BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

PERANG KEMERDEKAAN VIETNAM TAHUN

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

Organisasi Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV KERJA SAMA LUAR NEGERI KAMBOJA PADA MASA PEMERINTAHAN POL POT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Migrasi merupakan salah satu kekuatan sejarah yang telah membentuk dunia.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB III METODE PENELITIAN

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nurhidayatina, 2013

F-IL PERIHAL PENANGANAN TERHADAP ORANG ASING YANG MENYATAKAN DIRI SEBAGAI PENCARI SUAKA ATAU PENGUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Humaeniah, 2013

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

BAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam periode , yang ditandai dengan munculnya konflik-konflik

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Veygi Yusna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

BAB I PENDAHULUAN. minyak mentah, batu bara, tembaga, biji besi, timah, emas dan lainnya. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

2016 PERANG ENAM HARI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Peranan George

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB I PENDAHULUAN. Sama halnya dengan Indonesia, Filipina merupakan sebuah negara dengan sejarah yang

eran Indonesia di Lingkung

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. melakukan mobilisasi atau perpindahan tanpa batas yang menciptakan sebuah

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial yang dibahas dalam studi ini terjadi di Semenanjung

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

BAB II UNITED NATION HIGH COMISSIONER FOR REFUGEES (UNHCR) DAN PENANGANAN MASALAH PENGUNGSI

POLITIK LUAR NEGERI. By design Drs. Muid

BAB I PENDAHULUAN. Jika ditanya mengenai Kerajaan Arab Saudi pada saat ini maka penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

membuka diri terhadap dunia internasional. Peristiwa ini mengakibatkan kepercayaan Daimyo terhadap kekuasaan Tokugawa menjadi menurun.

PERANG SAUDARA DI RUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah selesai, tetapi proklamasi itu harus mendapatkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya. Sejarah panjang tersebut dimulai dari upaya memperoleh kemerdekaan atas Perancis. Politik yang dijalankan oleh Perancis itu mengakibatkan terjadinya perlawanan rakyat Vietnam untuk mengusir Perancis dari wilayahnya. Namun perlawanan-perlawanan tersebut dilakukan tanpa adanya kekompakan karena kejelian dari Perancis yang melakukan politik divide and rule untuk memecah belah perlawanan serta perjuangan merebut kemerekaan tersebut terpecah kedalam 2 kelompok besar yaitu kelompok nasionalis dan kelompok komunis yang sulit untuk disatukan. Namun pada perkembangan selanjutnya kelompok komunis lah yang menjadi pemimpin gerakan kemerdekaan Vietnam (Sardiman, 1983: 7). Dalam usaha untuk merebut kemerdekaan dari Perancis, maka dibentuklah suatu organisasi yang merupakan wadah perjuangan bersama sebagai Liga Kemerdekaan Vietnam yang disebut Viet Minh (Sardiman, 1983: 14). Organisasi tersebut tidak hanya bergerak dalam bidang nasionalisme, namun juga berusaha untuk mengembangkan pengaruh komunis. Namun organisasi tersebut lebih dikenal oleh rakyat karena pemimpin gerakan ini yaitu Ho Chi Minh yang mengedepankan nasionalisme. Vietnam berhasil mengusir dan memperoleh kemerdekaan dari Perancis setelah benteng terkuat Perancis yaitu Dien Bien Phu berhasil dikuasai oleh pasukan Viet Minh pada 7 Mei 1954. Pemimpin pasukan ini ialah Jenderal Vo Nguyen Giap yang terkenal dengan taktik gerilyanya yang berhasil memporak-porandakan pertahanan Perancis akibat serangan besar-besaran sebelum dilaksanakannya Konferensi di Jenewa yang membahas mengenai Omet Rasyidi, 2014 Manusia perahu (kajian historis terhadap kehidupan pengungsi vietnam di pulau galang 1979-1996) Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 permasalah di Korea dan Vietnam. Pertempuran terakhir ini memakan waktu 55 hari, 55 malam yang ditandai dengan kemenangan dari pihak Viet Minh. Hasil dari Konferensi Jenewa membuat Ho Chi Minh selaku pemimpin dari Viet Minh tidak setuju dengan adanya pembagian Vietnam menjadi dua bagian yaitu Vietnam Utara (Republik Vietnam) dan Vietnam Selatan. Pembagian tersebut membawa dampak kepada pertentangan ideologi serta campur tangan asing. Hal tersebut memaksa Vietnam kembali menghadapi situasi perang untuk mengusir intervensi asing yaitu dari RRC dan Uni Soviet di Vietnam Utara karena sesama negara komunis serta Amerika Serikat di Vietnam Selatan. Maka pecah lah perang saudara atau perang Vietnam yang terjadi dari tahun 1957-1975 (Sudharmono, 2012: 190). Hasil dari Konferensi Jenewa yang salah satunya yaitu akan diadakannya pemilihan umum untuk memilih pemimpin yang berkuasa atas Vietnam. Namun sampai tahun 1961, hal tersebut belum dapat direalisasikan (Lee, 1961: 136). Hal tersebut memicu terjadinya pemberontakan dari pihak Ho Chi Minh yang beranggapan bahwa apabila Vietnam belum bersatu, berarti Vietnam belum merdeka. Perang Vietnam yang terjadi antara tahun 1957-1975 dilatarbelakangi adanya intervensi asing yaitu dari Amerika Serikat di Vietnam Selatan. Dalam perang ini, Vietnam Utara dibantu oleh RRC dan Uni Soviet sebagai sesama negara komunis. Setelah adanya dua kubu yang bereselisih tersebut, di Vietnam Selatan muncul gerakan yang bernama Gerakan Front Pembebasan Nasional Vietnam Selatan (FPNVS) atau yang biasa disebut Viet Cong (Sardiman, 1983: 35). Gerakan ini bertujuan untuk melawan rezim saigon yang dikuasai oleh Amerika Serikat untuk mewujudkan suatu pemerintahan di Vietnam yang satu dan bebas dari intervensi asing. Dengan begitu, Amerika Serikat terdesak karena harus berhadapan dengan Vietnam Utara pimpinan Ho Chi Minh dan pasukan Viet Cong di Vietnam Selatan. Akhirnya pada tahun 1975, peperangan pun berakhir ditandai dengan kemengan Vietnam dan ditandatanganinya perjanjian di Paris 1973 yang

3 isinya Amerika Serikat menyerah tanpa syarat dan Ho Chi Minh menguasai seluruh Vietnam. Namun berakhirnya perang tersebut tidak berarti menjadikan Vietnam benar-benar aman. Dampak dari Perang Vietnam terasa setelah terjadinya pergolakan di kalangan masyarakat Vietnam yang merasa kehidupan mereka terancam, antara lain karena memburuknya situasi ekonomi sehingga hari depan tidak menentu serta adanya re-edukasi (semacam indoktrinasi) oleh pihak yang menang dan rasa ketakutan karena bekerja sama dengan rezim Vietnam Selatan (Ismayawati, 2013: 1). Sedangkan menurut Ricklefs (2008: 653) dampak setelah Perang Vietnam ialah adanya invasi Vietnam kepada Kamboja. Hal tersebut bertujuan untuk menyebarluaskan pengaruh komunis Vietnam serta adanya permintaan dari penguasa Kamboja untuk menggulingkan pemerintahan Pol Pot yang pada saat itu berkuasa atas Kamboja. Hal itu menyebabkan terjadinya arus pengungsian ke wilayahwilayah Asia Tenggara. Orang Vietnam yang melakukan pengungsian, selain rasa ketakutan akan keselamatan mereka yang terancam, mereka juga mengungsi untuk mencari kehidupan yang lebih baik di negara lain. Dalam mewujudkan keinginan mereka tersebut, para pengungsi menggunakan perahu yang tersedia yang menimbulkan arus pengungsi Vietnam yang mengarah ke negara Asia Tenggara seperti Filippina, Thailand, Malaysia, Singapura dan Indonesia (Ismayawati, 2013: 2). Karena para pengungsi tersebut menggunakan perahu sebagai alat transportasinya sehingga mereka lebih dikenal dengan boat people (manusia perahu). Awal kedatangan dari para pengungsi dari Vietnam ini mendapat respon yang kurang baik dari beberapa negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Filippina, Malaysia, Singapura dan Indonesia sebelum UNHCR sebagai badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi. Hal tersebut terkadi karena Vietnam merupakan negara komunis yang menginginkan wilayahwilayah sekitar khususnya Asia Tenggara berada dalam pengaruh komunis Vietnam. Hal itu sesuai dengan cita-cita Ho Chi Minh. Ketakutan negara-

4 negara Asia Tenggara tersebut berkaitan dengan teori domino yang dikemukakan oleh John Foster Dulles yang beranggapan bahwa kemenangan komunis di Vietnam mau tidak mau menimbulkan kekhawatiran dari negaranegara tetangga akan adanya ekspansi dari Vietnam untuk menyebarkan pengaruh komunis (Moertopo, 1976: 311). Namun, pada akhirnya negara-negara tersebut menerima para pengungsi Vietnam karena semua beban dan biaya ditanggung oleh UNCHR selaku badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi (Ismayawati, 2013: 80). Status pengungsi Vietnam ini yaitu mendapat perlindungan dari UNHCR dan kesempatan untuk dicari penyelesaian terhadap permasalahan pengungsi, dikembalikan secara sukarela ke negara asal atau dikirim ke negara dunia ketiga. Kebijakan UNHCR tersebut dilakukan untuk mengatasi situasi darurat demi menyelamatkan manusia perahu dari negara-negara Asia Tenggara yang kewalahan mengatasi permasalahan pengungsi Vietnam. Hal ini menyebabkan UNHCR bekerja lama di Asia Tenggara dalam penyelesaian masalah manusia perahu. Khusus untuk Indonesia, dalam menangani permasalahan pengungsi Vietnam, dihadapkan pada prinsip yang melihat suatu kerja sama regional maupun internasional demi peningkatan ketahanan nasional dan ketahanan regional, dan melalui kerja sama ini ikut menciptakan perdamaian dunia pada umumnya dan perdamaian di Asia Tenggara pada khususnya yang disebut ZOPFAN (Zone, of Peace Freedom and Neutrality) (Moertopo, 1976: 76). Dari prinsip tersebut, jelas bahwa Indonesia menerima para pengungsi Vietnam dan mengesampingkan permasalahan ideologi yang dibawa oleh para pengungsi tersebut. Indonesia ingin menciptakan suatu perdamaian khususnya di Asia Tenggara dan berusaha untuk menyelesaikan permalasahan yang terjadi Vietnam yaitu invasi Vietnam ke Kamboja. Usaha yang pertama dilakukan oleh Indonesia ialah mencari tempat untuk penampungan para pengungsi Vietnam (Ismayawati, 2013: 15-16). Syarat utama yang menjadi acuan dalam pemilihan tempat sementara untuk pengungsi yaitu wilayahnya cukup luas, mudah untuk menyalurkan ke negara

5 ketiga, mudah memisahkan antara penduduk setempat dengan pengungsi dan mudah dicapai untuk bantuan logistik demi kelancaran pembangunan kamp pengungsi serta berdekatan dengan negara tetangga yang menerima pengungsi seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Flipina. Pencarian itu akhirnya menetapkan Pulau Galang yang merupakan suatu Pulau kosong dengan sedikit penduduknya sebagai tempat tinggal untuk para pengungsi. Penetapan Pulau Galang sebagai tempat penampungan karena telah memenuhi persyaratan yaitu mudah untuk menyalurkan pengungsi ke negara ketiga, cukup luas untuk menampung pendirian kamp pengungsi bagi minimal 10.000 orang. Penduduknya pun sedikit sehingga mudah memisahkan antara pengungsi dengan penduduk setempat. Pulau Galang juga mempunyai akses yang mudah dicapai demi kelancaran pembangunan kamp dan dukungan logistik pengungsi serta letak Pulau Galang yang strategis yaitu berdekatan dengan negara tetangga yang juga menerima pengungsi dari Vietnam ini. Sehingga Pulau Galang lah yang menjadi tempat kamp pengungsian para pengungsi Vietnam tersebut. Setelah apa yang dilakukan oleh pemerintah yaitu dengan kebijakan politiknya dalam ASEAN (ZOPFAN) dan politik bebas aktif yang berlaku pada masa presiden Soeharto, yang menjadi pertanyaan dalam benak peneliti dan menjadi ketertarikan peneliti adalah alasan mendasar mengapa Indonesia bersedia menerima para pengungsi Vietnam yang merupkan negara komunis serta langkah-langkah dari pemerintah Indonesia untuk menangani permasalahan pengungsi Vietnam ini. Kemudian yang menjadi ketertarikan selanjutnya adalah ketika para pengungsi diterima dan ditempatkan di pulau khusus untuk penampungan pengunsi yaitu di Pulau Galang. Kemudian bagaimana proses sosialisasi dan interaksi yang dilakukan antar sesama pengungsi selama berada di kamp pengungsian serta bagimana proses sosialisasi dan interaksi para pengungsi dengan penduduk setempat. Hal-hal itulah yang menarik ketertarikan peneliti untuk meneliti lebih lanjut mengenai dampak dari Perang Vietnam yang mengakibatkan pengungsian yang dilakukan oleh rakyat Vietnam.

6 Alasan peneliti memilih tahun 1979 untuk awal kajian penulisan ini karena pada tahun tersebut merupakan awal dipusatkannya para pengungsi yang sebelumnya tersebar di beberapa Pulau di Indonesia, kemudian dipindahkan ke Pulau Galang. Kemudian pemilihan tahun 1996 sebagai akhir kajian yaitu karena pada tahun 1996 tersebut Pulau Galang telah kosong dari para pengungsi. Pengosongan Pulau Galang sesuai dengan sidang Internasional di Jenewa yang menyebutkan bahwa pada tahun 1995 Pulau Galang tersebut harus kosong, namun pada kenyataannya pada 1996 baru dapat dikosongkan. Hal tersebut dikarenakan para pengungsi berkeinginan untuk dikirim ke negara ketiga. Namun, dalam proses pengiriman pengungsi ke negara ketiga tidak semua pengungsi memiliki kesempatan untuk dikirim. Pengungsi yang dikirim ialah para pengungsi yang mengungsi dari negaranya karena faktor politik bukan ekonomi. Hal tersebut menjadikan permasalahan yang harus diselesaikan oleh pemerintah Indonesia. Akhirnya, pada tahun 1996 Pulau Galang akhirnya dapat dikosongkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di latar belakang, maka peneliti membuat batasan masalah yaitu Bagaimana keadaan pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996?. Untuk memfokuskan permasalahan yang dikaji lebih jelas dan terarah, maka peneliti mengkajinya dalam beberapa pokok permasalan yang dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1. Apa yang melatarbelakangi munculnya manusia perahu Vietnam? 2. Bagaimana peran UNHCR (United Nation High Commissioner For Refugee) termasuk Indonesia dalam menanggulangi permasalahan para pengungsi Vietnam? 3. Bagaimana gambaran kehidupan para pengungsi selama berada di camp pengungsian Pulau Galang?

7 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk memperoleh informasi mengenai latar belakang munculnya manusia perahu Vietnam yang memasuki negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia 2. Untuk mengkaji peran UNHCR termasuk Indonesia terhadap para pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996 3. Untuk memperoleh informasi mengenai gambaran kehidupan para pengungsi selama berada di camp pengungsian Pulau Galang 1.4 Metode Penelitian Dalam melakukan proses penelitian khususnya dalam penelitian sejarah, peneliti menggunakan metode historis yaitu suatu proses pengkajian, penjelasan dan penganalisaan secara kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau (Sjamsuddin, 2007: 17-19). Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini terbagi menjadi empat tahap, yaitu: Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber yang relevan dengan tema penelitian yang akan diteliti baik itu berupa sumber primer maupun sumber sekunder. Tahapan kedua adalah kritik. Kritik dalam metode historis ini ada dua yaitu kritik intern dan kritik ekstern. Kritik eksternal merupakan upaya melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Dalam kritik eksternal ini juga menilai kelayakan dari sumber-sumber yang telah ditemukan sebagai bahan acuan dalam penulisan skripsi. Kritik eksternal juga dilakukan klasifikasi terhadap buku-buku yang digunakan baik itu dari segi latar belakang penulis buku, penerbit dan tahun penerbitan. Sehingga buku-buku tersebut dapat digunakan dan relevan untuk penulisan skripsi. Sedangkan kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek dalam yaitu isi dari sumber sejarah yang digunakan oleh peneliti setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal (Sjamsuddin, 2007: 143). Dalam melakukan

8 kritik internal peneliti berusaha untuk menyaring dan mengkritisi sumbersumber yang telah didapatkan dalam tahapan heuristik. Tahapan ketiga yaitu interpretasi. Pada tahapan ini, peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber yang telah dikumpulkan. Penafsiran ini dilakukan dengan menafsirkan fakta dan data dengan konsepkonsep dan teori-teori yang telah diteliti oleh peneliti sebelumnya. Fakta dan data yang telah ditemukan tersebut selanjutnya disusun, ditafsirkan dan dihubungkan satu sama lain. Kemudian fakta dan data tersebut dijadikan kerangka berpikir dalam penulisan skripsi ini. Tahapan yang terakhir atau keempat yaitu historiografi. Pada tahap ini, peneliti berusahan merumuskan masalah apa yang akan dibahas dalam merekonstruksi peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta yang didapat dan kemudian ditulis kedalam tulisan. 1.5 Manfaat Penelitian Secara umum manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan menambah pengetahuan mengenai dampak dari perang Vietnam dan Indocina dan kehidupan sosial para pengungsi di pulau Galang pada tahun 1979-1996. Adapun secara khusus manfaat penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak diantaranya: 1. Bagi peneliti dengan adanya tulisan ini semoga bisa memberikan pengalaman berharga dalam melakukan penelitian dan merupakan aplikasi dari perkuliahan yang telah didapat sebelumnya. Selain itu, tulisan ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi semua orang yang ingin memperoleh informasi mengenai sejarah Vietnam. 2. Bagi Jurusan Pendidikan Sejarah dengan adanya ada tulisan ini dapat memperkaya penelitian sejarah terutama yang berkaitan tentang sejarah kawasan Asia Tenggara.

9 3. Bagi Mahasiswa dengan adanya tulisan ni dapat menjadi salah satu tambahan sumber belajar yang dapat memperluas pengetahuan mengenai sejarah kawasan terutama kawasan Asia Tenggara. 1.6 Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan, dalam bab ini menguraikan secara rinci mengenai latar belakang belakang penelitian yang menjadi alasan ketertarikan untuk mengkaji dan meneliti mengenai Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Kemudian peneliti mencantumka rumusan dan batasan masalah agar penelitian ini dapat dikaji secara lebih khusus. Pada bab ini juga terdapat tujuan, metode dan manfaat penelitian. Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini menguraikan mengenai sumbersumber yang relevan dengan penelitian yang dikaji yaitu sumber yang berkaitan dengan Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Selain itu pada bab ini juga, peneliti menjelaskan mengenai konsep dan teori yang relevan dengan judul yang dikaji. Bab III Metode Penelitian, dalam bab ini peneliti menguraikan mengenai metodelogi penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. Pada tahapan ini peneliti menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah yang meliputi heuristik, kritk, interpretasi dan historiografi mengenai Kehidupan Sosial Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996. Bab IV Manusia Perahu: Suatu Kajian Teori mengenai Kehidupan Pengungsi Vietnam di Pulau Galang 1979-1996, dalam bab ini merupakan isi dari penelitian. Permasalahan-permasalahan yang sudah disebutkan sebelumnya diuraikan dan dijelaskan pada bab ini serta jawaban-jawaban yang terdapat dalam rumusan masalah. Permasalahn tersebut ialah kebijakan Indonesia terhadap pengungsi Vietnam, latar belakang pemilihan pulau Galang sebagai tempat sementara bag pengungsi, peranan UNHCR sebagai

10 lembaga PBB yang menangani masalah pengungsian dan kehidupan para pengungsi selama berada di pulau Galang. Bab V Simpulan dan Saran, dalam bab terakhir ini peneliti memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi jawaban terhadap masalah mengenai dan interpretasi peneliti terhadap data-data penelitian.