Bibit babi Bagian 4 : Hampshire

dokumen-dokumen yang mirip
Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi perah holstein indonesia

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Bibit kerbau - Bagian 1: Lumpur

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Semen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 3: Benih

Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba

Embrio ternak - Bagian 1: Sapi

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

Kulit masohi SNI 7941:2013

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 1: Induk

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari muda

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

Bambu lamina penggunaan umum

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

Bibit sapi peranakan Ongole (PO)

Ikan bawal bintang (Trachinotus blochii, Lacepede) Bagian 1: Induk

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Semen portland komposit

Susu segar-bagian 1: Sapi

Analisis kadar abu contoh batubara

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Produksi ikan patin pasupati (Pangasius sp.) kelas pembesaran di kolam

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Rambu evakuasi tsunami

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

Biji kakao AMANDEMEN 1

Bibit niaga (final stock) itik Mojosari dara

Bibit niaga (final stock) itik Alabio dara

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

Semen beku Bagian 1: Sapi

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Cara uji daktilitas aspal

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 3: Benih kelas benih sebar

Perpustakaan umum kabupaten/kota

PEMULIABIAKAN PADA TERNAK BABI Oleh : Setyo Utomo Bahan kuliah ke 13 kampus e learning kampus 1 sore dan kampus 2 1. Seleksi Indeks pada ternak babi

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

Cara uji sifat tahan lekang batu

Bibit niaga (final stock) itik Alabio meri umur sehari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 35/Permentan/OT.140/7/2011 TENTANG PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 360/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PELEPASAN GALUR ITIK ALABIMASTER-1 AGRINAK

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 35/permentan/OT.140/7/2011 PENGENDALIAN TERNAK RUMINANSIA BETINA PRODUKTIF

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

Cara uji berat jenis aspal keras

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Bibit babi Bagian 4 : Hampshire ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu... 2 4 Cara pengukuran... 4 Bibliografi... 6 Gambar 1 - Contoh warna tubuh bibit babi Hampshire... 3 Gambar 2 - Contoh bentuk telinga bibit babi Hampshire... 3 Gambar 3 Visualisasi cara pengukuran TLP bibit babi Hampshire... 5 Tabel 1 - Persyaratan kuantitatif bibit babi Hampshire... 3 BSN 2013 i

Prakata Standar ini disusun oleh Subpanitia Teknis (SPT) 67-03-S1: Bibit ternak untuk mendukung : 1. Peningkatan produktivitas babi Hampshire di Indonesia; dan 2. Perlindungan konsumen. Standar ini telah dibahas dalam rapat teknis dan terakhir disepakati dalam konsensus di Bogor tanggal 18 September 2012. Hadir dalam kensensus tersebut ketua dan anggota Subpanitia Teknis (SPT) 67-03-S1: Bibit Ternak dan instansi terkait lainnya. Standar ini juga melalui proses jajak pendapat pada tanggal 28 Desember sampai 1 Maret 2013 dengan hasil akhir Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI) BSN 2013 ii

Pendahuluan Bibit ternak merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan usaha peternakan. Babi merupakan salah satu komoditas yang memiliki potensi dalam penyediaan protein hewani, oleh karena itu dibutuhkan ketersediaan bibit yang bermutu. Mengingat bahwa standar bibit babi Hampshire belum ditetapkan, maka perlu disusun standar bibitnya sebagai acuan bagi pelaku usaha dan stakeholder. Standar bibit yang diuraikan di sini disusun berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil data lapangan di beberapa lokasi di Indonesia, texbook, jurnal ilmiah, dan dokumen lainnya. Parameter reproduktivitas dan produktivitas yang digunakan sebagai acuan untuk persyaratan bibit didasarkan pada sifat yang mempunyai nilai ekonomi penting. BSN 2013 iii

1 Ruang lingkup Bibit babi Bagian 4 : Hampshire Standar ini menetapkan persyaratan mutu dan cara pengukuran bibit babi Hampshire. 2 Istilah dan definisi 2.1 bibit babi Hampshire babi yang berasal dari turunan Sus scrofa dan telah dikembangbiakkan melalui proses seleksi berdasarkan parameter yang diperoleh pada saat uji penampilan (performance test) 2.2 uji penampilan pengamatan calon bibit babi mulai bobot badan (20 ± 1) kg sampai bobot badan (90 ± 2,5) kg dengan melakukan pengukuran parameter yang meliputi rataan Konsumsi Ransum Harian (KRH), rataan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH), rataan Rasio Konversi Ransum (RKR), dan rataan Tebal Lemak Punggung (TLP) 2.3 seleksi indeks (SI) / index selection (IS) nilai tiga parameter PBBH, RKR, dan TLP yang diperoleh dari uji penampilan dan dimasukkan ke dalam rumus seleksi indeks / index selection untuk digunakan dalam menentukan mutu bibit 2.4 seleksi memilih sejumlah calon bibit jantan dan/atau betina dari suatu kelompok berdasarkan hasil uji penampilan dengan menggunakan nilai seleksi indeks 2.5 litter size jumlah anak per induk perkelahiran 2.6 bobot lahir bobot badan setiap ekor anak babi yang ditimbang paling lambat 24 jam setelah lahir 2.7 umur pada bobot badan 90 kg jumlah hari yang diperlukan seekor babi untuk mencapai bobot badan pada kisaran 87,5 kg 92,5 kg 2.8 tebal lemak punggung (TLP) tebal lemak yang diukur dari permukaan luar tubuh sampai permukaan daging di dalam tubuh pada bagian punggung BSN 2013 1 dari 6

2.9 pertambahan bobot badan harian (PBBH) pertambahan bobot badan setiap individu babi perhari 2.10 konsumsi ransum harian (KRH) jumlah ransum yang dikonsumsi setiap ekor babi per hari 2.11 efisiensi penggunaan ransum (EPR) pertambahan bobot badan yang dihasilkan dari setiap kilogram pakan yang dikonsumsi 2.12 rasio konversi ransum (RKR) jumlah pakan yang dikonsumsi untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan babi 3 Persyaratan mutu 3.1 Persyaratan umum 3.1.1 Bibit babi jantan : - bebas dari penyakit hewan menular strategis dan zoonosis; - tidak cacat fisik; - organ reproduksi normal dengan testis menggantung baik dan simetris; - memiliki libido yang baik; - dan tidak mempunyai riwayat cacat genetik dari tetuanya. 3.1.2 Bibit babi betina : - bebas dari penyakit hewan menular strategis dan zoonosis; - tidak cacat fisik; - organ reproduksi normal; - puting minimal enam pasang dan simetris dengan jarak antar puting yang baik; - tidak mempunyai riwayat cacat genetik dari tetuanya. 3.1.3 Surat keterangan kesehatan hewan yang menyatakan bebas dari penyakit hewan menular strategis dan zoonosis, yang dikeluarkan oleh dokter hewan berwenang. 3.2 Persyaratan khusus 3.2.1 Persyaratan kualitatif 3.2.1.1 Warna Tubuh berwarna hitam dengan warna putih melingkari bahu sampai kaki depan, seperti ditunjukkan pada Gambar 1. BSN 2013 2 dari 6

Gambar 1 - Contoh warna tubuh bibit babi Hampshire 3.2.1.2 Bentuk telinga Bentuk telinga agak tegak, seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2 - Contoh bentuk telinga bibit babi Hampshire 3.2.2 Persyaratan kuantitatif Persyaratan kuantitatif bibit babi Hampshire seperti tercantum pada Tabel 1. Tabel 1 - Persyaratan kuantitatif bibit babi Hampshire Parameter Satuan Jantan Betina Litter size induknya (minimal) ekor - 9 Bobot lahir individu (minimal) g 1350 1300 Umur pada bobot badan 90 kg (maksimal) Hari 165 170 BSN 2013 3 dari 6

Tabel 1 - Lanjutan Parameter Satuan Jantan Betina Rataan pertambahan bobot badan harian (PBBH) g/ekor/hari 740 640 pada bobot badan 20 kg 90 kg (minimal) Rataan rasio konversi ransum (RKR) pada bobot kg/kg 2,50 2,70 badan 20 kg 90 kg (maksimal) Rataan efisiensi penggunaan ransum (EPR) kg/kg 0,40 0,37 pada bobot badan 20 kg 90 kg (minimal) Rataan tebal lemak punggung (TLP) pada bobot cm 2,30 2,45 badan 90 kg (maksimal) Seleksi indeks (index selection) (minimal) - 140 130 4 Cara pengukuran 4.1 Litter size Menghitung jumlah total anak babi yang lahir baik hidup maupun mati dari seekor induk per kelahiran 4.2 Bobot lahir Menimbang setiap ekor anak babi paling lambat 24 jam setelah lahir dengan menggunakan timbangan dengan satuan gram (g) yang sudah ditera 4.3 Umur pada saat bobot badan (90 ± 2,5) kg Menghitung jumlah hari antara tanggal lahir sampai dengan tanggal ketika bobot badan mencapai kisaran 87,5 kg hingga 92,5 kg 4.4 Rataan pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Membagi selisih antara bobot badan akhir (90 ± 2,5) kg dan bobot badan awal (20 ± 1) kg dengan jumlah hari pada saat dilaksanakan uji penampilan 4.5 Rataan Rasio Konversi Ransum (RKR) Membagi jumlah ransum yang dikonsumsi (kg) dengan pertambahan bobot badan (kg) pada saat dilaksanakan uji penampilan 4.6 Rataan Efisiensi Penggunaan Ransum (EPR) Membagi pertambahan bobot badan (kg) dengan jumlah ransum yang dikonsumsi (kg) pada saat dilaksanakan uji penampilan 4.7 Rataan Tebal Lemak Punggung (TLP) Menempatkan alat ukur TLP yang telah ditera, 2,5 cm sisi kiri dan/atau sisi kanan dari garis tengah punggung masing-masing : - di atas tulang rusuk pertama; BSN 2013 4 dari 6

- di atas tulang rusuk terakhir; dan - tepat di atas lipatan persendian paha babi pada posisi tegak yang dilakukan pada bobot badan (90 ± 2,5) kg seperti ditunjukkan pada Gambar 3. 4.8 Seleksi Indeks (SI) / Index selection (IS) Memasukkan hasil pengamatan parameter PBBH, RKR, dan TLP pada bobot badan (90 ± 2,5) kg kedalam rumus : 240 110 50 19,7 Keterangan : SI = Seleksi indeks / Index selection (SI) 240 = Konstanta PBBH = Pertambahan Bobot Badan Harian RKR = Rasio Konversi Ransum TLP = Tebal Lemak Punggung 4.9 Seleksi Memilih babi jantan dan/atau betina berdasarkan satu atau lebih parameter ( PBBH, RKL, TLP), atau berdasarkan nilai seleksi indeks Keterangan a. Di atas tulang rusuk pertama b. Di atas tulang rusuk terakhir c. Di atas lipatan persendian paha babi a Gambar 3 - Visualisasi cara pengukuran TLP bibit babi Hampshire b c BSN 2013 5 dari 6

Bibliografi De Baca, R, C, 1962. How Iowa Testing Station Operate? Iowa Swine Testing Stations and The Pork Producer. Pamphlet 291. P. 13 English P.R, Fowler V. R, Baxter S and Smith B, (1996). The Growing and Funishing Pig : Improving Efficiency. Farming Press. Miller Freeman Proffesional Ltd, United Kingdom. Kelly Klober,1997. Storey s Guide to Raising Pigs. Storey books, Schoolhouse Road Pownal, Vermont. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/03/2012tentang Persyaratan Mutu Benih, Bibit Ternak, dan Sumber Daya Genetik Hewan Peraturan Pemerintah nomor 48 Tahun 2011 tentang Sumber Daya Genetik Hewan dan Perbibitan Ternak. Smith, A.J, 1993. The Tropical Agriculturist Pigs (CTA). Mc Millan Press Ltd. Wageningen. The Netherlands. BSN 2013 6 dari 6