BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan kematian yang cukup tinggi terutama di negara-negara maju dan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi


BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB 1 PENDAHULUAN. orang didunia adalah 66 tahun, pada tahun 2012 naik menjadi 70 tahun dan pada

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan transisi epidemiologi. Secara garis besar transisi epidemiologi

Stikes Muhammadiyah Gombong

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kegemukan sebagai lambang kemakmuran. Meskipun demikian, pandangan yang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENGANTAR. menjadi faktor resiko ketiga terbesar penyebab kematian dini (Kartikasari A.N.,

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya usia, banyak perubahan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN GAYA HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN DI UPK PUSKESMAS PURNAMA. Eka Apriani, Widyana Lakshmi Puspita

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

pernah didiagnosis menderita PJK (angina pektoris dan/atau infark miokard)

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menopause merupakan berhentinya masa menstruasi

BAB 1 PENDAHULUAN. otak atau penyakit jantung koroner untuk pembuluh darah jantung dan otot

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimasa mendatang masalah penyakit tidak menular akan menjadi perioritas masalah kesehatan di indonesia, salah satu masalah tersebut adalah masalah hipertensi. Hipertensi sebagai salah satu dari penyakit tidak menular, perlu ditangani secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian besar masyarakat tidak mengetahui dirinya menderita tekanan darah tinggi. Dari berbagai laporan penelitian didapatkan kenyataan bahwa dari seluruh penderita 50% tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi (Milliyantri, 2005). Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah dan menetap di atas dari batas yang disepakati. Batasan tekanan darah normal, apabila tekanan sistolik <140 mmhg dan tekanan darah diastolik <90 mmhg (Depkes, 2007). Peningkatan tekanan darah di atas nilai normal yang ditentukan merupakan salah satu faktor risiko dalam proses terjadinya penyakit pembuluh darah seperti stroke, infark miokard, kematian kardiovaskular, dan semua penyebab kematian yang berhubungan dengan naiknya tekanan darah. Di Indonesia penderita hipertensi jumlahnya terus meningkat. Penelitian hipertensi berskala nasional telah banyak dilakukan antara lain Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas), Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Hasil SKRT pada tahun 1992, 1995, dan 2001

menunjukkan bahwa penyakit hipertensi selalu menduduki peringkat pertama dengan prevalensi yang meningkat yaitu sebesar 16.0%, 18.9% dan 26.4%. Data WHO tahun 2000 menunjukkan bahwa sekitar 972 juta (26.4%) penduduk dunia menderita hipertensi. sementara Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju sedangkan 639 juta sisanya berada di negara berkembang. Hasil Surkesnas pada tahun 2001 menunjukkan proporsi hipertensi pada pria sebesar 27% dan pada wanita 29%. Sedangkan hasil SKRT tahun 2004 hipertensi pada pria sebesar 12.2% dan wanita 15.5%. Angka tersebut kemungkinan meningkat menjadi 29.2% pada tahun 2025. Di Indonesia pada Riskesdas tahun 2007, berdasarkan hasil tekanan darah prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun sebesar 31.7% dan di diagnosa oleh tenaga kesehatan sebesar 7.2% sedangkan di DKI Jakarta berdasarkan diagnosa oleh tenaga kesehatan adalah 10.1%. Ini menunjukkan prevalensi di provinsi DKI Jakarta lebih tinggi dari prevalensi di Indonesia. Berdasarkan diagnosa oleh tenaga kesehatan prevalensi hipertensi di Kepulauan Seribu (8.8%), Jakarta Selatan (11.1%), Jakarta Timur (9.2%), Jakarta Pusat (12.6%), Jakarta Barat (8.9%), dan Jakarta Utara (10.4%). Menurut WHO tahun 2008, prevalensi hipertensi adalah sebesar 30.4%. Di provinsi DKI Jakarta dilihat dari hasil profil (DIJEN PP & PL tahun 2008) angka kejadian hipertensi mencapai 5500 kasus. Pola makan yang tidak sehat, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko penyakit hipertensi, disamping faktor-faktor resiko lain seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik). Pola makan penduduk perkotaan telah berubah dari pola tradisional ke pola modern. Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman beresiko seperti makanan yang mengandung lemak, manis, asin, minum-minuman berkafein, dan pengawet yang

tinggi. Di samping itu kurangnya konsumsi buah dan sayur serta kurangnya aktivitas fisik turut melengkapi perilaku makanan beresiko ini (Notoatmodjo, 2011). Laporan hasil Riskesdas tahun 2007 menggambarkan bahwa hampir semua provinsi di Indonesia, konsumsi sayuran dan buah-buahan tergolong rendah. Prevalensi nasional kurangnya makan buah dan sayur pada penduduk berumur >10 tahun adalah (93.6%). Prevalensi nasional konsumsi makanan berlemak (12.8%), manis (65.2%), asin (24.5%), pengawet (63%), berkafein (36.5%), kebiasaan merokok (23.7%), kebiasaan minum-minuman beralkohol (4.6%) (Riskesdas, 2007). Studi WHO menyatakan bahwa gaya hidup kurang aktivitas fisik adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya aktivitas fisik. Pada kebanyakan negara di seluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup beraktivitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Sedentary life style pada masyarakat saat ini cenderung memicu penyakit-penyakit tidak menular (WHO, 2002). Angka nasional aktivitas fisik sebesar 48,2% sedangkan prevalensi aktivitas fisik di DKI Jakarta adalah 54,7%. Ini menunjukkan bahwa angka prevalensi aktivitas fisik di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan angka nasional (Riskesdas, 2007). Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tekanan darah (Sustrani, 2004). Kurangnya melakukan olahraga akan meningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas. Olahraga yang tepat selama 30 40 menit atau lebih banyak 3 4 hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmhg pada bacaan sistolik dan diastolik. Olahraga secara teratur dapat mengurangi stress, menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak di dalam darah dan memperkuat otot-otot jantung (Sustrani, 2004).

Konsumsi lemak harus dibatasi karena akan menimbulkan kondisi obesitas dan akan mempengaruhi tekanan darah (Khomsan, 2002). Konsumsi tinggi lemak akan menyebabkan aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Akibatnya pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya berkurang. Kondisi ini akan mengakibatkan tahanan aliran darah dalam pembuluh darah menjadi naik. Naiknya tekanan sistolik yang diakibatkan oleh pembuluh darah yang tidak elastis dan naiknya tekanan diastolik yang diakibatkan oleh penyempitan pembuluh darah, disebut dengan tekanan darah tinggi (Khomsan, 2002). Konsumsi lemak yang tinggi dalam menu sehari-hari akan berakibat meningkatkan tekanan darah. Dianjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 30% total kalori (Khomsan, 2002). Kebiasaan mengkonsumsi lemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang beresiko terjadinya hipertensi (Irza, 2009). Gaya hidup yang kurang sehat pada masyarakat DKI Jakarta saat ini terlihat pada pola makan yang sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. Angka nasional pada makanan berlemak sebesar 12,8% sedangkan prevalensi makanan berlemak di DKI Jakarta adalah 21,4%. Ini menunjukkan bahwa angka prevalensi makanan berlemak di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan angka nasional (Riskesdas, 2007). Buah dan sayur merupakan makanan rendah kalori yang terdiri dari 80% air dan kaya serat berguna untuk menjaga kesehatan. Dalam jangka panjang kurang mengkonsumsi buah dan sayur dapat menyebabkan penyakit kronis salah satunya adalah hipertensi. Gaya hidup yang kurang sehat pada masyarakat DKI Jakarta saat ini terlihat pada pola makan yang kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Angka nasional konsumsi buah dan sayur sebesar 93.6% sedangkan prevalensi konsumsi buah dan sayur di DKI Jakarta adalah 94.5%. Ini menunjukkan bahwa angka

prevalensi konsumsi buah dan sayur di DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan angka nasional (Riskesdas, 2007). Daerah Khusus Ibu Kota merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki masalah kesehatan yang kompleks. Tingkat persaingan hidup yang tinggi kemungkinan berdampak pada munculnya aneka pergeseran gaya hidup yang kurang sehat, mulai dari pola makan, aktivitas fisik, stres serta gaya hidup lain seperti kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol. Pergeseran gaya hidup yang kurang sehat ini berpeluang besar menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji dan menganalisis Hubungan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Konsumsi Lemak, Buah dan Sayur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 26 65 Tahun di Provinsi DKI Jakarta. Untuk penelitian ini, ditunjang dengan tersedianya data hasil Riskesdas tahun 2007 Departemen Kesehatan RI. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan data WHO, ada sekitar 25 30% penduduk dunia menderita hipertensi. Sedangkan, dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI 2005 2006, ada sekitar 26 31% dari populasi masyarakat indonesia diberbagai provinsi menderita hipertensi. Jumlah penderita hipertensi di indonesia pada tahun 1995, baru sekitar 5% dari populasi. Survei tahun 2008 yang di lakukan WHO menemukan angkanya sudah melonjak menjadi 32%.. Di Indonesia pada Riskesdas tahun 2007, berdasarkan hasil tekanan darah prevalensi hipertensi pada penduduk umur >18 tahun sebesar 31.7% dan di diagnosa oleh tenaga kesehatan sebesar 7.2%. Sedangkan prevalensi hipertensi di provinsi DKI Jakarta berdasarkan diagnosa tenaga kesehatan sebesar 10.1%, Ini menunjukkan

prevalensi di provinsi DKI Jakarta lebih tinggi dibandingkan prevalensi di Indonesia (Depkes, 2008). Faktor sosial ekonomi, serta adanya perubahan gaya hidup yang kurang sehat diduga telah menyebabkan peningkatan penyakit tidak menular di Indonesia, salah satu penyakit tidak menular adalah hipertensi. Pola makan yang tidak sehat seperti makanan yang mengandung lemak, manis, asin, pengawet, buah dan sayur, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stres serta minimnya aktivitas fisik merupakan faktor resiko penyakit hipertensi, disamping faktor-faktor resiko lain seperti usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik). Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti dalam skripsi ini tertarik untuk mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Konsumsi Lemak, Buah dan Sayur Dengan Kejadian Hipertensi Pada Usia 26 65 Tahun di Provinsi DKI Jakarta. C. Pembatasan Masalah Karena penyakit hipertensi (variabel dependent) disebabkan oleh berbagai macam faktor seperti jenis kelamin, keturunan, pekerjaan, pendidikan, obesitas, aktivitas fisik, dan gaya hidup yang kurang sehat maka penelitian ini membatasi variabel independent pada usia 26 65 tahun, aktivitas fisik, status gizi, konsumsi lemak, buah dan sayur. Data variabel independent tersebut merupakan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Penulis memiliki sejumlah keterbatasan, terutama waktu, biaya, tenaga dan kemampuan akademik. Menyadari kondisi tersebut dan terutama sesuai dengan kaidah keilmuan, maka permasalahan penelitian ini dibatasi hanya pada masalah

hubungan aktivitas fisik, status gizi, konsumsi lemak, buah dan sayur dengan kejadian hipertensi pada usia 26 65 tahun di Provinsi DKI Jakarta. D. Perumusan Masalah Hipertensi menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius, karena jika tidak terkendali akan menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Faktor gaya hidup kurang sehat dapat menyebabkan hipertensi. Hal ini merupakan faktor yang dapat diubah, dengan cara mengubah gaya hidup yang kurang sehat ke arah gaya hidup yang sehat. DKI Jakarta merupakan provinsi yang memiliki angka kejadian Hipertensi tertinggi di Indonesia dengan persentasi sebesar 31.7% (Riskesdas 2007). Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui, Apakah aktivitas fisik, status gizi, konsumsi lemak, buah dan sayur dengan kejadian Hipertensi pada usia 26 65 Tahun di Provinsi DKI Jakarta?. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Konsumsi Lemak, Buah dan Sayur dengan kejadian Hipertensi pada Usia 26 65 Tahun di Provinsi DKI Jakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik responden berupa (umur dan jenis kelamin). b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan berupa (aktivitas fisik, status gizi, konsumsi lemak, buah dan sayur).

c. Menganalisis hubungan umur terhadap kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. d. Menganalisis hubungan jenis kelamin tahun dengan kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. e. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. f. Menganalisis hubungan status gizi dengan kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. g. Menganalisis hubungan konsumsi lemak terhadap kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. h. Menganalisis hubungan konsumsi buah terhadap kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. i. Menganalisis hubungan konsumsi sayur terhadap kejadian Hipertensi di Provinsi DKI Jakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Praktisi Dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai Hubungan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Konsumsi Lemak, Buah dan Sayur dengan kejadian Hipertensi pada Usia 26 65 Tahun (Analisis data sekunder Riskesdas 2007). 2. Manfaat bagi Institusi Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan untuk upaya tindak lanjut dalam upaya pencegahan dan penanggulangan akibat hipertensi pada penderita hipertensi sehingga usaha peningkatan kualitas kesehatan masyarakat semakin berhasil dan membaik.

3. Manfaat bagi Pendidikan Dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan baik bagi praktisi maupun mahasiswa gizi mengenai Hubungan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Konsumsi Lemak, Buah dan Sayur dengan kejadian Hipertensi pada Usia 26 65 Tahun (Analisis data sekunder Riskesdas 2007). 4. Manfaat bagi Peneliti Dapat digunakan sebagai sarana untuk mendalami masalah mengenai Hubungan Aktivitas Fisik, Status Gizi, Konsumsi Lemak, Buah dan Sayur dengan kejadian Hipertensi pada Usia 26 65 Tahun (Analisis data sekunder Riskesdas 2007). Dapat digunakan sebagai syarat kelulusan Sarjana Gizi pada Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul.