 2. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi untuk melakukan uji hipotesis dengan uji t. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data sampel yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Kelompok yang akan diuji normalitasnya berjumlah dua kelompok, yang masing-masing terdiri dari: a. Kelompok siswa yang diberi perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan media peta (kelompok eksperimen). b. Kelompok siswa yang diberi perlakuan metode ceramah (kelompok kontrol). Perhitungan mengenai normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Seri Program Statistik) versi 20. Dalam hal ini berlaku ketentuan apabila nilai signifikansi (sig.) < 0,05 berarti distribusi sampel tidak normal, apabila nilai signifikansi (sig.) > 0,05 berarti sampel berdistribusi normal (Santoso, 2012:192). 3. Uji Homogenitas Uji homogenitas merupakan syarat yang kedua untuk melakukan uji hipotesis dengan uji t. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh dari kedua kelompok tersebut memiliki varians yang sama atau sebaliknya (Arikunto, 2002:136). Perhitungan mengenai homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS versi 20. Dalam hal ini berlaku ketentuan apabila nilai signifikansi (sig.) < 0,05 berarti data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians tidak sama, apabila nilai signifikansi (sig.) > 0,05 berarti data berasal dari populasi-populasi yang mempunyai varians sama (Santoso, 2012:193).
47 4. Uji Hipotesis a. Uji T Dalam penelitian ini uji t yang digunakan adalah uji t dua sampel bebas (independent sample t test). Menurut Santoso (2012:251) pada prinsipnya tujuan uji dua sampel adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean) antara kedua sampel tersebut. Uji t dua sampel bebas digunakan untuk menguji hipotesis pertama, kedua, dan keempat. Data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dianalisis secara bertahap sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk dapat menguji dengan uji t dua sampel bebas (independent sample t test) dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengumpulkan data prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. b. Memberi skor setiap data siswa sesuai dengan ketentuan yang telah dibuat lebih dulu, kemudian data tersebut dirangkum dalam bentuk tabel. c. Menentukan skor rerata dan standar deviasi dari data yang diperoleh dari masing-masing kelompok dalam bentuk tabel. d. Melakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan terhadap seluruh sel yang ada, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui kenormalan kelompok data (skor). e. Melakukan uji homogenitas. f. Melakukan uji hipotesis, dalam perhitunganya menggunakan program SPSS versi 20.
48 b. Uji Efektivitas Pembelajaran Untuk hipotesis keempat, dilakukan uji efektivitas pembelajaran. Menurut Uno dan Mohammad (2012:190) indikator pembelajaran efektif dapat diketahui dari prestasi belajar siswa yang baik. Petunjuk keberhasilan belajar siswa dapat dilihat bahwa siswa tersebut menguasai materi pelajaran yang diberikan. Selanjutnya, tingkat penguasaan materi dalam konsep belajar tuntas menurut Trianto (2011:241) adalah ketuntasan klasikal, yaitu pembelajaran dapat dikatakan tuntas jika dalam suatu kelas terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya. Nilai KKM mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung adalah 72. Siswa yang memiliki nilai 72 berarti dikatakan tuntas belajarnya. Sedangkan siswa yang memiliki nilai < 72 berarti dikatakan tidak tuntas belajar. Untuk mengukur ketuntasan klasikal digunakan rumus presentase yaitu: % = x 100% Keterangan: % : presentase f : jumlah siswa yang tuntas belajar N : jumlah seluruh siswa dalam satu kelas Dengan kriteria jika dalam suatu kelas terdapat 85% siswa yang telah tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan efektif. Begitu pula jika terdapat < 85% siswa yang telah tuntas belajarnya maka pembelajaran tersebut dikatakan tidak efektif.
49 J. Hipotesis Statistik 1. Hipotesis Pertama Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT menggunakan media peta dan kelas yang diberi metode ceramah. Ha : Ada perbedaan rata-rata nilai pretes antara kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT menggunakan media peta dan kelas yang diberi metode ceramah. Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 µ2 Kriteria pengujian: Jika probabilitas (sig.) > 0,025 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig.) < 0,025 maka Ho ditolak; atau Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05), sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman, 2011:94). 2. Hipotesis Kedua Ho : Rata-rata nilai postes pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT menggunakan media peta lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang diberi metode ceramah. Ha : Rata-rata nilai postes pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT menggunakan media peta lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang diberi metode ceramah.
50 Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1 < µ2 Ha : µ1 > µ2 Kriteria pengujian: Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig.) < 0,05 maka Ho ditolak; atau Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05), sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman, 2011:94). 3. Hipotesis Ketiga Ho : Model pembelajaran NHT menggunakan media peta kurang efektif dibandingkan dengan metode ceramah pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Ha : Model pembelajaran NHT menggunakan media peta lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1 < µ2 Ha : µ1 > µ2 Dengan kriteria jika ketuntasan belajar kelas eksperimen kurang dari kelas kontrol maka Ho diterima, sebaliknya jika ketuntasan belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol maka Ho ditolak.
51 4. Hipotesis Keempat Ho : Gain (peningkatan) prestasi belajar geografi pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT menggunakan media peta lebih rendah dibandingkan dengan kelas yang diberi metode ceramah. Ha : Gain (peningkatan) prestasi belajar geografi pada kelas yang diberi perlakuan model pembelajaran NHT menggunakan media peta lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang diberi metode ceramah. Dapat ditulis hipotesis statistiknya sebagai berikut: Ho : µ1 < µ2 Ha : µ1 > µ2 Kriteria pengujian: Jika probabilitas (sig.) > 0,05 maka Ho diterima, sebaliknya jika probabilitas (sig.) < 0,05 maka Ho ditolak; atau Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dengan taraf kepercayaan 5% (α = 0,05), sebaliknya jika t hitung < t tabel maka Ho diterima (Rusman, 2011:94).