BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka akan diuraikan lebih jelas tentang: a) kemampuan

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, disadari atau tidak remaja akan kehilangan hak-hak pribadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah dan menguji penyelesaian masalah secara sistematis. mampu tampil dan berperilaku dengan penuh keyakinan.

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari pada manusia yang tidak berpendidikan. dan karsa. Hal itu tidak akan lepas selama manusia ini masih ingin untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan intervasi yang paling utama bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi dengan teman-teman, guru, dan yang lainnya. Sekolah juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB II LANDASAN TEORI. keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya

BAB I PENDAHULUAN. sitematis ke arah perubahan tingkah laku menuju kedewasaan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

Judul Tema: Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: WAHYUSIH WARDANI A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

TINGKAT KEMAMPUAN ASERTIF PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 IX KOTO KABUPATEN DHARMASRAYA ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin adolescere tumbuh ke

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu menginginkan dan mendambakan kehidupan yang

BAB IV PENERAPAN LATIHAN ASERTIF DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL (SINGLE PARENT)

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang lingkungan

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. pada siswanya. Kerapkali guru tidak menyadari bahwa jebakan rutinitas seperti duduk, diam,

BAB I PENDAHULUAN. peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana pada usia

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

BAB 1 PENDAHULUAN. datang. Anak dilahirkan dengan potensi dan kecerdasannya masing-masing.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi kehidupan manusia sejalan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja juga merupakan priode yang penting, dimana pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang, sehingga setiap siswa memerlukan orang lain untuk berinteraksi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resty Wijayanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tarigan. bahasa tertentu sebagai alat komunikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Remaja seringkali diartikan sebagai masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang dimasuki pada usia kira-kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 hingga 22 tahun. Remaja tidak termasuk golongan anak-anak, tapi tidak pula termasuk golongan orang dewasa. Dalam bahasa latin remaja disebut adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja (adolensence) diartikan sebagai masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14) sampai usia sekitar 18 tahun, masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) pada usia enam belasan, remaja sudah memasuki tahap berfikir operasional formal, dimana remaja sudah mampu berfikir secara sistematis mengenai hal-hal yang abstrak serta sudah mampu menganalisis secara lebih mendalam mengenai suatu hal. Pada usia awal remaja, remaja masih berada dalam tahap peralihan

2 dimana remaja lebih menunjukkan ketidakstabilannya. Namun, menurut Sarwono (2006:86) pada remaja usia lima belasan, ketidakstabilan tersebut mulai menurun, sehingga kemampuan berfikirnya sudah lebih matang dibandingkan usia sebelumnya. Sekolah merupakan lembaga umum untuk menampung anak-anak, mendidik siswa, dengan memberikan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan siswa, memberikan pengajaran, memberikan latihan-latihan praktis berwujud keterampilan diri dalam mengungkapkan pendapat, keberanian mengungkapkan pendapat dan sebagainya. Kesemuanya itu akan dipergunakan sebagai bekal bagi siswa dalam kehidupannya. Siswa yang mendapat bekal semacam inilah yang akan mampu mempengaruhi, memajukan, bahkan merubah kehidupan yang lebih baik. Hal tersebut merupakan bagian dari suatu proses belajar. Dalam suatu proses belajar mengajar, perasaan siswa sangat berpengaruh pada keberanian mengeluarkan pendapat (Purwanto, 2010:45). Apabila siswa merasa senang, aman, maka proses penyampaian pendapat akan berlangsung dengan baik. Sebaliknya apabila siswa merasa takut, tidak senang, maka siswa akan takut pula mengeluarkan pendapat. Mengeluarkan pendapat pada dasarnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain. Pendapat yang didapat merupakan sebuah gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya.

3 Menurut Cawood (Karnadi, 2009:108) kemampuan mengemukakan pendapat adalah gambaran dari pengekspresikan pikiran, perasaan, kebutuhan dan hak yang dimiliki seseorang bersifat langsung, jujur dan sesuai tanpa adanya kecemasan yang tidak beralasan namun disertai kemampuan untuk dapat menerima perasaan atau pendapat orang lain dan dengan tidak mengingkari hak mereka dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan. Kemampuan mengungkapkan pendapat siswa masuk kedalam salah satu bidang bimbingan dan konseling yaitu bidang bimbingan pribadi. Menurut Prayitno (2000:99), mengartikan layanan bimbingan pribadi adalah membantu siswa menentukan dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, mantap dan mandiri serta sehat jasmani dan rohani. Siswa SMA pada prinsipnya sudah mampu berbicara mengeluarkan pendapat, berani bertanya dan menyanggah. Karena beberapa hal ada sebagian kecil siswa yang pada usianya tidak dapat atau bahkan sangat sulit melakukan hal tersebut. Sebelum siswa dapat menjawab ataupun mempunyai opini tetapi mereka lebih memilih diam karena berbagai alasan, takut salah, merasa malu, rasa takut ditertawakan dan sebagainya. Seorang siswa yang memiliki kemampuan mengungkapkan pendapat biasanya adalah siswa yang selalu aktif didalam maupun diluar kelas, mengikuti organisasi disekolah guna melatih diri untuk dapat berkomunikasi dengan baik, mampu menyatakan perasaannya dan selalu

4 berfikir positif. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan mengungkapkan rendah adalah siswa yang kurang aktif, selalu merasa takut salah dalam memberikan jawaban, dan selalu berfikir negatif. Permasalahan mengungkapkan pendapat siswa, ketika tidak memperoleh penanganan dan upaya untuk membantu mengentaskan permasalahan secara tepat akan menjadikan siswa merasa tidak dianggap oleh orang lain, tidak dapat berkembang, dan sulit untuk memperoleh prestasi belajar dengan baik. Dengan demikian, guru bimbingan dan konseling memiliki peranan yang sangat besar untuk membantu siswa dalam mengentaskan permasalahan mengungkapkan pendapat siswa tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti terdapat siswa di kelas XII di SMA PGRI 1 Tumijajar yang memiliki sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan mengungkapkan pendapat di dalam kelas yang rendah, yaitu diam ketika diberikan pertanyaan oleh guru, takut salah dalam menjawab pertanyaan dari guru, sulit berbicara atau berbicara terbata-bata saat berbicara dengan guru dan tidak berani bertanya dan menyatakan pendapat ketika diberikan kesempatan untuk berbicara. Setelah mengetahui permasalahan mengungkapkan pendapat yang dialami siswa, maka peneliti berkeinginan untuk meneliti mengenai peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat siswa di SMA PGRI 1 Tumijajar dengan menggunakan teknik assertive training.

5 Assertive training menurut Corey (2009:410), merupakan penerapan latihan tingkah laku dengan sasaran membantu individu-individu dalam mengembangkan cara-cara berhubungan yang lebih langsung dalam situasi-situasi interpersonal. Asertif training akan membantu bagi orangorang yang (1) tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, (2) menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, (3) memiliki kesulitan untuk mengatakan tidak, (4) mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respons-respons positif lainnya, (5) merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dari pikiran-pikiran sendiri. Teknik asertif training dilakukan guna mengatasi permasalahan siswa dalam kemampuan mengemukakan pendapat yang rendah. Teknik asertif training bertujuan untuk melatih seseorang yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon positif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini. Tujuan utama latihan asertif sendiri adalah untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi oleh seseorang akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungannya, meningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan lingkungan, serta

6 meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif. Sehingga kemampuan mengungkapkan pendapat yang rendah diharapkan dapat ditingkatkan dengan memberikan teknik asertif training. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti membuat suatu penelitian berjudul Peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa kelas XII di SMA PGRI 1 Tumijajar Tahun Ajaran 2015/2016. 2. Identifikasi Masalah Menurut Sharbinie (Purwanti & Sutijono, 2011:7), faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang kurang mampu dalam mengungkapkan pendapatnya adalah: a. berpikir bahwa mengemukakan pendapat di depan umum merupakan hal yang menegangkan. b. berusaha menyampaikan terlalu banyak informasi dalam waktu yang singkat. c. pikiran kosong sehingga tidak tahu apa yang harus diungkapkan. d. takut tidak bisa berbicara. e. memiliki tujuan yang keliru. f. takut mendapat kesan negatif dari orang lain. g. berusaha mengontrol perilaku. h. mengetahui terdapat teman yang lebih tahu/lebih dari pembicara Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Terdapat siswa yang diam ketika diberikan pertanyaan oleh guru. 2. Terdapat siswa yang merasa cemas akan ditertawakan oleh temannya saat mengungkapkan pendapatnya. 3. Terdapat siswa yang sulit berbicara atau berbicara terbata-bata saat berbicara dengan guru.

7 4. Terdapat beberapa siswa yang tidak berani bertanya. 5. Terdapat beberapa siswa yang tidak mampu menerima diri apa adanya. 3. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dan agar penelitian ini tidak terjadi salah tafsir, penulis membatasi masalah mengenai Peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa kelas XII di SMA PGRI 1 Tumijajar Tahun Ajaran 2015/2016. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: kemampuan mengungkapkan pendapat siswa yang rendah. Adapun permasalahannya adalah Apakah kemampuan mengemukakan pendapat dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik assertive training? B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan memperhatikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan mengungkapkan pendapat dengan menggunakan teknik assertive training.

8 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : a. Secara teoritis Penelitian ini berguna untuk mengembangkan konsep-konsep ilmu tentang bimbingan dan konseling khususnya teknik assertive training dalam meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat pada siswa. b. Secara praktis 1. Siswa dapat meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat menggunakan teknik assertive training. 2. Menambah pengetahuan guru bimbingan dan konseling dalam menggunakan teknik assertive training di sekolah terkait dengan meningkatkan kemampuan mengungkapkan pendapat pada siswa. 3. Bagi peneliti sebagai bekal untuk meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan agar nantinya dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya..