BAB I PENDAHULUAN. mengajar, meliputi manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1

dokumen-dokumen yang mirip
Arifin, Imron, Penelitian Kualitatif Dalam Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan, Malang : Kalimasada Press, 1994.

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik. Hal ini semata-semata karena Allah yang menjaga Al-Quran.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. tantangan, perubahan dan tututan masyarakat 2. Pendidikan yang diyakini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 36

BAB II PENDIDIKAN FULL DAY SCHOOL

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, (Semarang: Tim Pengadaan Buku Pelajaran IKIP Semarang Press, 1990), hlm. 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjemahnya, Perca, Jakarta, 1982, hlm Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. negara yang yang demokratis dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diwujudkan melalui pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. dan lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Dalam. saling melengkapi dan memperkaya pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu memberi kondisi mendidik yang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan, pengurangan, penggantian dan pengembangan yang selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dalam bahasa aslinya yakni skhole, scola, scholae atau schola

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. diberikan Allah SWT semaksimal mungkin. Mempunyai akal pikiran yang cerdas

BAB I PENDAHULUAN. manusia sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Dalam ajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, apalagi di era globalisasi saat ini. faktanya dilapangan mutu pendidikan kita masih sangat jauh dari harapan.

BAB I PENDAHULUAN. alam, melainkan pada keunggulan sumberdaya manusianya. Perkembangan global

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pendidikan masing-masing individu pembentuk bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa bangsa yang berada dalam tahap pembangunan dan perkembangan,

BAB I PENDAHULUAN Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta : Logos. Wacana Ilmu, 2009), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2012, hal iii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancang dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. membentuk karakter manusia yang memiliki kemampuan akademik dan

BAB I PENDAHULUAN. Dwi Sunar Prasetyono, Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini, (Jogjakarta: Think, 2008), hlm 50

IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DALAM SISTEM PENDIDIKAN, PERMASALAHAN DAN PEMECAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fiqih merupakan sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Cita-cita ini ditindaklanjuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. bahwa dalam proses pendidikan, peserta didik/siswa menjadi sentral


BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan keaktifan anak didik. Keaktifan anak didik tersebut, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung diluar kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Agar dapat menemukan pendidikan yang bermutu dan dapat meningkatkan. dalam seluruh aktifitas bidang-bidang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. baik, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20. Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mendongkrak kekuatan internal organisasi untuk tetap

masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan para warganya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, UU RI No. 20 TH 2003, Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 5.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah berbasis Islam adalah lembaga pendidikan yang bertujuan membentuk sumber daya manusia yang berkualitas berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam. Lembaga pendidikan Islam pada pelaksanaannya seringkali dihadapkan pada problem-problem pembelajaran yang harus ditemukan solusi alternatifnya, mulai dari penyiapan sarana prasarana, materi, tujuan sampai pada penyiapan proses. Guru sebagai pelaksanan pendidikan memegang peranan vital mensukseskan program pendidikan pada lembaga pendidikan Islam. Terkait hal tersebut, Mustaqim menegaskan perlunya guru terampil untuk mengajar, meliputi manajemen perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1 Perkembangan lembaga pendidikan Islam sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori manajemen yang sebelumnya sudah berkembang pada dunia ekonomi. 2 Maka tidak heran ketika mendengar adanya teori manajemen pendidikan, yang pada dasarnya diambil dari teori-teori manajemen dunia bisnis. Bukan berarti setelah meminjam teori manajemen ekonomi sebuah lembaga pendidikan menjadi komersial, tetapi semata-mata hanya digunakan sebagai landasan yang sistematik untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Sehingga hasilnya tidak bisa seperti yang diharapkan kalau seseorang menerapkan teori manajemen pada bidang bisnis. Berdasarkan kondisi seperti di atas, pendidikan Islam hendaknya diselenggarakan dengan menggunakan prinsip-prinsip manajemen yang fleksibel dan dinamis agar memungkinkan setiap lembaga pendidikan Islam berkembang sesuai dengan potensi dan tuntutan eksternal yang dihadapinya. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat/seni, dan profesi. Manajemen diartikan sebagai ilmu, karena dipandang sebagai bidang pengetahuan yang 1 Mustaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 97. 2 Hadari Nawawi, Manajemen Strategik, Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan dengan Ilustrasi Bidang Pendidikan, (Yogyakarta : UGM Press, 2005), hlm. 3. 1

2 secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerjasama. Manajemen sebagai kiat/seni, karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain menjalankan dalam tugas. Disisi lain manajemen, dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntut oleh suatu kode untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. 3 Nanang Fattah menyatakan bahwa tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasaan. Tujuan ini tidak tunggal bahkan jamak atau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidian. Lebih lanjut, Nanang Fattah menyebutkan bahwa kegiatan manajerial meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). 4 Manajemen merupakan hal yang penting untuk mengelola komponen yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Alasannya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan secara optimal, efektif dan efisien. Berdasarkan konsep di atas manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan, hasil penelitian Balitbangdikbud pada tahun 1991, menunjukkan bahwa manajemen merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Manajemen sekolah secara langsung akan mempengaruhi dan menentukan efektif tidaknya kurikulum, berbagai peralatan belajar, waktu mengajar, dan proses pembelajaran. Dengan demikian, upaya peningkatan kualitas pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakan sekolah atau madrasah menurut Mulyasa, harus dimulai dengan pembenahan manajemen sekolah, di samping peningkatan kualitas guru dan pengembangan sumber pendidikan. 5 3 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta : Aditya Media bekerjasama dengan UNJ Yoagyakarta, 2012), hlm. 2. 4 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2009), hlm. 13-15. 5 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 21.

3 Memudahkan pembelajaran bagi peserta didik merupakan tugas utama guru, untuk itu guru tidak saja dituntut membuat suasana pembelajaran menjadi nyaman dan menarik, tetapi juga harus mampu dan kreatif menerapkan metode pembelajaran inovatif yang sesuai keadaan diri dan kebutuhan peserta didik. 6 Konsep tersebut sejalan dengan pola pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered) sehingga guru dapat menjadi fasilitator dalam pembelajaran untuk mengembangkan ranah kognitif, afektif, dan psimotorik, sehingga peserta didik dapat mengontruksi pengetahuannya sendiri. Demikian teori pembelajaran modern berbasis kontruktivisme merumuskan tujuan ideal pembelajarannya. Sejalan konsep belajar kontruktivisme tersebut, Islam juga meletakkan landasan filosofi belajar sebagaimana wahyu pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dalam surat al-alaq ayat 1-5 yang berbunyi : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-Alaq : 1-5). 7 Quraish Shihab memiliki pandangan filosofis dalam memaknai ayat di atas bahwa ilmu pengetahuan akan mengangkat pikiran dan akal untuk memikirkan beberapa nilai dasar terpenting yang dapat dijadikan pedoman dan arahan dalam kegiatan belajar mengajar. Terkait dengan masa sekarang ini di mana ditandai dengan wujudnya ilmu pengetahuan di berbagai bidang untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dan bertanggung jawab. 8 Jika diperbincangkan dunia pendidikan saat ini, pasti tidak terlepas dengan istilah full day school. Full day school adalah sekolah yang dirancang sedemikian 6 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 5 7 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta : Depag RI, 2003), hlm.1079 8 Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm. 127

4 rupa layaknya sekolah formal, juga didesain mampu memberikan harapan pasti terhadap masyarakat. Misalnya, nilai plus yang belum diberikan saat pelajaran formal berlangsung, antara lain latihan belajar kelompok, latihan berjamaah shalat wajib dan sunnah dhuha, latihan membaca doa bersama, dan lain sebagainya. Era post modern ini mensyaratkan dunia pendidikan berpikir keras sekaligus cerdas dalam memajukan lembaga yang dicitakan, tidak terkecuali sekolah yang menerapkan sistem full day school. Ciri khas sekolah yang akrab dengan istilah sebutan full day school ini sudah merambah di Indonesia dan menjadi perhatian banyak kalangan. 9 Program full day school yang dimaksud adalah program sekolah di mana proses pembelajaran dilaksanakan sehari penuh di sekolah. Dengan kebijakan seperti ini maka waktu dan kesibukan anak-anak lebih banyak dihabiskan di lingkungan sekolah dari pada di rumah. Anak-anak dapat berada di rumah lagi setelah menjelang sore. 10 Sistem pembelajaran full day school merupakan pengemasan dalam hal cara belajar yang berorientasi pada kualitas pendidikan yang berlangsung selama sehari penuh dengan penggunaan format permainan yang menyenangkan dalam pembelajarannya sehingga motivasi belajar peserta didik meningkat, walaupun berlangsung selama sehari penuh. Permainan dalam pembelajaran adalah salah satu aktifitas yang digunakan untuk mendorong tercapainya tujuan instruksional. 11 Jadi, dengan menggunakan format permainan yang menarik dan menyenangkan dalam proses pembelajarannya, selain dapat memberikan rasa nyaman juga dapat meningkatkan semangat belajar, meskipun itu berlangsung selama sehari penuh. SD Muhammadiyah Sukorejo merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menerapkan sistem full day school dalam manajemen pembelajarannya. Kehadiran sekolah ini memberikan alternatif bagi anak-anak untuk memperoleh pendidikan dasar yang islami, sehingga tidak sedikit masyarakat setempat yang antusias untuk menyekolahkan anaknya di SD Muhammadiyah Sukorejo Kendal. 9 Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta : AR-RUZZ MEDIA, 2009), hlm. 223-224 10 Fibriana Anjaryati, Pengembangan Program Full Day School Untuk Optimalisasi Perkembangan Anak, http://kakadi.info/?p=368 Diakses pada 6 April 2015. 11 Syahrul Rikza, Implementasi Full day School, http://www. Scribd.com/doc./59494968 /10/faktor-pendukung-dan-penghambat-sitem-fullday-school. Diakses 10 April 2015.

5 Secara kelembagaan SD Muhammadiyah Sukorejo merupakan sekolah dasar Islam terpadu yang berada di bawah yayasan Majelis Dikdasmen Muhammadiyah Kendal dan di bawah naungan Dikpora Kabupaten Kendal. Melalui program manajemen pembelajaran full day school, SD Muhammadiyah Sukorejo menunjukkan kualitasnya sebagai sekolah dasar bermutu dan kompetitif dengan tingkat kepercayaan masyarakat yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan sumber data lapangan pada papan monografi di ruang tata usaha menunjukkan jumlah siswa pada Tahun Pelajaran 2014/2015 ini adalah 815 orang dengan jumlah rombel sebanyak 24 kelas. Sederet piala yang dipajang di almari ruang tata usaha juga tidak luput pengamatan peneliti yang menunjukkan prestasi mengagumkan sekolah ini diajang kompetisi lokal tingkat sekolah dasar. Berdasarkan data awal di lapangan tersebut peneliti menyimpulkan bahwa SD Muhammadiyah Sukorejo merupakan sekolah bermutu dan diminati masyarakat. Sekolah yang bermutu merupakan cita-cita ideal lembaga pendidikan Islam. Mewujudkan hal tersebut Kemenag Kabupaten Kendal dalam rangka meningkatkan mutu lembaga pendidikan Islam memfasilitasi pembinaan manajemen pendidikan/pembelajaran di Kantor Kemenag Kendal pada bulan Pebruari 2015 yang dibina langsung oleh Ahmad Furqon selaku Irjen Kemenag dari pusat. Menurutnya rata-rata semua organisasi yang membidani kependidikan di bawah Kemenag mempunyai manajemen yang lemah, termasuk semua lembaga pendidikan Islam di Kabupaten Kendal. Lebih lanjut Ahmad Furqon menjelaskan bahwa upaya meningkatkan kualitas pendidikan pada hakikatnya tidak sekedar mengarah pada hasil pendidikan, akan tetapi juga pada proses pelaksanaan pendidikan. Proses di sini termasuk model kurikulum yang diterapkan. Berkenaan dengan penerapan kurikulum, sistem full day school merupakan salah satu bentuk model pendidikan yang sangat mendukung upaya meningkatkan kualitas pembelajaran dan sebagai bagian dari manajemen strategi membangun kepercayaan masyarakat terhadap mutu pendidikan sekolah. Berdasarkan deskripsi di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian deskriptif kualitatif berjudul Implementasi Manajemen Pembelajaran Full Day School di SD Muhammadiyah Sukorejo Kabupaten Kendal.

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, beberapa masalah dapat teridentifikasi sebagai berikut : 1. Lembaga pendidikan Islam pada pelaksanaannya seringkali dihadapkan pada problem-problem pembelajaran yang harus ditemukan solusi alternatifnya, mulai dari penyiapan sarana prasarana, materi, tujuan sampai pada penyiapan proses. 2. Perkembangan lembaga pendidikan Islam sebagai sebuah lembaga yang bergerak di bidang non-profit oriented, memaksa pelaksana pendidikan menggunakan teori-teori manajemen yang sebelumnya sudah berkembang pada dunia ekonomi. 3. Manajemen merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan, karena tanpa manajemen tidak mungkin tujuan pendidikan dapat diwujudkan optimal, efektif dan efisien. 4. Semua organisasi yang membidani kependidikan di bawah Kemenag mempunyai manajemen yang lemah, termasuk semua lembaga pendidikan Islam di Kabupaten Kendal. Sehingga tidak menutup kemungkinan manajemen yang diterapkan di SD Muhammadiyah Sukorejo juga termasuk dalam kategori lemah. 5. Terbatasnya jumlah kelas yang tersedia di SD Muhammadiyah Sukorejo untuk mengelola pembelajaran yang ideal, karena tidak seimbang antara jumlah peserta didik dengan jumlah kelas yang tersedia yakni 815 siswa dengan jumlah rombel sebanyak 24 kelas. Kondisi tersebut menjadi kendala tersendiri dalam menerapkan manajemen pembelajaran full day school yang bermutu. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terfokus, penelitian ini hanya mengkaji secara spesifik tentang implementasi manajemen pembelajaran full day school yang diterapkan di SD Muhammadiyah Sukorejo Kabupaten Kendal.

7 D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas rumusan masalah penelitian sebagai berikut : Bagaimanakah implementasi manajemen pembelajaran Full Day School di SD Muhammadiyah Sukorejo Kabupaten Kendal? E. Tujuan Penelitian Sebagaimana perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi manajemen pembelajaran full day school di SD Muhammadiyah Sukorejo Kendal. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan berbagai manfaat, baik secara teoritis maupun praktis. 1. Secara teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi wacana baru dalam pengelolaan atau manajemen pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan Islam. Hal ini mengingat semakin banyaknya sekolah-sekolah berlatar belakang Islam yang tumbuh di daerah-daerah, tetapi belum dapat secara optimal memafaatkan potensi dan merespon kebutuhan daerah. 2. Secara praktis a. Peneliti, meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengkaji penerapan manajemen pendidikan di sekolah/madrasah, persoalan-persoalan yang muncul, dan pengelolaan dalam mengatasi masalah tersebut, terutama pada penerapan manajemen pembelajaran full day school di sekolahsekolah terpadu seperti SD Muhammadiyah Sukorejo. b. Guru, penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi guru tentang pentingnya manajemen pembelajaran seperti merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran yang dilakukannya agar sinergi dan sejalan dengan kebijakan organisasi tempat kerjanya. c. Sekolah, manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen pembelajaran di SD Muhammadiyah Sukorejo dan lembaga pendidikan lain pada umumnya.