proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Penerapan Model Problem Based Learning dengan pendekatan saintifik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Tabel 1 Pedoman Observasi Perencanaan Pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 di Kelas II SDN I Yukum Jaya

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI DI KELAS X MAN 3 BANDA ACEH. Suhartati Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Penerapan Pendekatan Saintifik untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Subtema Keluarga Besarku Siswa Kelas I SD Negeri 3 Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, terutama ditingkat sekolah dasar (SD).

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

Menurut Djamarah (1994) hasil belajar adalah hasil yang diperoleh berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di SD. Menurut

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Kamaliyah

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas V MI Darussalam Palembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. kuantitas dalam menghubungkan ide-ide yang sudah ada sebelumnya.

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha untuk mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

Endang Kusumaningtyas, S.Pd., M.Pd. SMP Negeri 2 Kota Pasuruan

Metodi DIdaktik Vol. 10, No. 2, Januari 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

, 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif ini, para peneliti berusaha menggambarkan secara

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

JETIS PONOROGO TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT WIRAUSAHAWAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN dengan METODE SAINTIFIK DIREKTORAT PEMBINAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN DISCOVERY LEARNING DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RUANG DIMENSI TIGA PADA SISWA SMAN 8 MATARAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam pencapaian tujuan dan hasil belajar. Belajar menurut Bell-Gredler

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar sedangkan kegiatan psikis berupa ketrampilan terintegrasi. penelitian dan melaksanakan eksperimen.

BAB II LANDASAN TEORI

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran discovery (penemuan) adalah model mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015

BAB I PENDAHULUAN. edukatif untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran banyak faktor yang saling

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam proses belajar mengajar dimana guru memberi siswa contoh-contoh. didik mampu menyelesaikan masalah itu sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Marbudiyono Guru Mata Pelajaran IPS SMP Negeri 2 Mataram -

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Kurikulum KTSP SD, Matematika berfungsi mengembangkan. kemampuan menghitung mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

2016 PENERAPAN MODEL CONNECTED MATHEMATICS PROJECT (CMP) DENGAN METODE HYPNOTEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKTIF MATEMATIS SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. A. Metode Demonstrasi. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan

Transkripsi:

II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Dalam menjalani kehidupannya, manusia pasti selalu berusaha hidup kearah yang lebih baik. Untuk menuju kearah yang lebih baik manusia harus belajar. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar dalam memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Menurut Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang. Sedangkan menurut Gagne (2009:25), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakuknya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

7 Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku sebagai akibat pengalaman yang bermakna, yang melalui tahapan yaitu: proses, perubahan perilaku, dan pengalaman. Semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. 2.2 Aktivitas Belajar Pembelajaran pada siswa tidak terlepas dari aktivitas belajar yang mendukung dirinya untuk mengalami proses, perubahan perilaku, dan pengalaman yang bermakna. Subjek dalam pembelajaran adalah siswa, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Beberapa ahli mengemukakan pengertian aktivitas belajar dalam memberikan gambaran tentang pengertian aktivitas belajar. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004:6) mengemukakan tentang belajar mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar. Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya. Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya.

8 Djamarah (2000:67) mengemukakan bahwa: Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik. Senada dengan hal diatas, Gie (1985:6) mengatakan bahwa: Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Sedangkan John (dalam Dimyati, 2006:44) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah siswa dalam belajar, pada akhirnya aktivitas belajar dapat diraih siswa yang bertujuan untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri tentang konsep-konsep Matematika dengan bantuan guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran berlangsung dibatasi pada ruang lingkup.

9 2.3 Hasil Belajar Siswa Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Setiap peserta didik pasti mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik dalam proses pembelajarn, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Beberapa ahli mengemukakan pengertian hasil belajar siswa dalam memberikan gambaran tentang pengertian hasil belajar siswa. Menurut Mulyasa (2008:37) hasil belajar merupakan prestasi belajar siswa secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dan derajat perubahan prilaku yang bersangkutan. Kompetensi yang harus dikuasai siswa perlu dinyatakan sedemikian rupa agar dapat dinilai sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman langsung. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:46) hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran.

10 Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan. hasil belajar yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan. 2.4 Pengertian Pembelajaran Matematika Pendidikan matematika di sekolah dasar merupakan basis pendidikan dalam membentuk insan Indonesia seutuhnya, seperti diisyaratkan dalam kebijakankebijakan pemerintah dari tahun ketahun. Lulusan sekolah dasar diharap dapat membekali dirinyaa dengan kemampuan-kemampuan yang memungkinkan mereka mau dan mampu menata kehidupan yang lebih layak baik dalam proses pendidikan formal selanjutnya maupun dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat. Sasaran tersebut dapat terjangkau jika program pembelajaran di sekolah memenuhi basis pendidikan bermutu. Menurut Degeng (1997:1) pembelajaran didefinisikan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Bertolak dari definisi tersebut pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kegatan yang memberikan fasilitas belajar yang baik sehingga terjadi proses belajar. Pemberian fasilitas belajar bagi siswa memerlukan suatu strategi, yaitu strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran matematika adalah kegiaatan yang dipilih oleh pengajar (guru) dalam proses

11 pembelajaran yang dapat memberikan fasilitas belajara sehingga memperlanacar tujuan belajar matematika Hudoyo (dalam Harmini: 2003:9). Menurut William Brownell (1995:5) bahwa belajar itu pada hakikatnya merupakan suatu proses yang bermakna. Ia mengemukakan bahwa belajar matematika itu harus merupakan belajar bermakna dan pengertian. Proses dalam belajar harus memberikan pengalaman bagi siswa, sehingga pengalaman tersebut dijadikan titik awal guna menjacapai tujuan belajar bagi siswa. Pengertian pembelajaran yang dijelaskan dalam Depdikbud (1993:7) disebutkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar berfungsi sebagai pengembang kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan bilangan, simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan mempermudah menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, lebih lanjut pada jenjang sekolah dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidpupan seharai-hari. Sejalan dengan fungsi pembelajaran matematika di sekolah dasar disebutkan tujuan umum pendidikan matematika di sekolah dasar adalah belajar bernalar,pembentukan sikap siswa, dan keterampilan dalam dalam menerapkan matematika.

12 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap pembelajaran matematika di sekolah dasar guru tidak cukup hanya memahami konsep hafalan-hafalan, tetapi guru harus dapat membuat bagaimana nalar serta sikap siswa terbentuk sehingga belajar lebih bermakna. 2.5 Metode Pembelajaran Scientifik Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta. Langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran kurikulum 2013 adalah: 1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui - Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. 2. Menanya: mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati - Membuat dan mengajukan

13 pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. 3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber - Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. 4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: siswa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi - mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. 5. Mengkomunikasikan: siswa menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya - menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

14 6. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: siswa menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari. 2.6 Penelitian yang Relevan Penulis mengutip contoh penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Metode scientifik pada Pelajaran Matematika yang bersumber dari Sri Sulistyowati pada SD Negeri 4 Merbau Mataram yaitu Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Metode Scientific Pada Siswa Kelas V SD Negeri 4 Merbau Mataram Lampung Selatan. Dari hasi penelitiannya bahwa dengan belajar menggunakan Metode Scientific pada pelajaran matematika dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. 2.7 Kerangka Pikir Penelitian Mengawali sebuah penelitian tentunya dengan memperhatikan kondisi awal siswa sebagai objek penelitian. Pada kondisi awal guru belum menggunakan metode sceintifik, sehingga aktivitas/ hasil pembelajaran matematika rendah. Dalam hal ini peneliti berupaya mengambil tindakan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menggunakan metode sceintifik. Tahapan ke dua, peneliti melakukan tindakan dengan memanfaatkan metode scientifik dengan harapan bahwa siswa mampu mengikuti pembelajaran,

15 diskusi dan mencoba dalam kelompoknya masing-masing. Dalam pelaksanaannya, pembelajaran menggunakan metode scientifik dapat dilakukan dengan langkah-langkah yang tepat, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Tahap terakhir peniliti menggunakan metode scientifik, dalam pelaksanaannya murid dibagi menjadi beberapa kelompok belajar yang akan berfungsi saat menyelesaikan tugas yang diberikan guru maupun saat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas, sehingga dari kegiatan tersebut diperoleh penilaian aktivitas belajar siswa. Karena dengan pengamatan, kegiatan bertanya, mencoba dari hasil pengamatan dan kegiatan bertanyan, mengolah informasi, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan menciptakan sesuatu hal yang baru, semua kegiatan tersebut melatih siswa untuk menciptakan produk/ hasil yang mereka lakukan sendiri, sehingga aktivitas belajar siswa meningkat, serta hasil belajar juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dapat digambarkan sebagai berikut:

16 Kondisi Awal Guru / Penelit Belum menggunakan metode scientifk Siswa/ yang diteliti Aktivitas/ hasil matematika (x) rendah Tindakan Memanfaatkan metode scientifk Siklus I Guru Memanfaatkan metode scientifik siswa mengamati, mencoba, dan diskusi dalam kelompoknya Kondisi Akhir Diduga Melalui pemanfaatan menggunakan metode scientifk dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Siklus II Guru Memanfaatkan metode scientifik siswa mengamati, mencoba dan mencipta hasil diskusi di depan kelas, Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir 2.8 Hipotesis 1. Aktivitas belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri 4 Merbau Mataram Lampung Selatan derngan langkah-langkah yang tepat pada penggunaan metode scientifik, dapat meningkat. 2. Hasil belajar matematika pada siswa kelas V SD Negeri 4 Merbau Mataram Lampung Selatan dengan langkah-langkah yang tepat tepat pada penggunaan metode scientifik, dapat meningkat.