Mia Sari Hanty Ritonga, 2014 Deskripsi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Homeschooling Jenjang Smp Pada Mata Pelajaran Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Imay Ifdlal fahmy, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Pemahaman konsep merupakan ide

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evinaria Esahastuti, 2014 Studi Pembelajaran Seni Dihomeschoolingtaman Sekar Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang terus berkembang pesat, sehingga dibutuhkan individu-individu

HOMESCHOOLING PRIMAGAMA SEKOLAH BERBASIS BAKAT DAN MINAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rena Ernawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mengajarkan matematika bukanlah sekedar guru menyiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. UUD 1945, yang memungkinkan warganya mengembangkan diri sebagai manusia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menghadapi era-

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan wadah kegiatan sebagai pencetak

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. formal. Permasalahan yang ada dalam pendidikan formal bertambah pada

BAB I PENDAHULUAN. merambah hingga masing-masing mata pelajaran, sehingga hampir semua

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan lingkungan yang lebih luas yaitu masyarakat. Dalam melakukan proses

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDAHULUAN. Bagian ini akan menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sering diartikan dengan proses atau kegiatan belajar mengajar, namun

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan terdiri dari akademik dan non akademik. Pendidikan. matematika merupakan salah satu pendidikan akademik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, di Indonesia pilihan jalur untuk menempuh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pendidikan dijelaskan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Aktivitas matematika seperti problem solving dan looking for

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Sasaran pembelajaran ditunjukan bukan hanya mengembangkan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

Pemahaman Siswa terhadap Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

BAB I PENDAHULUAN. rendah dimana nilai siswa 50 sementara nilai yang diharapkan adalah 60 ke atas.

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas tinggi merupakan suatu bangsa yang akan mampu bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terpendam tanpa dapat kita lihat dan rasakan hasilnya. Menindak lanjuti. mahluk yang butuh berinteraksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. akan dianggap tidak cerdas atau bodoh.dalam perkembangan tentang teori

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BENTUK ALJABAR DI KELAS VII SMP NEGERI 1 BANDA ACEH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Posisi strategis ini dapat tercapai apabila pendidikan. yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah pokok yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah yang berhubungan dengan mutu atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. kreatif, dan inovatif serta mampu memecahkan masalah. pembelajaran matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-21 yang ditandai dengan abad ilmu pengetahuan, knowledgebased. society dan kompetensi masa depan.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Kecerdasan Numerik terhadap Hasil Belajar Matematika. Siswa Kelas VIII MTsN Jambewangi Selopuro Blitar Tahun Ajaran

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memperoleh pendidikan yang layak adalah hak setiap warga negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) pasal 31 ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan dan ayat 2 Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara maka semakin baik pula tingkat kesuksesan dan taraf hidup warga negaranya, karena dengan meningkatnya kualitas pendidikan maka kualitas sumber daya manusia akan meningkat. Oleh karena itu pemerintah selaku penyelenggara pendidikan mewajibkan mata pelajaran matematika di setiap jenjang pendidikan, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, hal ini dikarenakan metematika merupakan suatu ilmu yang sangat berkaitan dan penting bagi kelancaran pembelajaran mata pelajaran yang lainnya. Tak terkecuali di lembaga-lembaga pendidikan non-formal, seperti sekolah alam, homeschooling, dan berbagai lembaga-lembaga pendidikan non-formal lainnya, matematika tetap diajarkan sebagai salah satu pelajaran pokok. Walaupun kebanyakan lembaga pendidikan non-formal memiliki kurikulum yang berbeda dari sekolah formal yang kurikulumnya diseragamkan oleh pemerintah, tetapi tujuan pembelajaran matematikanya tetap sama, salah satunya adalah memahami konsep matematika. Pemahaman konsep merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika (NCTM, 2000). Kemampuan pemahaman konsep menjadi prasyarat untuk memiliki kemampuan-kemampuan matematis lainnya. Implikasi dari tujuan pembelajaran matematika tersebut adalah bahwa peserta didik memahami pengertian-pengertian dalam matematika, dan memiliki keterampilan untuk

2 memecahkan persoalan dalam matematika, maupun pelajaran lain serta dalam kehidupan sehari-hari.beberapa teori yang melandasi pentingnya pemahaman (understanding) antara lain adalah: (1) Konsepsi belajar mengacu pada pandangan konstruktivis, bahwa understanding construction menjadi lebih penting dibandingkan dengan memorizing fact (Abdullah & Abbas, 2006); (2) Rote learning leads to inert knowledge -we know something but never apply it to real life (Heinich, et al., 2002). (3) Salah satu tujuan pendidikan adalah memfasilitasi peserta didik to achieveunderstanding yang dapat diungkapkan secara verbal, numerikal, kerangka pikir positivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok, dan kerangka kontemplasi spiritual (Gardner, 1999). (4) Understanding is knowledge in thoughtful action (Perkin & Unger, 1999 hlm.95). (5) Pemahaman adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan (Gardner, 1999). (6) Pemahaman merupakan landasan bagi peserta didik untuk membangun insight dan wisdom (Longworth, 1999 hlm.91). Pembelajaran matematika di sekolah-sekolah pada umumnya kurang mengajarkan siswa memahami suatu materi, siswa hanya diarahkan cara menghafal rumus-rumus yang terlihat begitu abstrak, seperti tidak ada hubungan antara satu konsep dengan konsep lain. Jika hal ini terus dibiarkan, siswa akan menjadi malas dan tujuan sebenarnya belajar matematika tidak tercapai secara optimal. Banyak siswa yang mendapatkan nilai matematika yang relatif tinggi, tetapi kurang mampu menerapkan hasil yang diperolehnya baik berupa keterampilan, sikap serta pengetahuan dalam situasi tertentu terutama dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, apabila siswa dihadapkan pada soal-soal non-rutin atau yang memerlukan sedikit modifikasi siswa kebanyakan mengalami kesulitan bahkan tidak bisa menyelesaikannya. Pemahaman konsep matematika akan semakin sulit dicapai siswa jika siswa hanya dijejalkan rumus-rumus tanpa penjelasan mengenai dari mana datangnya rumus tersebut, terlebih jika siswa mengikuti lembaga bimbingan belajar di luar

3 sekolah yang kebanyakan hanya memberikan cara-cara praktis dalam mengerjakan soal. Ironisnya, hal seperti itulah yang banyak terjadi sekarang. Tidak semua siswa mengalami perkembangan optimal di sekolah. Banyak siswa di sekolah mengalami kegagalan. Meraka gagal mengembangkan kemampuan mereka untuk belajar, memahami, serta menciptakan, yang sudah dikaruniakan kepada mereka sejak lahir, yang sebenarnya sudah sangat baik mereka kembangkan dalam tahun-tahun pertama kehidupan mereka (John Holt, 2010). Kegagalan ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang berupa afektif, kognitif, dan psikomotoriknya. John Holt dalam bukunya, mengapa siswa gagal?, menyatakan bahwa kegagalan siswa dapat disebabkan oleh tiga hal, yaitu rasa takut, bosan, dan bingung. Mereka takut mengecewakan banyak orang dewasa yang cemas di sekitar mereka, bosan karena banyak dari hal-hal yang mereka terima di sekolah bersifat sepele dan kurang bermakna, serta bingung karena apa yang dikatakan kepada mereka hampir tidak memiliki hubungan apa-apa dengan apa yang sungguh-sungguh mereka ketahui. Kegagalan sekolah dalam membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan potensi dan bakat, mendorong orang tua untuk kembali ikut serta dalam pendidikan dengan mengingat bahwa mendidik anak merupakan tanggung jawab dari orang tua. Kerjasama antar kedua pihak yaitu sekolah dan orang tua dapat diciptakan untuk saling menutupi keterbatasan dalam berbagai hal tersebut. Namun, beberapa keluarga memutuskan untuk lebih fokus pada pendidikan dengan cara mengambil sepenuhnya tanggung jawab mendidik anak sampai anak masuk ke perguruan tinggi. Adapun alasan orangtua ketika memutuskan menyekolahkan anak di rumah tidak hanya karena keterbatasan akademik dalam pendidikan formal saja, mungkin juga adanya masalah lingkungan sosial di sekolah yang tidak selamanya positif, anak memerlukan perhatian khusus (anak cacat/abnormal), jarak sekolah dan rumah yang terlalu jauh dan lain sebagainya. Alasan-alasan ini kemudian mencetuskan adanya homeschooling.

4 Orang tua yang ragu-ragu terhadap kualitas pendidikan formal yang ada sahsah saja jika ingin mendidik anaknya di rumah, tetapi materi yang diajarkan harus sesuai dengan standar yang berlaku. Karena itulah diperlukan adanya homeschooling. Homeschooling sebagai alternatif pendidikan kekinian semakin banyak ditemukan. Menurut perkiraan saat ini, ada sekitar 700.000 sampai 1.200.000 siswa yang terdaftar mengikuti homeschooling di Amerika Serikat. Lebih lanjut, menurut berbagai akun, gerakan homeschooling ini telah berkembang terus selama beberapa tahun terakhir(rudner, 1999). Namun, ada sangat sedikit literatur ilmiah mengenai populasi siswa homeschooling atau bahkan sampel besar siswa homeschooling. Menurut Mulyadi (2007), di Indonesia sendiri istilah homeschooling masih relatif baru. Tetapi, jika dilihat dari konsepnya homeschooling sebagai sekolah rumah bukanlah hal baru di Indonesia, sejak dulu sudah banyak berdiri lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren dan sejenisnya yang menerapkan konsep homeschooling. Menurut beberapa literatur sejarah, tokoh-tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara juga menerapkan konsep sekolah rumah (homeschooling) yang pada saat itu dikenal sebagai belajar otodidak.menurut data yang dihimpun oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Fahmy, 2013),ada sekitar 1.000 1.500 siswa homeschooling. Di Jakarta ada sekitar 600 peserta homeschooling. Sebanyak 83,3% atau sekitar 500 orang mengikuti homeschoolingmajemuk dan komunitas, sedangkan sebanyak 16,7% atau sekitar 100 orang mengikuti homeschooling tunggal. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di homeschooling yang akan dijadikan tempat penelitian, diperoleh gambaran tentang sistem pembelajaran di homeschooling, yang cukup berbeda dengan sistem pembelajaran yang sering dilihat di sekolah-sekolah formal. Lingkungan belajar yang seperti di rumah dan tidak banyaknya aturan membuat siswa merasa senang ketika belajar. Penelitian tentang homeschoolingdi Indonesia masih relatif sedikit sehingga data-data tentang homeschooling sukar ditemukan, hal ini terjadi mungkin karena

5 jumlah homeschooling di Indonesia yang tidak banyak dan relatif masih baru. Padahal sekarang cukup banyak orangtua, terutama di kota-kota besar, yang melirik homeschooling untuk dijadikan jalur pendidikan bagi putra-putrinya yang memiliki masalah ketika belajar di sekolah formal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk memperoleh informasi mengenai gambaran umum tentangprofil dan sistem pembelajaran khususnya pembelajaran matematika di homeschooling. Setelah mengetahui sistem pembelajaran matematika di homeschooling ada baiknya dilakukan pula evaluasiuntuk mengetahui tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa-siswa homeschooling pada pelajaran matematika. Evaluasi dalam kegiatan pembelajaran dapat memberikan informasi mengenai kekurangan dan kelebihan proses pembelajaran, kemampuan siswa, kualitas guru dalam mengajar, dan sebagainya (Lembayung, 2010 hlm.5). Evaluasi yang dilakukan pada penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai gambaran tentang kemampuan pemahaman konsep siswa homeschoolingpada pelajaran matematika serta hubungannya dengan berbagai faktor yang diduga cukup berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa homeschooling. Setelah dilakukan evaluasi terhadap kemampuan pemahaman konsep siswa homeschooling diharapkan semua pihak yang terkait dalam pembelajaran di homeschooling, termasuk orangtua siswa, dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya, dalam hal ini, pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian latar belakang yang dipaparkan di atas peneliti memilih judul penelitian Deskripsi Kemampuan Pemahaman KonsepSiswa Homeschooling Jenjang SMP pada Mata. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah diungkapkan di atas didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.

6 1. Bagaimana profil sistem pembelajaran matematika di homeschooling yang ditinjau dari aspek: a) Kurikulum b) Bahan ajar c) Waktu d) Sistem penilaian e) Metode pembelajaran 2. Bagaimana gambaran kemampuan pemahaman konsep siswayang mengikuti homeschoolingdalam pelajaran matematika? 3. Adakah hubungan antara keaktifan tiap siswa pada pembelajaran matematika di homeschooling dengan kemampuan pemahaman konsepnya? 4. Adakah hubungan antara kemampuan pemahaman konsep siswa homeschooling dengan keterlibatan/partisiapasi orangtuanya dalam pembelajaran matematika di rumah? 5. Bagaimana latar belakang siswa yang memilih bersekolah di homechooling? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang penulis kemukakan, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana profil sistem pembelajaranmatematika di homeschooling yang ditinjau dari: a) Kurikulum b) Bahan ajar c) Waktu d) Sistem penilaian e) Metode pembelajaran 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran kemampuan pemahaman konsep siswa yang mengikutihomeschooling dalam pelajaran matematika

7 3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara keaktifan tiap siswa pada pembelajaran matematika di homeschooling dengan kemampuan pemahaman konsepnya 4. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kemampuan pemahaman konsep siswa homeschooling dengan keterlibatan/partisipasi orangtuanya dalam pembelajaran matematika di rumah 5. Untuk mengetahui seperti apa latar belakang siswa yang memilih bersekolah di homeschooling. D. Manfaat Penelitian berikut ini: Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa kalangan 1. Bagi para orangtua Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi atau sebagai bahan rujukan untuk mempertimbangkan pemilihan jalur pendidikan anak. 2. Bagi pihak homeschooling Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman matematis siswa-siswa homeschoolingsehingga pihak homeschooling dapat membuat kebijakan terkait penanganan siswa berdasarkan tingkat kemampuan pemahaman matematisnya. 3. Bagi Peneliti lain Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lain tentang homeschooling. E. Batasan Istilah Agar pada kajian dalam penelitianini tidak terjadi kesalahpahaman, kerancuan makna, atau perbedaan persepsi, Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Istilah-istilah tersebut adalah : 1. Homeschooling yang dimaksud dalam penelitian ini adalah homeschooling komunitas.homeschooling komunitas adalah gabungan beberapa homeschooling

8 majemuk yang menyusun dan menetukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok (olahraga, musik/seni, dan bahasa), sarana/prasarana, dan jadwal pembelajaran.komitmenpenyelenggaraan antara orangtua dan komunitasnya kurang lebih 50 : 50, artinya pelaksanaan pembelajaran setengahnya ditangani langsung oleh orangtua berdasarkan modul/arahan yang diberikan oleh lembaga/komunitas dan setengahnya ditangani oleh komunitas. 2. Kemampuan pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk membangun makna berdasarkan tujuan pembelajaran, mencakup, komunikasi oral, tulisan dan grafis. 3. Latar belakang yang dimaksud pada penelitian ini adalah latar belakang atau alasan-alasanmengapa orang tua siswa memilih homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi putra-putrinya.