HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

KONSEP DAN KRITERIA HISAB AWAL BULAN KAMARIAH MUHAMMADIYAH

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

Unifikasi Kalender Islam di Indonesia Susiknan Azhari

BAB I PENDAHULUAN. terbenam terlebih dahulu dibandingkan Bulan. 2. ibadah. Pada awalnya penetapan awal bulan Kamariah ditentukan

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pendapat mengenai penetapan awal bulan Qamariyah kerap

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi dalam menentukan awal bulan Kamariah khususnya Ramadan,

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan analisis dalam pembahasan disertasi ini, peneliti. 1. Matlak menurut fikih adalah batas daerah berdasarkan jangkauan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi terkait dengan penetapan awal bulan dalam kalender hijriah.

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

Kaedah imaging untuk cerapan Hilal berasaskan Charge Couple Device (CCD) Hj Julaihi Hj Lamat,

Rukyat Legault, Ijtimak Sebelum Gurub, dan Penyatuan Kalender Islam

Kelemahan Rukyat Menurut Muhammadiyah PERMASALAHAN RUKYAT

BAB III KONSEP UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI

IMPLEMENTASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI

BAB I PENDAHULUAN. karena itu para ahli hukum Islam menentukan lembaga-lembaga mana yang. berwenang melakukannya, prosedur dan mekanismenya.

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah NU, Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB I PENDAHULUAN. DARI PENGARUH ORMAS-ORMAS ISLAM SEPERTI NU 1, MUHAMADIYAH 2, PERSIS,

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI

SEKALI LAGI MENGAPA MENGGUNAKAN HISAB. Syamsul Anwar (Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah)

MENYATUKAN SISTEM PENANGGALAN ISLAM. Syamsul Anwar

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

BAB I PENDAHULUAN. kandungan atau makna yang tersirat di dalam suatu nash. Mulai dari ibadah yang

PENJELASAN TENTANG HASIL HISAB BULAN RAMADAN, SYAWAL, DAN ZULHIJAH 1436 H (2015 M)

TINJAUAN UMUM TENTANG HADIS-HADIS HISAB-RUKYAT DAN TRADISI ISLAM PEMBAHARU DI TIMUR TENGAH DAN INDONESIA... 55

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Buku ini diawali dengan puisi "Bulan, Apa Betul itu, Kau Sulit Dilihat" katya Tauflq Ismail, yang dapat menambah semangat dalam membaca buku ini.

PERUMUSAN GARIS TANGGAL KAMARIAH INTERNASIONAL BERDASARKAN KONJUNGSI

PENGERTIAN DAN PERBANDINGAN MADZHAB TENTANG HISAB RUKYAT DAN MATHLA'

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini umat Islam di dunia sering mengalami perbedaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Matahari dan Bulan maupun kondisi cuaca yang terjadi ketika rukyat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam

Jurnal TARJIH. Ketua Penyunting Syamsul Anwar. Penyunting Pelaksana Moh. Soehadha, Saptoni

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman, Asjmuni, Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Metode dan Aplikasi), Yogyakarta:Pustaka Pelajar, Cet I, 2002.

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

BAB I PENDAHULUAN. Perbincangan seputar hisāb dan rukyat, utamanya dalam hal. penentuan awal bulan kamariah, memang tidak pernah lekang oleh waktu.

BAB I PENDAHULUAN. kasus perbedaan tersebut tidak juga dapat teratasi. 2 Masing-masing ormas

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta : Pustaka pelajar, 2005.

يجب صرف الفطرة الي الاصناف الذين تصرف اليهم زكا ة المال 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERADABAN TANPA KALENDER UNIFIKATIF: INIKAH PILIHAN KITA? Syamsul Anwar

BAB III DALAM PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA. Radjo adalah salah seeorang ahli falak kelahiran Bukittinggi (29 Rabi ul Awal

Kapan Idul Adha 1436 H?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

BAB IV RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF FIKIH

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

DAFTAR PUSTAKA. Adib, Munawir A Fatah, Al-Bisri, Surabaya: Pustaka Progresif, 1999, hlm. 583.

PEMAKNAAN HADIS-HADIS HISAB-RUKYAT MUHAMMADIYAH DAN KONTROVERSI YANG MELINGKUPINYA 1

HISAB HAKIKI WUJŪD AL-HILĀL SEBAGAI PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH Perspektif Historis dan Usul Fikih

BAB I PENDAHULUAN. (hisab) maupun pengamatan hilal (rukyat). Sehingga tidak jarang. perdebatan umat dibanding persoalan penentuan waktu salat dan arah

BAB I PENDAHULUAN. dari pengaruh ormas-ormas Islam seperti NU 1, Muhamadiyah 2, Persis,

DAFTAR PUSTAKA. A. Kadir, Formula baru ilmu Falak, Jakarta: Amzah, 2011.

DAFTAR PUSTAKA. Abd al-mu thi, Fathi Fawzi Misteri Ka bah (Kisah Nyata Kiblat Dunia Sejak Nabi Ibrahim hingga Sekarang), Jakarta: Zaman, 2010.

AKTUALISASI MATLAK WILAYATUL ḤUKMI DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH (PERSPEKTIF NAHDLATUL ULAMA DAN MUHAMMADIYAH)

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. penentuan awal bulan kamariah 1 merupakan persoalan yang lebih. digunakan atau metode perhitungan yang dipakai.

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL

Metode Penetapan Awal Ramadhan dan Syawal Rukyat or Hisab; Local or Global? (Lanjutan)

BAB IV KONSEPSI PENYATUAN KALENDER HIJRIAH TERHADAP POLA SIKAP PP. MUHAMMADIYAH. A. Analisis Sikap PP. Muhammadiyah Terhadap Penyatuan Sistem

Hilal Ramadhan Monday, 25 July 2011

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

Hisab dan rukyat - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklop...

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

BAB I PENDAHULUAN. Semua umat manusia yang hidup di muka Bumi ini tak akan lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pemeluknya untuk berfikir terbuka, dan menolak setiap aturan, norma, yang menyalahi

Fiqh Ulil Amri: Perspektif Muhammadiyah 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

Ideal Moral Penetapan Awal Bulan Kamariah

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul

HUKUM JAMA SHALAT (Studi Analisis terhadap Faktor-faktor Jama Shalat dalam Konteks Kekinian)

BAB II SEPUTAR PENENTUAN AWAL BULAN DALAM KALENDER HIJRIAH. A. Tinjauan Umum Awal Bulan dalam Kalender Hijriah

BAB I PENDAHULUAN. sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENENTUAN AWAL BULAN QAMARIYAH DALAM KONSEP MATLA FI WILAYATIL HUKMI

Muhammadiyah Sebagai. Gerakan Tajdid

BAB V PENUTUP. yang berbeda. Muhammadiyah yang menampilkan diri sebagai organisasi. kehidupan serta sumber ajaran. Pada sisi ini, Muhammadiyah banyak

STUDI ANALISIS PEMIKIRAN AL-RAMLI TENTANG KETETAPAN SYAHADAH DALAM RUKYATUL HILAL DALAM KITAB NIHAYAH AL-MUHTAJ ILA SYARAH AL-MINHAJ SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. banyak manfaatnya dalam kehidupan praktis. Berbagai aspek kehidupan dan

Transkripsi:

HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004 FAKULTAS AGAMA ISLAM UNUVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

2 PENGESAHAN HISAB PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH MENURUT MUHAMMADIYAH (STUDI PENETAPAN HUKUMNYA) NASKAH PUBLIKASI Oleh: AHMAD BASORI I 000 090 004

3 ABSTRAK Secara tradisional umat Islam menggunakan rukyat untuk menentukan masuknya bulan kamariah, khususnya bulan-bulan ibadah seperti Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Hal itu meneruskan tradisi Nabi saw bersama para sahabatnya di Madinah pada zaman mereka. Setelah ilmu astronomi berkembang dalam Islam, untuk kepraktisan sebagian umat Islam menggunakan perhitungan astronomi (hisab) untuk menentukan masuknya bulan kamariah. Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia mendukung dengan kuat keabsahan penggunaan hisab dalam penentuan masuknya awal bulan hijriah. Dalam Musyawarah Nasional Tarjih XXVI yang berlangsung pada tanggal 1-5 Oktober 2003 M bertepatan dengan tanggal 5-6 Syakban 1424 H di Hotel Minang Padang Sumatra Barat tahun 2003 tentang hisab dan rukyat diambil beberapa kesimpulan diantaranya adalah rukyah dan hisab mempunyai kedudukan yang sama sebagai pedoman penetapan awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah. Hisab yang dipakai oleh Muhammadiyah adalah hisab hakiki wujudul hilal. Adapun permasalahan yang dirumuskan dalam skripsi ini adalah Bagaimana metode istimbath hukum Muhammadiyah yang memosisikan hisab sejajar dengan rukyat dalam penentuan awal bulan Kamariah? Mengapa Muhammadiyah memilih hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal? Penelitian ini bertujuan yaitu (1) memberikan kotribusi pemikiran bagi para peminat kajian hukum Islam, khususnya bagi warga Muhammadiyah mengenai penetapan awal bulan Kamariah menurut Muhammadiyah (Studi Metode Penetapan Hukumnya) (2) mengetahui alasan Muhammadiyah memilih hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Jenis penelitian ini adalah penelitian library research (penelitian pustaka), yaitu penelitian yang bersumberkan pada studi kepustakaan. Dengan mengkaji dari buku-buku yang ada untuk mencari penjelasan lebih lanjut mengenai masalah yang akan diteliti. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Muhammadiyah berpendapat Istimbath hukum perintah melakukan rukyat adalah perintah berillat (beralasan). Illat perintah rukyat adalah karena ummat zaman Nabi saw adalah ummat yang ummi, tidak kenal baca tulis dan tidak memungkinkan melakukan hisab. Dalam kaidah fiqhiyah, hukum berlaku menurut ada atau tidak adanya illat. Jika ada illat, yaitu kondisi ummi sehingga tidak ada yang dapat melakukan hisab, maka berlaku perintah rukyat. Sedangkan jika illat tidak ada (sudah ada ahli hisab), maka perintah rukyat tidak berlaku lagi dan kembali kepada semanggat umum Al-qur an yaitu melakukan hisab dalam memulai dan mengakhiri awal bulan kamariah. Muhammadiyah memilih hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, karena menganggap kriteria ini lebih memberikan kepastian dari pada kriteria imkanur rukyat (kemungkinan hilal terlihat) maupun kriteria yang lainya.

4 Kata Kunci 1. Hisab Hisab secara bahasa memiliki arti perhitungan. Ilmu falak dan ilmu faraid dikenal juga dengan ilmu hisab, karena keduanya menonjol dalam penggunaan hitungan (Ictiyanto, 1981: 229). Yang dimaksud hisab pada karya ilmiah ini adalah ilmu hisab sebagai ilmu falak, yaitu ilmu perhitungan terhadap posisi-posisi geometris benda-benda langit khususnya matahari, bulan dan bumi guna menentukan waktu-waktu dipermukaan bumi dan juga arah (Syamsul Anwar, 2009: 2). 2. Penentuaan Awal Bulan Kamariah Penentuan awal bulan berarti cara yang digunakan untuk menentukan masuknya awal bulan. Syarak telah memberikan pedoman dalan menentukan perhitungan waktu, seperti kita lihat dalam al-qur an dan Hadis Nabi. Pedoman tersebut secara garis besar terbagi menjadi 2 bagian, yaitu: a) Cara Rukyah bil Fik li dan Istikmal, seperti diterangkan antara lain oleh hadis Nabi saw, yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah: Berpuasalah kamu sekalian karena melihat hilal dan berbukalah jika melihat hilal, jika keadaan mendung, maka sempurnakanlah bilangan bulan Syakban 30 hari. b) Cara Perhitungan Astronomis (Hisab), seperti diterangkan al-quran surat Yunus ayat 5, Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan- Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat orbit) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu (Ictiyanto, 1981: 98-99). Penentuan awal bulan Kamariah yang dimaksud disini adalah perhitungan astronimis (hisab).

5 3. Muhammadiyah Muhammadiyah secara bahasa berarti pengikut Nabi Muhammad (Haedar Nashir, 2010: 17). Menurut istilah, dapat diberi batasan pengertian bahwa Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan maksud agar umat Islam di Indonesia dalam melaksanakan ajaran agama Islam sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rosulullah Muhammad saw. Pendahuluan Penentuan awal bulan Kamariah penting bagi umat Islam sebab selain untuk menentukan hari-hari besar, juga yang lebih penting adalah untuk menentukan awal dan akhir Ramadan dan Zulhijah, karena masalah ini menyangkut masalah wajib ain bagi umat Islam, yaitu kewajiban menjalankan ibadah puasa dan haji. Tidak seperti penentuan waktu shalat dan arah kiblat, yang nampaknya semua orang sepakat terhadap hasil hisab, namun penentuan awal bulan Ramadan menjadi masalah yang diperselisihkan tentang cara yang dipakainya. Ada yang mengharuskan hanya dengan rukyat saja dan pihak lainya ada yang memperbolehkan dengan hisab. Muhammadiyah mendukung dengan kuat kebolehan hisab di Indonesia untuk penentuan bulan-bulan ibadah. Dalam Musyawarah Nasional Tarjih XXVI yang berlangsung pada tanggal 1-5 oktober 2003 M bertepatan dengan tanggal 5-6 Syakban 1424 H di Hotel Minang Padang Sumatra Barat tahun 2003 tentang hisab dan rukyat diambil kesimpulan, bahwa hisab dan rukyat mempunyai fungsi dan kedudukan yang sama dengan rukyat sebagai pedoman penetapan awal bulan Ramadan, Syawal, dan

6 Zulhijah. Hisab yang digunakan Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam Pimpinan Pusat Muhammadiyah ialah hisab hakiki dengan kriteria wujud hilal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metode istimbath hukum yang dipakai Muhammadiyah melalui Putusan Tarjih Muhammadiyah XXVI tahun 2003 dan mendeskripsikan alasan Muhammadiyah memilih hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Tinjauan Pustaka Dari hasil penentuan awal bulan hijriah telah ditemukan beberapa karya ilmiah yang berhubungan dengan penetapan awal bulan hijriah tersebut di antaranya: 1. Skripsi Muadz Junizar (IAIN Sunan Kalijaga Jogyakarta: 2001) Mahasiswa Fakultas Syari ah jurusan al-ahwal Asy-Syakhsiyah tentang Kajian Tentang Penentuan Awal Bualan Kamariah Menurut PERSIS. Skripsi ini membahas tentang seberapa jauh tingkat akurasi penentuan awal bulan Kamariah yang digunakan oleh Persatuan Islam (PERSIS) berikut landasan syar i dan astronominya. Kesimpulan dari skripsi ini adalah bahwa dalam penyusunan kalender hijriah, pada awalnya PERSIS menggunakan kriteria wujud al-hilal seperti halnya Muhammadiyah, namun seiring dengan perubahan pemahaman tentang masuknya tanggal pergantian bulan maka PERSIS mulai menggunakan kriteria imkan al-rukyah. 2. Skripsi Afriyanto (IAIN Sunan Kalijaga Jogyakarta: 2008) Mahasiswa Fakultas Syari ah jurusan al-ahwal Asy-Syaksiyah tentang Konsep Penyatuan 1 Syawal Antara Wujud Al- Hilal, Rukyah Al-Hilal, dan Imkan Al-Rukyah. Skripsi ini membahas tentang kriteria awal bulan menurut Wujud Al-Hilal, Rukyah Al-Hilal, dan Imkan Al-Rukyah.

7 Kesimpulan dari skripsi ini adalah konsep peyatuan kriteria awal bulan menurut wujud al-hilal, Rukyah al-hilal, dan Imkan Rukyah. 3. Buku karya Ahmad Izzuddin dengan judul Fiqh Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, yang diterbitkan pada tahun 2007. Dalam buku ini Izzuddin mulai dengan menelusuri fiqh hisab rukyah, kemudian mengkrucutkan pembahasan pada upaya pembongkaran Simbolisasi mazab NU dan Muhammadiyah serta memberi tawaran upaya penyatuan antara NU dan Muhammadiyah yaitu dengan mazab Imkan al-rukyah Kontemporer. 4. Buku karya Tono Saksono dengan judul Mengkompromikan Rukyat & Hisab, diterbitkan pada tahun 2007. Dalam buku ini beliau mencoba menjelaskan tentang perbedaan dalam memaknai ayat-ayat al-qur an dan Hadis Rosulullah saw tentang penentuan awal bulan dalam kalender Islam yang telah lama diinterpretasikan secara berbeda oleh umat Islam di seluruh dunia. Dalam buku ini Tono Saksono tidak memberikan bentuk tawaran kompromi, beliau hanya menyarankan agar ada komunikasi yang baik antara ahli hisab dan rukyah sehingga tidak ada perbedaan hari raya. 5. Buku karya Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy yang berjudul Awal dan Akhir Ramadan Mengapa harus berbeda? Terbit pada tahun 2001. Dalam buku ini beliau mencoba menawarkan agar kita menmpuh satu jalan saja yaitu rukyah secara global yaitu rukyah Mekkah. Dengan melihat karya-karya ilmiah di atas, penyusun belum menemukan karya ilmiah yang membahas secara khusus mengenai penentuan awal bulan Kamariah menurut Putusan Tarjih Muhammadiyah (Studi Penetapan Hukumnya). Pembahasanya hanya seputar penentuan Awal Bulan Kamariah menurut Muhammadiyah, NU, PERSIS, menyatukan NU

8 dan Muhammadiyah dalam penentuan awal bulan Kamariah, dan konsep penyatuan kriteria awal bulan menurut Wujud al-hilal, Rukyat al-hilal, dan Imkan Rukyah. Metode Penelitian Untuk memperoleh data dan penjelasan mengenai masalah yang akan diteliti, diperlukan adanya suatu metode yang disebut metodologi penelitian. Metodologi adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai suatu tujuan (Nurboko, 1997: 1). Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian, supaya tidak menimbulkan kerancuan. Metode penelitian sebagai berikut: 1. Pendekatan Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan yuridis, yang mana pendekatan ini digunakan untuk memahami permasalahan dari perspektif hukum Islam dengan menelusuri landasan hukumnya berikut metode istimbath hukum yang digunakan. 2. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan jenis penelitian ini dikategorikan jenis penelitian pustaka (Library Research) (Abdurrahmat Fathoni, 2006: 95), karena berusaha menghimpun dan menganalisis pemikiran Muhammadiyah dalam menetapkan awal bulan Kamariah. 3. Sumber Data Data diperoleh dari:

9 a) Sumber Primer, yaitu Putusan Tarjih Muhammadiyah dan Pedoman Hisab Muhammadiyah karya Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah. b) Bahan Sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti: hasil penelitian yang sudah ada dan buku yang berkaitan dengan ilmu hisab antara lain: Hisab Bulan Kamariah Tinjauan Syar i Tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal dan Zulhijah, yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah. c) Sumber Tersier atau bahan hukum penunjang mencakup bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, dalam hal ini berupa: kamus, ensiklopedia, karya ilmiah, jurnal, dan internet. 4. Metode Pengumpulan Data Dalam melakukan pengumpulan data terhadap beberapa hal yang akan dilakukan oleh penulis. Pertama, penulis mencari referensi yang digunakan dalam penelitian. Kedua, setelah mendapat referensi yang menunjang, penulis membaca dan mengkaji lebih mendalam isi dari referensi/buku guna mendapat data yang dibutuhkan. Ketiga, setelah data yang dibutuhkan dalam referensi telah ditemukan, penulis mengolah data tersebut untuk memperoleh kesimpulan mengenai masalah yang diteliti. Terakhir, kesimpulan yang diperoleh penulis disajikan dalam bentuk laporan penelitian, yang ditulis dalam bentuk skripsi (Mantra, 2004: 128). 5. Metode Analisa Data Sesuai dengan jenis datanya yang berasal dari data kepustakaan maka analisis selanjutnya dalam penelitian ini memakai model analisis deskriptif kualitatif,

10 sebagaimana telah dijelaskan oleh Winarto Surakhmad, bahwa sifat-sifat tertentu yang terdapat di dalam metode deskriptif kualitatif ada 2 (dua), yaitu: a) Deskriptif kualitatif selalu memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada sekarang terutama masalah-masalah yang bersifat aktual. b) Kemudian penelitian deskriptif kualitatif melalui data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis, dimana sebuah deskripsi dapat mempresentasikan objektif terhadap fenomena yang ditanggapi (Surakhmad,1975: 140-141). Simpulan Berdasarkan uraian penelitian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan. 1. Rukyat maupun hisab sama-sama memiliki dasar dan argumen hukum, sehingga masingmasing secara berdiri sendiri memiliki kedudukan hukum yang sama. 2. Adapun Hisab hakiki dengan wujudul hilal yang dipilih Muhammadiyah, hanyalah salah satu metode hisab penentuan awal bulan di antara sekian metode hisab yang ada. Kaidah memasuki bulan baru dalam hisab wujudul hilal adalah tiga parameter, yaitu (1) telah terjadi ijtimak, (2) ijtimak itu terjadi sebelum matahari terbenam, (3) saat matahari terbenam hilal di atas ufuk. Ketiga kriteria ini di interpretasikan dari tafsir surat yasin ayat 39 dan 40. Muhammadiyah memilih hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, karena menganggap kriteria ini lebih memberikan kepastian dari pada kriteria imkanur rukyat (kemungkinan hilal terlihat) maupun kriteria yang lainya.

11 Hasil Penelitian Rukyat maupun hisab sama-sama memiliki dasar dan argumen hukum, sehingga masing-masing secara berdiri sendiri memiliki kedudukan hukum yang sama. Rukyat al-hilal adalah satu-satunya metode untuk mengetahui keberadaan hilal (wujud al-hilal) sebagai pertanda awal bulan di zaman Rasulullah saw. Akan tetapi rukyat bukanlah kriteria mutlak penentu awal bulan, karena perintah rukyat dilatarbelakangi oleh kondisi ummat yang belum memiliki pengetahuan dan kemampuan perhitungan astronomi. Kondisi ummat berubah, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya astronomi telah melahirkan metode hisab yang dapat memberikan akurasi perhitungan waktu yang meyakinkan. Rukyat hanyalah sekedar metode, bukan substansi atau bagian dari ibadah shaum khususnya. Karena itu jika sudah ditemukan metode hisab, aktivitas merukyat tidak lagi menjadi satu keniscayaan agama yang tidak boleh ditinggalkan. Sejalan dengan itu, keterlihatan hilal bukanlah sebab juga bukan syarat wajib berpuasa atau berbuka. Keberadaan hilallah yang menjadi sebab keharusan berpuasa atau berbuka. Karena itu kriteria hisab yang dipilihpun, adalah kriteria wujud al-hilal. Wujudul hilal lebih mementingkan pengukuran hilal di atas ufuk. Sehingga kriteria ini jelas tidak terganggu oleh kondisi perukyat, cuaca dan faktor alam lainya. Prinsip ini agaknya berbeda dengan imkanur rukyat atau rukyat yang lebih mementingkan visualisasi. Karena itu Muhammadiyah berpendapat kriteria wujudul hilal lebih memberikan kepastian jika di bandingkan kriteria yang lain, sehingga kriteria ini pun masih di pakai dan dipertahankan sampai saat ini.

12 Saran Muhammadiyah sebagai organisasi besar Islam yang mendukung kebolehan ilmu hisab dalam penentuan awal bulan kamariah, hendaknya membuka jurusan S1 atau S2 ilmu falak di Universitas Muhammadiyah yang tersebar di wilayah nusantara, serta mempunyai alat-alat yang cangih, membuat tempat obsevatorium, untuk penelitian ilmu astronomi. Sehingga Muhammadiyah juga mempunyai kontribusi yang besar dalam mengembangkan dan memajukan ilmu falak, yang pada giliranya diharapkan akan banyak muncul kader-kader dari Muhammadiyah yang ahli dalam ilmu ini. Karena ilmu hisab seperti yang sudah disebutkan pada pembahasan di atas, dapat membantu umat islam dalam memudahkan melakukan ibadah kepada Allah swt.

13 DAFTAR PUSTAKA Abdul Karim, Amrullah. 1984. Pengantar Ushul Fiqh. Jakarta: Pustaka Panjimas Al-Atsary, Abu Yusuf. 2008. Pilih Hisab Ru yah. Solo: Pustaka Darul Muslim. Asjmuni, Abdurrahman. 2004. Manhaj Tarjih Muhammadiyah Metodologi dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. dan Mulyadi. 2004. Tanya Jawab Agama III. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Azhari, Susiknan. 2005. Ensiklopedi Hisab Rukyat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. 2004. Ilmu falak Teori dan Praktek. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Darsono, Ruswa. 2010. Penanggalan Islam Tinjauan Sistem, Fiqih dan HIsab Penanggalan. Yogyakarta: LABDA Press. Djamil, Fathurrahman. 1995. Metode Ijtihad Majlis tarjih Muhammadiyah. Jakarta: Logos Publising House Djambek, Saadoeddin. 1976. Hisab Awal Bulan. Jakarta: Tintamas Djazuli dan Nurol. 2001. Ushul Fiqh Metodologi Hukum Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Metodologi Penelitian dan teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ictiyanto,. 1981. Almanak Hisab Rukyat. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama. Izzuddin, Ahmad. 2007. Fiqh Hisab Rukyah: Menyatukan NU & Muhammadiyah dalam Penentuan Awal Ramadan. Jakarta: Erlangga. Juniar, Muadz. 2001. Kajian Tentang Penentuan Awal Bulan kamariah Menurut Persis. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga. Khazin, Muhyidin. 2005. Kamus Ilmu Falak. Jogyakarta: Buana pustaka. Khazin, Muhyidin. 2005. Kamus Ilmu Falak. Jogyakarta: Buana pustaka. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta Timur: Balai Aksara, Yudistira, dan Saadiyah. Nurboko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Pustaka.

14 Purwadarminta. 1986. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Qordhawi, Yusuf. 2009. Rukyat Untuk Menentukan Bulan, dalam Syamsul Anwar. Hisab Bulan Kamariah (Tinjauan Syar i Tentang Penentapan Awal Ramadan, Syawal dan Zulhijjah). Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Ruskan, Farid. 1996. 100 Masalah Hisab & Rukyat Telaah Syariah dan Teknonogi. Jakarta: Gema Insani Press Ash-Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2001. Awal & Akhir Ramadan Mengapa harus berbeda? Semarang: Pustaka Rizki Putra. Saksono, Tono. 2007. Mengkompromikan Rukyat & Hisab. Jakarta: Publicita. Sutopo, Hp. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Shaleh, Rodhi. 1992. Rukyah Hilal Tentang Penetapan Awal Ramadan dan Syawal. Jakarta Timur: Pustaka an-nizhamiyah. Syafi i Maarif, Ahmad. 2007. Dalam Islam Perbedaan Adalah Sunnahtullah, dalam Susiknan Azhari, Hisab & Rukyat Wacana Untuk Membangun Kebersamaan di Tengah Perbedaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syakir, Ahmad Muhammad. 1993. Menentukan hari Raya dan Awal Puasa. Syamsul Anwar. 2009. Hisab Bulan Kamariah (Tinjauan Syar i Tentang Penentapan Awal Ramadan, Syawal dan Zulhijjah). Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. Tim Majelis Tarjih dan Tajdid PP Mhammadiyah. 2009. Pedoman Hisab Muhammadiyah. Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. 2007. Pedoman Ramadan. Yogyakarta: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Tim Lembaga studi Islam. 2001. Studi Kemuhammadiyahan. Surakarta: Isi UMS.