YUSRA FAUZA, 2015 PENGARUH KIDS ATHLETICS TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR SISWA SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan (UUD 1945). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu nomor yang tergabung dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu hal yang paling sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. gerak sebagai aktifitas jasmani, maka dari itu besar bagi manusia untuk mengenal

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan peraturan, pendidikan,pelatihan,pembinaan,pengembangan dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. Anisha Novianti, Penerapan Modifikasi Media Pembelajaran dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Gerak Dasar Lompat Jauh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

I. PENDAHULUAN. isi, dan arah untuk menuju kebulatan kepribadian sesuai dengan cita-cita

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani dan olahraga memiliki peran yang sangat penting

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain

BAB I PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

I. PENDAHULUAN. lempar. Selain dari itu gerakan yang terdapat dalam. mengemukakan bahwa atletik ibu dari semua cabang olahraga.

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan dipaparkan beberapa cakupan yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. fisik melalui mata pelajaran pendidikan jasmani. Hal tersebut bisa dipahami karena mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gerak pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari konteks sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

Prima Hendri Cahyono ( /PJKR A o8)

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PenjasOrkes) sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

JURNAL HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK TUNGKAI BAWAH DAN KELINCAHAN DENGAN KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS IX SMP NEGERI 6 KEDIRI 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan karakter tersebut adalah melalui Pendidikan, Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan wadah pendidikan formal mempunyai tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

I. PENDAHULUAN. penalaran, penghayatan nilai (sikap-mental-emosional-spiritual-sosial),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

I. PENDAHULUAN. maupun sebagai anggota kelompok yang dilakukan secara sadar dan. kemampuan, keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan dan

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

2015 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR LARI JARAK PENDEK MELALUI TAG GAMES

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 latar belakang masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang pesat

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pembelajaran, dan hasil belajar yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

I. PENDAHULUAN. Peranan dan fungsi guru Penjaskes yang baik akan tewujud apabila memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat.pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap orang di dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mengintensifkan peyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia dewasa ini sedang berusaha keras mengadakan pembangunan dan peningkatan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan nasional berada pada tatanan pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Hal itu bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Melalui peningkatan mutu pendidikan di upayakan tercapainya pembentukan profil manusia Indonesia yang siap secara intelektual, mental, fisik dan rohani untuk menghadapi masa depan. Pendidikan berfungsi meningkatkan kualitas hidup manusia, baik individu atau kelompok, jasmani, rohani, spiritual maupun material bahkan kematangan berfikir. Artinya, pendidikan diharapkan dapat meningkatkan sumberdaya manusia dalam rangka menghadapi berbagai tuntutan hidup dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan Penjas sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) semua itu tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 42. Penjas merupakan bagian integral dari pendidikan secara total yang berkontribusi terhadap perkembangan individu melalui media aktivitas fisik (pergerakan manusia). Lutan (2001, hlm.15) menyatakan bahwa, Penjas merupakan proses belajar untuk bergerak dan belajar melalui gerak. Jadi, melalui aktivitas Penjas diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran baik kognitif, afektif dan psikomotor. Penjas harus dimulai dari usia dini untuk merangsang pembentukan pertumbuhan organik, motorik, intelektual dan perkembangan emosional. Penjas memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan 1

2 pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Penjas memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas gerak yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat. Bucher dalam Suherman (2009, hlm.7) memaparkan bahwa: Tujuan Penjas pada dasarnya dapat di klasifikasikan kedalam empat kategori yaitu: 1. Perkembangan fisik, berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari berbaai organ tubuh seseorang. 2. Perkembangan gerak, berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skill full). 3. Perkembangan mental, berhubungan dengan berbagai peralatan dalam ruang bisa diberikan untuk mencapai tujuan dalam Penjas ke dalam lingkunganya. 4. Perkembangan sosial, berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat. Merujuk pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa begitu luas cakupan tujuan dari Penjas. Salah satu yang utama dari pelaksanaan Penjas adalah berkaitan dengan perkembangan gerak anak. Akan tetapi pada pelaksanaanya dalam pembelajaran Penjas sering terjadi kesalahan, hal ini disebabkan oleh minimnya pemahaman para guru Penjas dalam sistematika pembelajaran gerak. Berdasarkan hasil observasi terkait pelaksanaan pembelajaran Penjas di beberapa Sekolah Dasar di Kota Padang, banyak guru Penjas yang memaksakan anak untuk berlatih atletik layaknya orang dewasa, sehingga materi atletik kurang diminati oleh siswa dan banyak siswa yang pasif saat pembelajaran berlangsung. Hal ini senada dengan pemaparan Becker dalam Sidik (2010, hlm. Vii) bahwa pelajaran atletik di sekolah sudah tidak lagi menjadi pelajaran yang diminati umum. Padahal seharusnya pada proses pembelajaran Penjas, guru mampu menerapkan model yang tepat untuk pembelajaran Penjas yang dapat menunjang perkembangan motorik siswa. Fakta lain ditunjukan oleh hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013, yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) menyebutkan Satu dari empat anak muda usia 20-24 tahun, kurang melakukan

3 aktivitas fisik. Selanjutnya Balitbangkes juga merilis data dan fakta lain yang terjadi di Indonesia baru baru ini yaitu tentang peningkatan angka remaja yang mengalami hipokinetik dan obesitas. Hasil riset Balitbangkes menujukan pada tahun 2010 angka remaja obesitas yaitu 1,4 % dari total penduduk Indonesia sedangkan pada tahun 2013 grafiknya meningkat menjadi 7,3 % dari total penduduk Indonesia. Fakta ini sangat mengkhwatirkan, aktivitas fisik adalah gerak, ini juga dapat diartikan masih rendahnya aktivitas gerak remaja di Indonesia. Permasalahan ini harus segera diatasi agar tidak bertambah parah. Penulis beranggapan untuk mengatasinya harus dicari akar permaslahannya yaitu memperbaki perkembangan gerak anak sebelum usia remaja. Hal ini sesuai dengan pemaparan. Lutan (2001, hlm. 39) yang mengemukakan bila seorang kurang memperoleh kesempatan sejak dini untuk mengembangkan geraknya, maka tahap usia berikutnya, bahkan hingga dewasa, ia akan lebih banyak gagal dalam melaksanakan tugas gerak. Selain itu meningkatkanya keterampilan motorik juga dapat meningkatkan aspek lain. Stork dan Sanders (2008, hlm.199) memaparkan Perkembangan motorik yang baik juga dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan kognitif dan afektif siswa. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Lutan (2001, hlm.29), bahwa: Bila anak kehilangan kesempatan untuk memperoleh pengalaman tugastugas gerak ini, maka ia mungkin tidak mampu mengembang kan kemampuan otaknya untuk melaksanakan fungsi yang lebih spesifik, koneksi antara sel syaraf itu gagal dikembangkan karena kurang gerak. Kegagalan ini kian bertambah seiring dengan peningkatan usia nya hingga dewassa. Dari temuan-temuan tersebut di atas jelaslah bahwa, perkembangan keterampilan motorik sangat dibutuhkan oleh setiap individu. Dapat di katakan Perkembangan motorik yang baik erat kaitannya dengan perkembangan kognitif dan afektif. Oleh sebab itu sebuah model pembelajaran Penjas yang tepat untuk meningkatkan keterampilan motorik bagi anak sangatlah penting. Hal ini tentu saja untuk menghindari efek negatif yang diakibatkan oleh kurangnya aktivitas fisik. Salah satu bagian keterampilan motorik yang penulis anggap penting adalah keterampilan motorik kasar. Mengenai keterampilan motorik kasar, Sunardi dan

4 Sunaryo (2007, hlm.113) memaparkan bahwa keterampilan motorik kasar adalah kemampuan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar, sebagian besar atau seluruh anggota tubuh. Keterampilan ini diperlukan untuk melakukan gerakan gerakan seperti, duduk, berjalan, berlari, melompat, menendang, menangkap dan sebagainya.. Selanjutnya menurut Saputra dan Fauzia (2010, hlm. 65) mengungkapkan bahwa motorik kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besarnya. Keterampilan motorik kasar dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Locomotor, Nonlocomotor, dan Manipulatif. Serta Sujiono (2007, hlm.32) mengemukakan bahwa keterampilan motorik kasar adalah kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak. Dari berbagai pendapat tentang pengertian motorik kasar tersebut dapat disimpulkan motorik kasar adalah gerakan yang terjadi akibat adanya koordinasi dari otot-otot besar. Beberapa gerakan motorik kasar seperti berjalan, berlari, menangkap, menendang, memukul, melempar. Peningkatan keterampilan motorik kasar tidak dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya usia anak. Keterampilan motorik kasar berkembang melalui berbagai pembelajaran dan pengalaman gerak anak. Oleh karena itu dalam hal ini peran guru Penjas sangatlah penting. Guru Penjas terutama pada Sekolah Dasar harus mampu menerapkan model pembelajaran Penjas yang tepat dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar siswa. Dari sekian banyak materi yang disajikan dalam pembelajaran Penjas, Atletik merupakan salah satu materi yang dalam pelaksanaanya banyak mengunakan otot-otot besar yang sangat berpengaruh terhadap peningakatan keterampilan motorik kasar. Atletik adalah cabang olahraga yang terdiri dari unsur-unsur gerak utama yang mendasari cabang olahraga lain, yaitu lari, jalan, lompat, dan lempar. Sehingga peneliti berpendapat bahwa melalui pembelajaran Atletik yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak akan dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu ditemukan model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut sejak dini. Salah satu model pembelajaran Atletik yang peneliti maksud adalah dengan menerapkan

5 sebuah model pembelajaran Atletik yang dapat menunjang peningkatan keterampilan motorik kasar anak. Model pembelajaran Atletik yang penulis anggap tepat untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar tersebut adalah Kids Athletics. Realita dilapangan model Kids Athletics dianggap sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan pada O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) tingkat Sekolah Dasar. Dengan demikian banyak guru-guru penjas yang cenderung memaksa anak untuk berlatih agar dapat menang dalam perlombaan. Model pembelajaran Kids Athletics merupakan kegiatan fisik yang multilateral dimana pada pelaksanaannya, anak melakukan berbagai macam aktivitas fisik seperti lari, lempar, lompat, dan rolling yang disesuaikan dengan karakteristik anak. Selain itu model pembelajaran Kids Athletics memberikan kegembiraan kepada anak-anak. Melalui latihan dan event-event baru serta gerakan yang beragam. Event-event dalam model Kids Athletics memungkinkan sejumlah besar anak-anak untuk turut berpartisipasi melakukannya karena antar area yang ada pada model ini saling berdekatan. Menurut Gozzoli, dkk ( 2006, hml. 5) event-event dalam Kids Athletics dapat memberikan kesan baru yang lengkap kepada anak-anak tentang atletik yang baik serta menguntungkan dan menyenangkan. Kids Athletics direkomendasikan cocok dengan pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar. Dari seluruh pemaparan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan sebuah penelitian mengenai pengaruh penerapan model Kids Athletics terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar siswa Sekolah Dasar. Penulis menganggap penelitian ini penting untuk dilakukan, karena jika hal ini dibiarkan maka akan menyebabkan minimnya kualitas motorik kasar pada anak usia Sekolah Dasar, sehingga berakibat pada rendahnya kualitas kinerja anak dimasa yang akan datang. B. Rumusan Masalah Terkait dengan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah dalam penelitian adalah

6 1. Apakah pembelajaran Atletik dengan menggunakan model Kids Athletics memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar siswa Sekolah Dasar?. 2. Apakah pembelajaran Atletik dengan menggunakan model Direct Instruction dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar siswa Sekolah Dasar?. 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan keterampilan motorik kasar antara siswa yang diberikan model pembelajaran Kids Athletics dengan siswa yang diberikan model pembelajaran Direct Instruction?. C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui pengaruh pembelajaran Atletik dengan menggunakan model Kids Athletics terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar siswa Sekolah Dasar. 2. Mengetahui pengaruh pembelajaran Atletik dengan menggunakan model Direct Instruction terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar siswa Sekolah Dasar. 3. Mengetahui perbedaan peningkatan keterampilan motorik kasar antara siswa yang di berikan model pembelajaran Kids Athletics dengan diberikan model pembelajaran Direct Instruction. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan pengetahuan dan mampu melengkapi penelitian sebelumnya sehingga dapat berguna bagi guru Penjas serta lembaga yang terkait untuk dijadikan sumber informasi dan bahan referensi. 2. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman bagi guru Penjas, guna meningkatkan efektivitas pembelajaran Penjas dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Penjas. Secara spesifik manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Sebagai pedoman bagi para guru Penjas dalam mengajar materi Atletik.

7 b. Sebagai sarana untuk mencapai tujuan belajar Penjas secara komprehensif. c. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah terutama instansi terkait dalam rangka mengatasi masalah kurang gerak pada anak. E. Struktur Organisasi Tesis Sistimatika dalam penulisan ini mengacu pada pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) tahun 2014. BAB I berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. BAB II berisikan kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian. Bab ini menguraikan tentang kajian pustaka yang berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, yaitu tinjauan mengenai Kids Athletics terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar. Ini dimaksudkan untuk memberikan penjelasan secara teoritik terhadap permasalan yang di sajikan. BAB III memaparkan tentang bagaimana penelitian dilakukan yang meliputi, populasi dan sampel, metode dan desain penelitian, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian. Sementara pada BAB IV berisikan hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini di paparkan temuan - temuan penelitian yang diperoleh dari penerapan Kids Athletics terhadap peningkatan keterampilan motorik kasar siswa Sekolah Dasar. Serta terakhir pada BAB V berisikan kesimpulan, saran dan rekomendasi