BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SATUAN ACARA PENYULUHAN DETEKSI DINI PADA CA MAMAE

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PADA IBU POST SECTIO CAESARIA. Endang Rudjianti, Khomsiami Abdillah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. panggul atau ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar

No responden : Diisi oleh peneliti. checklist (v) untuk jawaban motivasi yang dianggap benar. 1. Umur : tahun. 2. Pedidikan terakhir: ( ) SD ( ) SLTP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur

PENGERTIAN MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

Referat Fisiologi Nifas

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi Caesar adalah operasi besar pada bagian perut/operasi besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sectio Caesaria (SC), dimana SC didefinisikan sebagai proses lahirnya janin

Bab III Sistem Kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Sectio Caesarea (SC) terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

Perawatan kehamilan & PErsalinan. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian ibu mulai dari masa kehamilan, persalinan dan nifas. Pada saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge) seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo : 2003 : 127).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Partus/ persalinan menurut cara persalinan : bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perut kuadran kanan bawah (Smeltzer, 2002). Di Indonesia apendisitis merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan normal, ternyata juga bisa dilakukan perabdominal, yang disebut sectio

Kata kunci: mobilisasi dini, penyembuhan luka operasi, sectio caesarea(sc)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10).

BAB I PENDAHULUAN. satu sel telur dibuahi oleh satu sperma. Sel telur atau ovum manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. porsio. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda awal keganasan servik. rahim dengan menggunakan mikroskop (Supriyanto, 2010)

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. caesarea yaitu bayi yang dikeluarkan lewat pembedahan perut (Kasdu, 2003)

PERBEDAAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI BERDASARKAN JENIS PERSALINAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DAN POST SECTIO CAESAREA

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

KELAS IBU HAMIL. dr. Hafizah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu. kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan perbaikan kemudian akan diakhiri dengan penutupan dengan cara. penjahitan luka (Sjamsuhidajat & De Jong, 2013).

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

Prosedur Penilaian Pasca Sedasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2003)

Preeklampsia dan Eklampsia

BAB I PENDAHULUAN. jalan operasi atau sectio caesarea hal ini disebabkan karena ibu memandang

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SADARI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. Saya yang bernama Khairul Bariah / adalah mahaiswi D-IV Bidan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. diindonesia merupakan angka tertinggi di bandingkan dengan negara-negara

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau aktifitas (Herijulianti, Indriani, Artini, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea

Infeksi luka akibat sectio caesaria berbeda dengan luka persalinan normal.

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi merupakan pengalaman yang sulit bagi sebagian pasien

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Masa Nifas Masa nifas (Postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous yang arti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu. Masa nifas ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu : a. Puerperium dini, yaitu masa kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan mobilisasi jalan. b. Puerperium intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil maupun bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa berlangsung lebih lama sampai tahunan (Sujiyantini, dkk, 2010 : 1). B. Seksio Sesaria Seksio sesaria (Operasi Caesar) adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau seksio sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim (Mochtar, 1998 : 117). Jenis-jenis dari seksio sesaria (SC) :

1. Jenis klasik yaitu dengan melakuakan sayatan vertical sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang di lakukan karena beresiko terhadap terjadinya komplikasi. 2. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya perdarahan dan cepat penyembuhannya. 3. Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana perdarahan yang sulit ditangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim. 4. Bentuk lain bedah Caesar seperti extraperitoneal CS atau porro CS (Children, 2010). C. Perawataan Pasca Seksio Sesaria. Setelah dari ruang operasi, pasien akan dibawa ke ruang pemulihan. Di ruang pemulihan ini, berbagai pemeriksaan akan dilakukan, meliputi pemeriksaan tingkat kesadaran, sirkulasi pernapasan, tekanan darah, suhu tubuh, jumlah urin yang tertampung di kantong urine, jumlah darah dalam tubuh, serta jumlah dan bentuk cairan lokia. Hal ini dilakukan untuk memastikan tidak ditemukannya gumpalan darah yang abnormal atau perdarahan yang berlebihan. Kondisi rahim (uterus) dan leher rahim (serviks) juga diperiksa untuk memastikan bahwa keduanya dalam kondisi normal. Selain itu, dokter juga akan memantau keadaan emosional secara umum. Semua pemantauan ini untuk mengetahui kesehatan ibu dan bayinya. Ketidaknormalan atau gangguan kesehatan tubuh dapat diketahui melalui tanda-tanda tubuh yang muncul, serta semua alat monitoring tadi, termaksuk apakah ibu dapat

menyusui bayinya atau tidak. Biasanya, pemeriksaan akan dilakukan setiap empat jam sekali pada hari pertama dan kedua, dan dua kali sehari pada hari ketiga sampai saat puang kembali ke rumah. Setelah operasi, ibu juga tidak bisa langsung minum atau makan. Kedua hal itu baru boleh dilakukan, jika organ pencernaan sudah kembali normal. Umumnya, fungsi gastrointestinal (organ pencernaan) akan kembali normal 12 jam setelah operasi. Awalnya, pasien dapat diberikan diet cair sedikit demi sedikit, baru kemudian makanan padat beberapa saat kemudian (Kasdu, 2003 : 64). D. Ruang Perawatan. Setelah melewati tahap kritis diruang pemulihan, biasanya pasien dipindahkan ke ruang rawat inap. Persalinan yang dilakukan dengan operasi membutuhkan rawat inap yang lebih lama di rumah sakit. Hal ini tergantung dari cepat-lambatnya kesembuhan ibu akibat proses pembedahan. Biasanya hal ini membutuhkan waktu sekitar 3-5 hari setelah operasi. Pada hari ke-5, apabila tidak ada komplikasi, ibu diperbolehkan pulang ke rumah. 1. Pemeriksaan yang dilakukan Di bawah ini tindakan yang dilakukan atau pemeriksaan yang akan dilakukan selama ibu di rumah sakit : Pengukuran denyut jantung dan tekanan darah. Pengukuran bisa dilakukan beberapa kali dalam sehari. Meskipun persalinan dengan operasi, pasien juga dapat mengalami perdarahan vagina karena cairan lokia akan mengalir dari rahim ibu. Jumlah dan penampilan lokia yang bercampur darah akan dipantau secara teratur.

Mencatat dan memeriksa air seni yang keluar dan tertampung di kantung urin selama ibu masih menggunakan kateter. Tes darah kadang dilakukan sedikitnya sekali setelah persalinan untuk memastikan bahwa hemoglobin ibu sudah kembali normal. Infuse masih tetap dipasang sampai kondisi tubuh ibu dinyatakan normal. Bekas sayatan juga akan diperiksa. Kalau diperlukan, perban akan diganti. Mengukur suhu tubuh. Apabila suhu tubuh mencapai 38C atau lebih maka harus dicari penyebabnya (Kasdu, 2003 : 66). 2. Efek Pembiusan. Jika pasien mendapatkan bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan apabila menggunakan anestesi spinal, tungkai bawah akan terasa kebas atau baal, tidak dapat digerakkan selama beberapa jam. Namun, apabila operasi menggunakan anastesi umum, biasanya pasien akan mengantuk, serta nyeri kerongkongan. Selain itu, mungkin akan timbul perasaan tidak nyaman karena nyeri di daerah luka, terutama setelah pengaruh obat biusnya hilang (Kasdu, 2003 : 67). 3. Lokia. Lokia adalah cairan vagina yang keluar dari rahim setelah persalinan. Segera setelah persalinan, cairan lokia yang keluar berwarna merah terang. Banyak perdarahan selama beberapa jam pertama mirip dengan haid normal atau bahkan sedikit lebih banyak. Kadang keluar juga beberapa gumpalan kecil darah. Lokia akan tetap berwarna merah selama 2-3 hari pertama., kemudian secara bertahap dan berubah menjadi cokelat kemerah-merahan. Pada hari ke-4, lokia berubah menjadi berwarna cokelat. Jika sudah meninggalkan tempat tidur dan mulai lebih aktif, warna berubah menjadi merah

kembali. Ini normal saja dan lokia akan kembali berubah menjadi merah muda atau cokelat dalam waktu beberapa jam atau beberapa hari. Cepatnya perubahan warna lokia menunjukkan berapa cepat rahim kembali kondisi dan ukuran yang normal. Makin cepat rahim berubah, maka cepat pula lokia berubah menjadi kecoklatan dan berhenti sama sekali. Pada sebagian wanita, lokia akan berhenti sekitar 14 hari sementara pada wanita lain akan berlangsung sampai 6 minggu. Namun, umumnya sekitar 20-30 hari. Pada ibu yang tidak memberika ASI, lokia berhenti setelah haid pertama muncul, yaitu sekitar 4 minggu setelah persalinan (Kasdu, 2003 : 72). 4. Menyusui. Jika ibu dan bayi dalam keadaan baik, sebenarnya ibu dapat segera menyusui bayi di ruang pemulihan setelah pembedahan selesai. Namun, jika ibu merasa binggung akibat pengaruh pembiusan atau bayi harus masuk kamar perawatan, mungkin harus menunggu dulu. Jika setalah 12 jam ibu belum juga bisa menyusui, mungkin perlu menggunakan pompa asi dan menyimpannya untuk diberikan kepada bayi menggunakan sendok (Danuatmaja, et all, 2003 : 51). 5. Infus. Infus akan terpasang di lengan selama beberapa jam sampai gerakan usus kembali normal. Oleh karena itu, untuk makanan biasanya diberi infus glukosa lewat pembuluh darah bilik. Setelah 24 jam, jarum infus biasannya sudah dibuka dan ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidurnya (Kasdu, 2003 : 68). 6. Minum dan makan Pemeriksaan organ pencernaaan dilakukan enam jam setelah pembedahan. Apabila kondisi tubuh ibu baik maka ibu dapat diberi minum hangat sedikit, kemudian

secara bertahap dapat minum lebih banyak. Umumnya pasien sudah dapat minum dan makan makanan lunak pada hari pertama setelah operasi. Perlu diingat, ketika organ pencernaan belum kembali normal dan ibu merasa haus dan lapar, janganlah sekali-kali melanggar aturan, misalnya dengan makan makanan yang memang belum diizinkan. Namun pada umumnya, pada hari kelima setelah operasi, pasien harus bisa makan makanan biasa (Kasdu, 2003 : 68). 7. Mobilisasi Dini. Mobilisasi Dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin berjalan (Soelaiman, 2008). Mobilisasi pasca seksio sesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sesarea. Adapun tujuan mobilisasi pada post seksio sesarea adalah untuk membantu jalannya penyembuhan pasien diikuti dengan istirahat. Kebanyakan dari ibu post seksio sesarea masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai dilakukan operasi. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan, bahkan justru hamper semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untuk mencapai level kondisi prapembedahan dapat dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis. Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah

menggerakkan lengan, tangan, ujung jari kaki, dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menekuk dan menggeserkan kaki. Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk mulai belajar untuk duduk (Sumantri, et all, 2010). 8. Buang air kecil dan Buang air besar. Ketika akan operasi, pengeluaran air seni pasien akan ditampung lewat kateter. Kateter untuk membuang air kecil akan terus digunakan sampai sekitar 12-24 jam pascabedah. Pada keadaan normal, yaitu hari kedua setelah operasi, dokter akan memperbolehkan ibu buang air kecil sendiri tanpa bantuan kateter (Kasdu, 2003 : 67). Pada umunya, ibu akan baru buang air besar pada hari ketiga. Biasanya, pada awal setelah persalinan, banyak ibu-ibu mengalami sembelit. Untuk mengatasi sembelit, upayakan untuk mengkonsumsi makanan yang berserat tinggi, seperti sereal dan buahbuahan. Sebaiknya menghindari makanan yang bisa memperburuk keadaan. Banyak minum air serta jus buah agar bisa membantu melunakkan tinja dan melancarkan buang air besar (Kasdu, 2003 : 69). 9. Bekas luka. Jahitan bekas luka di perut ibu akan ditutupi kain kasa lembut. Kasa perut harus di lihat satu hari pascabedah. Apabila basah dan berdarah arus dibuka dan diganti. Umumnya, kasa perut dapat diganti pada hari ke 3-4 sebelum pulang dan seterusnya pasien menggantinya setiap hari. Luka dapat diberi salep Betadin sedikit (Kasdu, 2003 : 69). Saat sedang batuk, bersin, atau tertawa, tutup bagian yang luka dengan bantal atau tangan (Nolan, 2010 : 171).

10. Membersihkan diri. Setelah melahirkan ibu akan mengeluarkan cairan lokia, yaitu sisa-sisa bekass plasenta. Oleh karena itu, setelah buang air, ibu harus membasuh vagina hingga bersih. Dan sebaiknya gunakan celana dalam yang menutupi ke pinggang supaya merasa nyaman saat dipakai dan melindungi bagian luka (Nolan, 2010 : 171). E. Kapan bisa pulang. Perawatan 3-4 hari di rumah sakit cukup untuk mengembalikan fisik ibu yang baru bersalin dengan operasi. Sebelum pulang, sebaiknya ibu menguasai bagaimana cara merawat luka operasi. Biasanya, pasien diminta datang kembali ke dokter untuk pemantauan perawatan luka tujuh hari setelah pulang. Pasien boleh mandi seperti biasanya, setelah hari ke-5 operasi. Setelah itu keringkan dan rawat luka seperti biasa. Di bawah ini beberapa hal yang perlu diketahui sebelum pulang ke rumah : 1. Ibu dan bayi akan diperiksa secara menyeluruh oleh dokter ahli untuk memastikan bahwa segala sesuatunya berjalan baik. Di antaranya, apakah dapat menyusui dengan baik dan payudara ibu dalam kondisi normal, bekas operasi tidak mengalami perdarahan atau infeksi, Kondisi rahim kembali normal. Apakah buang air normal, apakah jumlah, bentuk, serta warna cairan lokia normal. Keadaan bayi juga akan dilihat, apakah dalam kondisi sehat dan tidak mengalami kelainan. 2. Ibu akan ditanya mengenai kontrasepsi yang akan digunakan. Lakukan konseling dan rencanakan upaya-upaya pencegahan kehamilan. 3. Dokter akan menjelaskan berbagai hal yang berhubungan dengan organ reproduksi sehubungan dengan persalinan yang dilakukan dengan operasi. Salah

satunya, ibu diminta datang segera apabila terdapat perdarahan, demam, dan nyeri perut berlebihan. 4. Bidan atau perawat akan menunjukkan kepada pasien cara membersihkan tali pusat bayi. 5. Pasien akan diberi tanggal pemeriksaan pasca persalinan dan diminta membawa bayi untuk pemeriksaan kesehatan. 6. Jangan menggunakan obat-obatan atau jamu-jamuan tradisional tanpa sepengetahuan dokter (Kasdu, 2003 : 73). F. Pengetahuan. Pegetahuan adalah hasil dari tahu manusia, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,2003 : 121). a. Tingkat Pengetahuan. 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali suatu yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami (Comprehension) Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang di ketahui, dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya)

4. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih ada dalam suatu organisasai tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk menyusun informasi dari informasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek. (Notoatmodjo, 2003 : 122). b. Cara Memperoleh Pengetahuan 1. Cara tradisional Meliputi : Cara coba-coba (Trial and Error), berdasarkan kekuasaan atau otoritas, melalui pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran. 2. Cara modern Pengetahuan yang diperoleh dengan cara metode penelitian ilmiah, yang bersifat sistematis, logis, dan ilmiah (Notoatmodjo, 2005 : 11). c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan. 1. Umur Lukman (2008), mengemukakan bahwa makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur

belasan tahun, daya ingat seseorang itu salah satunya dipengaruhi umur. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya. 2. Paritas Paritas adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik mampu bertahan hidup. Primipara adalah wanita yang pernah hamil sekali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Skundipara adalah wanita yang pernah hamil dua kali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup. Multipara adalah wanita yang pernah hamil lebih dari dua kali dengan janin mencapai titik mampu bertahan hidup (Varney, 2006). Notoadmodjo (2007) mengemukakan, bahwa terdapat kecenderungan pengetahuan ibu yang berparitas tinggi lebih baik dari pengetahuan ibu yang berparitas rendah 3. Pendidikan Pendidikan adalah suatu kejadian atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang diperoleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya (Lukman, 2008).

G. Sikap. Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek, manifestasi sikap-sikap tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoatmodjo, 2003 : 124). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek (Syafrudin, et all, 2009 : 126). a. Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi Stimulasi Rangsangan Proses Stimulasi Tingkah Laku Sikap (Tertutup) Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaiaan reaksi stimulus tertentu yang dalam kehudupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimululus sosial. Sikap belum merukan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2003 : 124).

b. Komponen Pokok Sikap Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu : 1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, kenyataan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007 : 143). c. Tingkatan Sikap. 1. Menerima (Receiving), subjek memperhatikan stimulasi yang diberikan. 2. Merespon (responding), memberiban jika ditanya. 3. Menghargai (Valuing), mengajak orang lain mendiskusikan atau mengerjakan suatu masalah. 4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dalam segala resiko (Notoatmojo,2003 : 126). d. Pengukuran Sikap Model Likert Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap skala Likert, karena dalam mengadakan pengukuran sikap juga menggunakan skala. (Hidayat, 2007)

Dalam menciptakan alat ukur Likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari lima alternatif jawaban yang disediakan. Lima alternatif jawaban yang disediakan oleh Likert adalah: a. Sangat setuju (Strongly Approve) : 4 b. Setuju (Approve) : 3 c. Tidak setuju (Disapprove) : 2 d. Sangat tidak setuju (Strongly Disapprove) : 1