BAB I PENDAHULUAN. korupsi telah mengakar, khususnya dalam Penyelenggaraan Pemerintahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan berisikan data yang menggambarkan keadaan. keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu sehingga pihak

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). untuk menjamin bahwa tujuan tercapai secara hemat, efisien, dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. proses terciptanya akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan di daerah.

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan. Menurut Financial Accounting Standards

BAB I PENDAHULUAN. eksternal perusahaan. (Singgih dan Bawono 2010). sulit untuk diukur, sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa pihak

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. Peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

BAB I PENDAHULUAN. keterpurukan karena buruknya pengelolaan keuangan (Ariyantini dkk,2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa demokrasi saat ini, pemerintah dituntut untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Jenderal Departemen, Satuan Pengawas Intern (SPI) di lingkungan lembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaran pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. aparatur pemerintah yang berkompeten dalam menjalankan tugas sebagai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja. Tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat

BAB I PENDAHULUAN. good governance di Indonesia semakin meningkat. Tuntutan ini memang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Audit yang berkualitas dapat membantu mengurangi penyalahgunaan dana

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya. dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. Profesionalisme menjadi syarat utama bagi seseorang yang ingin menjadi seorang

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB I PENDAHULUAN. relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. korupsi baik di level pusat maupun daerah menjadi penyebab utama hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean government. Seiring dengan hal tersebut, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan dana yang dapat dipertanggungjawabkan. Pengawasan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara maka persaingan pasar tidak dapat dihindari dan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan salah satu profesi yang bergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Jasa audit atas laporan keuangan merupakan jasa yang paling dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Auditor dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) Tahun 2008 disebut

BAB I PENDAHULUAN. diaudit dapat dihandalkan dan manajemen juga akan mendapat keyakinan dan. melaporkan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. FASB (Financial Accounting Standard Board) mengungkapkan ada

BAB I PENDAHULUAN. pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan. Menurut FASB, dua

BAB 1 PENDAHULUAN. perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fenomena mengenai kualifikasi personel pemeriksaan ini memang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan dituntut untuk dapat mengelola perusahaannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup masyarakat, hal ini seiring dengan tujuan pembangunan yang tertuang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah; 3. Memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola. penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah.

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. dan probabilitas melaporkan pelanggaran tergantung pada independensi auditor. Ikatan Akuntan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) KABUPATEN SITUBONDO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. dan bertanggungjawab dengan taat pada peraturan dan perundang-undangan yang

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 88 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam melakukan audit (Mulyadi dan Puradiredja, (1998)

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi global. Dengan begitu BUMN memiliki tanggung jawab yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, profesi akuntan publik menjadi sorotan dan perhatian di masyarakat. Profesi ini memang

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Profesi akuntan publik merupakan profesi yang dipercaya oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan penggunaan keuangan negara yang dilakukan pihak-pihak. tertentu. Dengan adanya pengawasan ini, pemerintah diharapkan

Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

BUPATI GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR 34i- TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan suatu pengawas intern untuk meminimalisir penyimpangan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin kompetitif (Nirmala dan Cahyonowati, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua karakteristik tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Konsep kinerja auditor dapat dijelaskan dengan menggunakan agency theory.

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Auditor pemerintahan merupakan pihak yang sangat berperan dalam pengawasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekternal perusahaan sebagai salah satu pertimbangan dalam mengambil

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Korupsi merupakan kejahatan yang sulit untuk diberantas, karena praktik korupsi telah mengakar, khususnya dalam Penyelenggaraan Pemerintahan. Penyelenggaraan otonomi daerah karena adanya perubahan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 telah mengakibatkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintah daerah, khususnya dalam bidang pengawasan daerah. Hal ini berdampak pada tidak seimbangnya kapasitas yang dimiliki Inspektorat Kabupaten/Kota dalam melakukan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Perubahan yang drastis terjadi tersebut mengakibatkan ketidaksiapan suatu strategi penguatan dan pemberdayaan, baik dari aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang memadai. Meskipun kondisi ketidakseimbangan kapasitas yang dimiliki, Inspektorat Kabupaten/Kota, wajib melakukan tugas pengawasan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 Pasal 24 yang menyatakan bahwa Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota merupakan Aparat Pengawas Intern Pemerintah di Daerah. Inspektorat Kabupaten/Kota mengemban tugas, pokok dan fungsinya, dalam pemeriksaan ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada setiap Provinsi, Kabupaten dan Kota. Hasil dari 12

pemeriksaan rutin berupa laporan hasil pemeriksaan yang akan diserahkan kepada kepala daerah. Dengan keterbatasan aspek kelembagaan dan manajerial, maupun dari aspek standar, pedoman dan sumber daya yang ada, Inspektorat Kabupaten/Kota wajib menyusun laporan hasil pemeriksaan yang dapat membantu kepala daerah dalam menetapkan fungsi manajemen. Hal ini didukung dengan pernyataan Elim (2006) bahwa peran auditor adalah: 1. Terlibat dalam pengelolaan resiko membantu manajemen; 2. Berperan sebagai pihak yang melaksanakan control self assessment atas pengendalian manajemen; 3. Melakukan audit berbasis resiko. InspektoratProvinsi Sumatera Utara merupakan unsur pengawas penyelenggara Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Inspektur yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur serta secara teknis administratif mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah Provinsi, pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan pelaksanaan urusan Pemerintahan di Daerah Kabupaten/Kota serta tugas pembantuan.inspektorat Provinsi Sumatera Utara melakukan pemeriksaan rutin ke seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Daerah Kabupaten/kota. Hasil dari pemeriksaan rutin berupa 13

Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dapat diklasifikasikan berdasarkan bidang-bidang kerja. Indikator Kualitas kinerja auditor merupakan kriteria yang digunakan untuk menilai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi yang diwujudkan dalam ukuranukuran tertentu. Untuk auditor, kualitas audit yang dihasilkan dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan, Diani dan Ria (2007). Ini berarti berkualitas atau tidaknya hasil pekerjaanauditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Menurut Irahandayani (2003), kualitas kerja auditor dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: berkualitas (dapat dipertanggungjawabkan) dan tidak berkualitas (tidak dapat dipertanggungjawabkan). Kualitas laporan hasil pemeriksaan sangat bergantung pada kualitas latar belakang pribadi atau personal background auditor. Latar belakang pribadi pemeriksa dapat didefinisikansebagai latar belakang dari sumber daya manusia yang meliputi jenis kelamin, usia,latar belakang pendidikan dan jenjang pendidikan. Latar belakang pendidikan yang dimiliki auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara beraneka ragam. Proses mutasi pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara juga menjadi penyebab beraneka ragamnya latar belakang pendidikan yang ada. Latar belakang pendidikan mempunyai peran yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh karena Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari berbagai bidang. Untuk itu keanekaragamanlatar 14

belakang pendidikan sangat berguna dalam proses pemeriksaan oleh auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010), ditemukan dua karakteristik terpenting yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Disinilah peran pihak ketiga yang independen yaitu auditor yang bertugas memeriksa kebenaran dari laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen untuk diberikan kepada pengguna laporan keuangan yang telah dibuat oleh manajemen untuk diberikan kepada pengguna laporan keuangan, sehingga informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan menjadi lebih relevan dan reliabel untuk digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan. Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan akhir auditor dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya keputusan yang akan diambil oleh pengguna laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor dituntut harus memiliki rasa tanggung jawab (akuntabilitas) dalam setiap melakukan pekerjaan agar dapat mengurangi pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi pada proses pengauditan, sehingga akuntabilitas merupakan elemen penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor. Setiap tahap dalam pengelolaan keuangan daerah memerlukan suatu penguatan pada sisi pengawasan.pemerintah daerah menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah melalui fungsi- fungsi organik manajemen yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi merupakan sarana yang harus ada dan dilaksanakan oleh manajemen secara 15

profesional dan dalam rangka pencapaian sasaran tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pemerintah daerah pada hakekatnya merupakan subsistem dari pemerintah nasional dan secara inplisit pembinaan dan pengawasan terhadap pemerintah daerah merupakan bagian integral dari sistem penyelenggaraan pemerintahan. Independensi auditor dalam melakukan pemeriksaan akan mempengaruhi kualitas hasil pemeriksaan. Menurut Harahap (1991), auditor harus bebas dari kepentingan terhadap perusahaan dan laporan keuangan yang dibuatnya. Sejalan dengan peraturan Menpan tersebut, berdasarkan peraturan BPK No.1 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara diatur mengenai standar umum pemeriksaan yaitu : 1. Persyaratan keahlian/ pengalaman 2. Independensi 3. Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama. Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya. Penelitian mengenai independensi telah banyak dilakukan, diantaranya oleh forgatty (1996), Supriyono (1988). Banyak penelitian mengenai independensi menunjukkan bahwa faktor independensi merupakan faktor penting dalam menghasilkan kualitas hasil pemeriksaan yang baik Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka jelas peranan auditor inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah sangat besar dan memiliki nilai yang sangat strategis untuk dapat mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, 16

efisien, efektif, transparan dan akuntabel. Walaupun kenyatannya masih terdapat permasalahan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan daerah dari pengawasan auditor inspektorat, yaitu masih rendahnya peranan inspektorat daerah dalam hal perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan.. Audit menuntut keahlian dan profesioanlismenya yang tinggi. Keahlian tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal tetapi banyak faktor lain yang mempengaruhi antara lain adalah pengalaman (Sunarto,2003).Dari penelitian yang dilakukan oleh Kusharyanti (2003) ditemukan bahwa auditor yang berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahankesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasarinya. Sehingga dari penjelasan diatas dan dari hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka akan semakin peka auditor itu dengan kesalahan penyajian laporan keuangan dan semakin memahami hal-hal yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan tersebut, sehingga akan semakin baik kualitas kinerja yang dihasilkan. Dalam praktik audit, terkadang auditor akan menghadapi risiko kemungkinan kesalahan yang akan berdampak pada tingkat materialitas seperti laporan keuangan yang berpengaruh terhadap kualitas audit. Dengan adanya pengalaman sebagai auditor dapat mengatasi terjadinya risiko tersebut. 17

Berdasarkan uraian-uraian tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena cukup penting untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi kualitas kinerja auditor. Selain itu juga peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh variabel personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, pengalaman auditor, akuntabilitas dan independensi terhadap kualitas kinerja auditor khususnya pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Personal Background, Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Pengalaman Auditor, Akuntabilitas Dan Independensi Terhadap Kualitas Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis mengidentifikasi rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, pengalaman auditor, akuntabilitas dan independensi berpengaruh secara parsial terhadap kualitas kinerja auditorinspektorat Provinsi Sumatera Utara? 2. Apakah personal background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, pengalaman auditor, akuntabilitas dan independensi berpengaruh secara simultan terhadap kualitas kinerja auditorinspektorat Provinsi Sumatera Utara? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah, maka tujuan penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut : 18

1. Untuk mengetahui apakahpersonal Background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, pengalaman auditor, akuntabilitas dan independensi berpengaruh secara pasrial terhadap kualitas kinerja auditorinspektorat Provinsi Sumatera Utara. 2.Untuk mengetahui Apakah Personal Background, pengetahuan tentang pengelolaan keuangan daerah, pengalaman auditor, akuntabilitas dan indpendensi berpengaruh secara simultan terhadap kualitas kinerja auditorinspektorat Provinsi Sumatera Utara. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti, melalui penelitian ini, peneliti dapat mengembangkan pengetahuan dan wawasan sebagai sarana untuk mengetahui secara lebih luas tentang teori maupun praktik, sehingga dapat memperluas pandangan peneliti terhadap ilmu pengetahuan yang diperoleh selama kuliah, khususnya tentang Pengaruh Personal Background, Pengetahuan Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,Pengalaman auditor, Akuntabilitas dan Independensi Terhadap Kualitas Kinerja Auditor Inspektorat di Provinsi Sumatera Utara. 2. Bagi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang kualitas hasil pemeriksaan yang dibutuhkan yang dapat meningkatkan kinerja Inspektorat Provinsi Sumatera Utaradi masa yang akan datang. 19

3. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat membuka cakrawala akademisi sehingga mempersiapkan mahasiswa untuk dapat bekerja di Kantor Inspektorat yang memiliki pengalaman dan independensi sebagai seorang auditor. 4. Bagi Perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca untuk menambah wawasannya dan pengetahuannya dan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan sumber informasi untuk pembaca melakukan penelitian sejenis. 20