EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Penggunaan Abu Sekam Padi sebagai Bahan Pengisi pada Campuran Hot Rolled Asphalt terhadap Sifat Uji Marshall

BATU BARA SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR MINYAK PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.12 Desember 2015 ( ) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. agregat, dan agregat berperan sebagai tulangan. Sifat-sifat mekanis aspal dalam

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Evaluasi Volumetrik Marshall Campuran AC-BC (Studi Kasus Material Agregat di Manado dan Minahasa)

NASKAH SEMINAR INTISARI

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

STUDI PENENTUAN JOB MIX DESAIN PERKERASAN LENTUR DENGAN MEMANFAATKAN ASPAL DAUR ULANG / RAP (RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT) ABSTRAK

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

KARANG GUNUNG SEBAGAI AGREGAT ALTERNATIF PADA CAMPURAN ASPAL PANAS

PERENCANAAN CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC DENGAN FILLER ABU SEKAM PADI, PASIR ANGGANA, DAN SPLIT PALU ABSTRACT

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGUNAAN LIMBAH HANCURAN GENTENG SEBAGAI ALTERNATIF AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN HOT ROLLED ASPHALT

PENGARUH LIMBAH KARET BAN SEBAGAI CAMPURAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL, PADA JENIS PERKERASAN LAPIS TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS B

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

VARIASI AGREGAT LONJONG SEBAGAI AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) ABSTRAK

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.3 Maret 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PEMANFAATAN HASIL PENGUPASAN ASPAL UNTUK DAUR ULANG CAMPURAN BETON ASPAL

PENGGUNAAN PASIR BESI SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA BETON ASPAL LAPISAN AUS

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

DAFTAR PUSTAKA. Departemen Pekerjaan Umum Spesifikasi Umum Divisi VI. Jakarta.

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPHALT CONCRETE BINDER COURSE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

ABSTRAKSI. Kata kunci : filler lumpur lapindo, HRS, laston, parameter uji Marshall, kadar aspal optimum

PENGARUH VARIASI KADAR ASPAL TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

B 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

STUDI PENGARUH WAKTU CURING TERHADAP PARAMETER MARSHALL CAMPURAN AC - WC FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB IV Metode Penelitian METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan hal tersebut mengakibatkan peningkatan mobilitas penduduk

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memiliki peranan yang

I. PENDAHULUAN. diperkirakan km. Pembangunan tersebut dilakukan dengan kerja paksa

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PEMANFAATAN AGREGAT SUNGAI DAN DEBU BATU SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN HRS-WC

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

PENGGUNAAN ABU BATU KAPUR DESA BUHUT JAYA KABUPATEN KAPUAS SEBAGAI TAMBAHAN FILLER

Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

OPTIMASI KADAR ASPAL BETON AC 60/70 TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL PADA LALU LINTAS BERAT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL BANTAK PROYEK AKHIR

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

PENGARUH PENGGUNAAN BATU KAPUR SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL BETON (AC-BC)

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PENGARUH BATU KAPUR SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN LASTON LAPIS AUS (AC-WC) ABSTRAK

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF Joice E. Waani Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Unsrat email: joicewaani@yahoo.com ABSTRAK Campuran aspal panas adalah campuran perkerasan jalan yang umum digunakan di Indonesia. Penggunaan material agregat lokal dalam campuran ini akan membawa keuntungan dari segi efisiensi anggaran, mengingat dalam campuran aspal panas penggunaan agregat mencapai 92-96% dari total volume campuran (Mathew, 2009). Namun demikian, karakteristik fisik agregat yang kurang akan mengakibatkan karakteristik mekanik dari campuran menjadi lemah. Oleh karena itu, penambahan roadcell-50 dalam campuran dimaksudkan untuk meningkatkan karakteristik mekanik campuran. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa karakteristik mekanik campuran aspal panas yang menggunakan material agregat lokal dengan penambahan roadcell-50 sebagai bahan aditif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan karakteristik mekanik dan karakteristik fisik dari campuran aspal panas. Keywords: evaluasi volumetrik, campuran aspal panas, Roadcell-50. ABSTRACT Hot mix asphalt pavement mixture that is commonly used in Indonesia. The use of local aggregate material in this mixture would get a benefit in terms of the efficiency of the budget, given the hot mix asphalt aggregate usage reaches 92-96% of the total volume of the mixture (Mathew, 2009). However, the physical characteristics of the aggregate less will result in the mechanical characteristics of the mixture to be weak. Therefore, the addition of roadcell-50 in the mixture is intended to improve the mechanical characteristics of the mixture. The research was carried out to analyze the mechanical characteristics of hot mix asphalt using local aggregate material with the addition roadcell-50 as an additive. The results showed an increase in the mechanical characteristics and physical characteristics of hot mix asphalt. Keywords: evaluation of volumetric, hot mix asphalt, Roadcell-50. PENDAHULUAN Karakteristik mekanik dari campuran aspal panas adalah ditentukan oleh material yang membentuk campuran tersebut. Beberapa material yang digunakan dalam campuran ini adalah agregat kasar, agregat halus dan aspal (AASHTO, 2002). Fungsi agregat dalam campuran adalah sebagai tulangan yang memungkinkan campuran perkerasan dapat memikul beban lalu-lintas yang melalui perkerasan jalan tersebut. Sedangkan fungsi aspal adalah sebagai perekat antara butiran agreagat agar supaya butiran agregat dapat menjadi satu kesatuan yang kokoh dan sanggup memikul beban secara bersamaan (NCHRP, Report 539, 2005) Mengingat besarnya volume agregat yang dibutuhkan dalam campuran aspal panas yaitu mencapai 92% - 96% (Mathew, 2009), maka penggunaan agregat lokal akan membawa pengaruh bagi penghematan anggaran pelaksanaan pekerjaan per-kerasan jalan. Di sisi lain, sifat-sifat fisik agregat lokal yang tidak memenuhi spesifikasi untuk digunakan dalam campuran aspal panas, mengakibatkan penggunaan agregat lokal untuk campuran ini menjadi terbatas. Beberapa upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan karakteristik mekanik dari 209

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) campuran, antara lain dengan menambahkan bahan aditif seperti roadcell-50. Penambahan roadcell-50 dalam campuran aspal adalah untuk menyerap aspal sehingga mencegah terjadinya bleeding dalam campuran. Di samping itu penambahan roadcell-50 adalah untuk meningkatkan softening point campuran aspal, meningkatkan ketebalan film aspal dengan demikian meningkatkan karakteristik mekanik dari campuran (Yoga, 2000). Dari beberapa proyek di Singapura, Malaysia dan Indonesia yang menggunakan roadcell sebagai bahan aditif untuk lapis permukaan perkerasan jalan, baik untuk campuran aspal panas jenis SMA (Split Mastic Asphalt), HRS (Hot Roll Sheet) dan AC (Asphalt Concrete) menunjukkan adanya peningkatan dari karakteristik campuran. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di laboratorium, dimana material agregat yang digunakan dalam campuran adalah sirtu dari sungai Nimanga desa Tumpaan Minahasa Selatan. Aspal yang digunakan dalam campuran adalah aspal keras penetrasi 60/70. Pemeriksaan sifat-sifat fisik material agregat dan aspal mengikuti prosedur dari AASHTO, sedang rancangan campuran untuk aspal beton mengikuti prosedur dari Asphalt Institute. Penentuan sifat-sifat fisik material agregat dilakukan dengan pengujian: Analisa Saringan Basah (AASHTO T- 11-82) Analisa Saringan kering (AASHTO T- 27-82) Berat Jenis dan Penyerapan (AASHTO T-85-81) Abrasi (AASHTO T-96-7) Penentuan sifat-sifat fisik aspal dilakukan dengan pengujian: Pemeriksaan Penetrasi aspal (AASHTO T-49-80) Daktilitas (AASHTO T-51-81) Berat jenis aspal (AASHTO T-228-79) Benda Uji: Benda uji untuk campuran aspal panas mengikuti prosedur Asphalt Institute, dimana persyaratan gradasi material agregat harus memenuhi standar spesifikasi yang ditetapkan oleh Asphalt Institute. Oleh karena gradasi agregat yang digunakan tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, maka dilakukan penam-bahan agregat halus untuk memenuhi persyaratan spesifikasi. Variasi penambahan agregat halus dalam campuran adalah sbb: 0%; 1,5%; 3,0% dan 4,5% dari total berat agregat dalam campuran. Variasi kadar aspal dalam campuran adalah sbb: 4,5%; 5,5%; 6,5%; dan 7,5% terhadap total campuran. Variasi penambahan roadcell-50 adalah sbb: 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5% Dengan demikian jumlah benda uji dalam penelitian ini adalah: Agregat halus (semen) = 0%; 1,5%; 3%; 4,5% Aspal = 4,5%; 5,5%; 6,5%; 7,5% Roadcell-50 = 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4%; 0,5% Duplikasi benda uji (n) = 3 (tiga) Jadi jumlah total benda uji dalam penelitian ini adalah: 4x4x6x3 = 288 sampel. Penentuan sifat-sifat mekanik dari campuran dilakukan dengan melihat karakteristik volumetrik campuran melalui pengujian Marshall berdasarkan standar AASHTO T 245 (24). Karakteristik campuran yang akan dilihat dalam pengujian ini adalah meliputi variabel-variabel sbb: Stabilitas, Kelelehan, Hasil bagi Marshall, VMA, VIM dan VFB. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengujian sifat-sifat fisik agregat dan aspal sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan hasil pemeriksaan gradasi agregat gabungan adalah sebagaimana yang digambarkan pada Gambar 1. Hasil pengujian Marshall terhadap campuran aspal panas dengan penambahan roadcell-50 sebagai bahan aditif, secara umum 210

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) menunjukkan adanya peningkatan karakteristik mekanik, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Grafik-grafik hasil pemeriksaan Marshall, yaitu meliputi variabel-variabel Stabilitas, Flow, VIM, VMA, MQ, VFB dan Tebal Film Aspal. Terhadap Stabilitas (Gambar 2a, b, c, d) Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk seluruh campuran, mulai dari campuran tanpa penambahan filler (0% filler) hingga campuran dengan penambahan filler 4,5% pada variasi penambahan roadcell 0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%, menunjukkan adanya peningkatan stabilitas baik untuk persentase pada kadar aspal 4,5% hingga pada kadar aspal 6,5%. Namun, pada kadar aspal lebih besar 6,5% sampai 7,5% nilai stabilitas mulai menurun. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa untuk campuran tanpa penambahan roadcell, nilai stabilitas yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 6,5% dan 7,5%. Sedangkan untuk campuran dengan penambahan roadcell 0,1% dan 0,2%, nilai stabilitas yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5%; 6,5% dan 7,5%. Pada penambahan roadcell 0,3%; 0,4% dan 0,5% nilai stabilitas memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi kadar aspal. Namun demikian pada penambahan roadcell 0,1% hingga 0,4) untuk seluruh variasi tambahan filler, pada kadar aspal > 6,5-7,5% hampir tidak terjadi penurunan nilai stabilitas, hal ini dapat dilihat dari arah grafik yang tidak menurun (datar). Pada ketiga campuran dengan variasi filler 1,5%; 3,0% dan 4,5% nilai stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran tanpa penambahan roadcell yaitu pada kadar aspal 4,5% dan 5,5% sedangkan pada penambahan roadcell 0,1% dan 0,2% nilai stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5% saja. Selanjutnya pada penambahan roadcell 0,3%; 0,4% dan 0,5% nilai stabilisasi memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi kadar aspal. Terhadap Flow (Gambar 3a,b,c,d). Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk semua campuran yaitu dengan variasi penambahan filler 0,0%; 1,5%; 3% dan 4,5% (Gambar 3a,b,c,d) nilai Flow meningkat seiring dengan penambahan kadar aspal. Namun demikian, pada campuran tanpa penambahan roadcell, nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi hanyalah pada kadar aspal 4,5. Sedangkan pada penambahan roadcell 0,1% dan 0,2% nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5% dan 5,5%. Pada penambahan roadcell 0,3%; 0,4% dan 0,4% nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5%; 5,5% dan 6,5%. Sedangkan untuk kadar aspal 7,5% tidak ada nilai flow yang memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi penambahan roadcell. Terhadap VIM (Gambar 4a,b,c,d) Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada campuran tanpa penambahan filler dan pada penambahan filler 1,5% nilai VIM tidak memenuhi persyaratan spesifikasi hampir pada semua variasi kadar aspal, kecuali pada kadar aspal 7,5% pada penambahan roadcell 0,4% dan 0,5% (Gambar 4a dan 4b). Pada campuran dengan variasi penambahan filler 3% nilai VIM yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran dengan kadar aspal 6,5 dan & 7,5 untuk semua variasi penambahan roadcell (Gambar 4c). Sedangkan pada campuran dengan variasi penambahan filler 4,5%, nilai VIM yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5%; 6,5% dan 7,5% untuk semua campuran, baik campuran tanpa penambahan roadcell maupun campuran dengan variasi penambahan roadcell 0,1% - 0,5%. Terhadap VMA (Gambar 5a,b,c,d) Hasil pengujian menunjukkan bahwa pada seluruh campuran, baik untuk campuran dengan penambahan filler 1,5%; 3%; 4,5% maupun campuran tanpa penambahan filler pada seluruh variasi kadar aspal (4,5%; 5,5%; 6,5% dan 7,5%) dan pada semua 211

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) variasi penambahan roadcell (0,0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%) semua menunjukkan nilai VMA yang memenuhi persyaratan spesifikasi. Terhadap Marshall Quotient (Gambar 6a, b, c, d) Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai Marshall Quotient untuk semua campuran dengan variasi penambahan filler (0,0%; 1,5%; 3% dan 4,5%) pada semua variasi kadar aspal dan pada semua variari penambahan roadcell adalah memenuhi persyaratan spesifikasi, kecuali pada kadar aspal 4,5% pada campuran tanpa penambahan roadcell, tanpa penambahan filler dan dengan penambahan filler 1,5%. Sedangkan pada penambahan filler 4,5% nilai Marshall Quotient yang tidak memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5% dan 6,5% pada campuran dengan penambahan roadcell 0,1% dan tanpa penambahan roadcell. Terhadap VFB (Gamabar 7a,b,c,d) Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai VFB meningkan bersamaan dengan penambahan kadar aspal untuk semua campuran, yaitu pada variasi penambahan filler 0,0%; 1,5%; 3% dan 4,5%.untuk semua variasi penambahan roadcell (0,0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%). Namun demikian, nilai VFB yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah hanya pada campuran dengan penambahan filler rendah yaitu 1,5% dan pada campuran tanpa penambahan filler (0,0%) (Gambar 7a dan 7b). Sedangkan pada campuran dengan penambahan filler 3,0% (Gambar 7c), nilai VFB yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran dengan penambahan kadar aspal 4,5%; 5,5% dan 6,5% untuk semua variasi penambahan roadcell. Pada campuran dengan kadar aspal 7,5% nilai VFB tidak memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi penambahan roadcell. Pada campuran dengan penambahan filler 4,5% (Gambar 7d), nilai VFB yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 4,5% dan 5,5%, untuk semua variasi penambahan roadcell (0,0%; 0,1%; 0,2%; 0,3%; 0,4% dan 0,5%) sedangkan pada kadar aspal 6,5% dan 7,5% nilai VFB tidak memenuhi persyaratan spesifikasi untuk semua variasi penambahan roadcell. Terhadap Tebal Film Aspal (Gambar 8a, b, c, d) Hasil pengujian menunjukkan bahwa Tebal Film Aspal meningkat pada semua campuran, yaitu pada variasi filler 0,0%; 1,5%; 3,0% dan 4,5%. Namun demikian, nilai Tebal Film Aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada campuran tanpa penambahan filler (0,0%) untuk semua variasi kadar aspal (4,5%; 5,5%; 6,5% dan 7,5%. Sedangkan pada campuran dengan penambahan filler 1,5% nilai Tebal Film Aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 5,5%; 6,5% dan 7,5%. Untuk campuran dengan penambahan variasi filler 3,0% dan 4,5%, nilai Tebal Film Aspal yang memenuhi persyaratan spesifikasi adalah pada kadar aspal 6,4% dan 7,5%. Adapun penambahan Roadcell dalam campuran tidak membawah pengaruh pada nilai Tebal Film Aspal dalam campuran. KESIMPULAN Penambahan roadcell pada campuran aspal panas meningkatkan karakteristik mekanik fisik yang kurang baik, hal ini dapat dilihat pada variabel-variabel yang diperoleh dalam pengujian yaitu Stabilitas, Flow, VIM, VMA, Marshall Quotient, VFB dan Tebal Film Aspal. Namun demikian perlu diperhatikan persentase kadar filler dan kadar aspal yang ditambahkan dalam campuran, dimana semakin tinggi persentase kadar filler (3,0% -4,5%) dan kadar aspal (5,5% - 7,5%) semakin baik pengaruhnya terhadap stabilitas campuran. 212

Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) DAFTAR PUSTAKA AASHTO, 2008. Standard Specifications for Transportation Materials and Methods of Sampling and Testing, Part 2 : Tests. AASHTO, Washington D.C. Departemen Permukiman dan Prasana Wilayah, 2002, Pedoman Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Pt T-01-2002- B, Pusat Litbang Teknologi Prasarana Transportasi, Bandung Ditjen Bina Marga, 1998. Aspal Campuran Panas Dengan Durabilitas Tinggi. Buku I Rancangan Campuran, Jakarta, Departemen PU Ditjen Bina Marga, 1995. Proyek Peningkatan Jalan Jilid III Spesifikasi Umum. Jakarta, Departemen PU. Mathew, T.V., 2009. Pavement Materials. File://F: Print. Pavement Materials Aggregate.htm Moussa, G.K.M., 2003, The Optimum Location of Geotextile Reinforcement in Asphalt Layers, Alexandria Engineering Journal Vol.42 No.1 pp.103-111, Faculty of Engineering Alexandria University, Egypt Mulyono, A.T., 2011, Kerusakan Jalan di Indonesia Tipologi Penyebab dan Tipe Kerusakan Jalan, Rapat Koordinasi Teknis Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur The Asphalt Institute, 1963. Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Other Hot-Mix Types. Manual series. The Asphalt Institute, 1984. Model Construction Specification For Asphalt Concrete and Other Plant-Mix Types. Specification series. Roberts, F.L., Kandhal, P.S., Brown, E.R, Lee, D.Y., Kennedy, T.W., 1991, Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design and Construction, NAPA Education Foundation Lanham, Maryland Utama, D., 2005. Pengaruh Gradasi Agregat Terhadap Kedalaman Alur Roda Pada Campuran Beton Aspal Panas, Jurnal Transportasi Vol.5, No.1, pp 87-98, Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi, Bandung Gambar 1 LAMPIRAN 213

Stabilitas (KG) Flow (mm) Stabilitas (KG) Flow (mm) Stabilitas (KG) Stabilitas (KG) Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) Gambar 2a 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 Gambar 2b 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 Gambar 2c Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal Kadar Aspal (0%) Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal Kadar Aspal (0%) Gambar 2d 1700 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 900 800 700 600 500 400 300 Gambar 3a 5.50 4.50 3.50 2.50 1.50 Gambar 3b Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal Kadar Aspal (0%) Hubungan Flow dengan Kadar Aspal Hubungan Stabilitas dengan Kadar Aspal 1700 5.50 Hubungan Flow dengan Kadar Aspal 1600 1500 1400 1300 1200 1100 1000 0% RC- 50 4.50 3.50 900 800 700 600 500 400 300 2.50 1.50 Kadar Aspal (0%) 214

VIM (%) VIM (%) Flow (mm) VIM (%) Flow (mm) VIM (%) Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) Gambar 3c Gambar 4b 5.50 4.50 Hubungan Flow dengan Kadar Aspal Hubungan VIM dengan Kadar Aspal 10 3.50 2.50 0 1.50 0 Gambar 3d Gambar 4c 5.50 4.50 Hubungan Flow dengan Kadar Aspal 10 Hubungan VIM dengan Kadar Aspal 3.50 2.50 0 1.50 0 Gambar 4a Gambar 4d 10 Hubungan VIM dengan Kadar Aspal 10 Hubungan VIM dengan Kadar Aspal 0 0 0 0 215

VMA (%) Marshal Quotient (KN/mm) VMA (%) Marshal Quotient (KN/mm) VMA (%) VMA (%) Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) Gambar 5a Gambar 5d 22 21 20 19 Hubungan VMA dengan Kadar Aspal 22 21 20 19 Hubungan VMA dengan Kadar Aspal 18 17 16 15 18 17 16 15 14 14 13 13 Gambar 5b Gambar 6a 22 Hubungan VMA dengan Kadar Aspal 7.00 Hubungan MQ dengan Kadar Aspal 21 20 19 18 6.00 17 16 15 14 1.00 13 0.00 Gambar 5c Gambar 6b 22 21 20 19 Hubungan VMA dengan Kadar Aspal 7.00 6.00 Hubungan MQ dengan Kadar Aspal 18 17 16 15 14 1.00 13 0.00 216

VFB (%) VFB (%) Marshal Quotient (KN/mm) VFB (%) Marshal Quotient (KN/mm) VFB (%) Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) Gambar 6c Gambar 7b 7.00 6.00 Hubungan MQ dengan Kadar Aspal 80 70 Hubungan VFB dengan Kadar Aspal 60 1.00 0.00 50 40 Gambar 6d Gambar 7c 7.00 Hubungan MQ dengan Kadar Aspal 80 Hubungan VFB dengan Kadar Aspal 6.00 70 60 1.00 0.00 50 40 Gambar 7a Gambar 7d 80 Hubungan VFB dengan Kadar Aspal 90 Hubungan VFB dengan Kadar Aspal 70 80 60 70 50 40 60 50 217

Tebal Film (mikron) Tebal Film (mikron) Tebal Film (mikron) Tebal Film (mikron) Jurnal Ilmiah MEDIA ENGINEERING Vol. 2, No. 4, November 2012 ISSN 2087-9334 (209-218) Gambar 8a Gambar 8c Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal 1 10 10 10 11.000 9.000 7.000 1 10 10 10 11.000 9.000 7.000 Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal 0 0 Gambar 8b Gambar 8d 1 Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal 1 Hubungan Tebal Film dengan Kadar Aspal 10 10 10 10 10 10 11.000 11.000 9.000 9.000 7.000 7.000 0 0 218