Pengaruh Kuat Arus Pengelasan Dua Layer dengan Metode GTAW dan SMAW terhadap Kekuatan Tarik pada Plat ASTM A 36

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Analisa Pengaruh PerubahanParameter Arus Pada PengelasanMaterial Plat Astm A36 Terhadap Sifat Mekanik DenganPengelasan Smaw

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

BAB II KERANGKA TEORI

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA ST 37 DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI ELEKTRODA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

Chamdani Achmad

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

Dimas Hardjo Subowo NRP

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Pengaruh Variasi Arus dan Tebal Plat pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Rekayasa Mesin Vol.5, No.1 Tahun 2014: 9-16 ISSN X

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

Analisa Kekuatan Sambungan Las SMAW Pada Material Baja ST 37

Peningkatan Kualitas Sambungan Las Baja Karbon Rendah Dengan Metode Taguchi

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

VARIASI ARUS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA HASIL PENGELASAN SM490

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP HASIL LAS GMAW

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

PENGARUH FILLER PLAT DAN VARIASI TEBAL PLAT PADA SPOT WELDING ANTARA BAJA-ALLUMUNIUM TERHADAP BEBAN GESER.

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

Pengaruh Hasil Pengelasan Las TIG Terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

Transkripsi:

Pengaruh Kuat rus Dua Layer dengan Metode GTW dan SMW terhadap Kekuatan Tarik pada Plat STM 36 Jatmoko wali, Yudy Surya Irawan, Moch. gus Choiron Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang Jl. MT Haryono 167 Malang 65145 Phone: +62-341-587711, Fax: +62-341-554291 E-mail: mokoeuii@gmail.com bstract Welding is a combining method of two materials by using thermal energy. It was divided into several groups including the classification of the liquid, press and soldering. rc welding is the most commonly used in every time, such as welding with consumable and not consumable electrodes. Two types of arc welding have deficiency and excess, respectively; combining both types of arc welding is needed to cover each other s excess. The method in this research was combining of welding GTW (Gas Tungsten rc Welding) and SMW (Shield Metal rc Welding) with variation in Root and Cover position. The current of GTW with 100, 130, 160, and SMW with 65, 80, and 95 were used in this research. STM 36 was used as the material. The plat thickness was 7mm and single V groove 600. Combining the welding GTW-GTW between 100 and 100 for the first and second layer has the highest tensile strength, and the lowest tensile strength was in combination of welding between GTW-SMW with 65 and 100. Keywords: Tensile strength, GTW, SMW, two layers and STM 36 PENDHULUN Penggunaan teknologi pengelasan sering dijumpai di berbagai aplikasi pengelasan konstruksi, pengelasan perkapalan, rangka kendaraan (chassis), rel kereta api, pipa gas dan lain sebagainya. memiliki prosedur dan tahapantahapan yang harus dipenuhi sebelum melakukan proses penyambungan. GTW (Gas Tungsten rc Welding) adalah proses menggabungkan logam dengan cara memanaskan sehingga mencair melalui busur yang terbentuk dari elektroda tungsten dan logam. Elektroda yang digunakan bertujuan sebagai tumpuan terciptanya busur listrik hal ini mengklasifikasikan elektroda GTW dalam jenis elektroda tidak terumpan (non consumable). Hasil dari pengelasan ini bisa digunakan hampir semua logam dan mempunyai kualitas yang sangat baik. Sedangkan pengelasan yang umum digunakan yaitu SMW (Shield Metal rc Welding) adalah proses pemanasan busur jenis tertutup yang bertujuan mencairkan dan menggabungkan logam yang terbentuk antara elektroda dan logam, stick welding istilah lain dari pengelasan jenis ini. ini sering digunakan karena peralatanya murah, portable, sederhana serta mudah dipelajari, fluks yang terdapat pada SMW bertujuan menghasilkan gas pelindung dan yang mempunyai unsur-unsur perbaikan untuk melindungi tetesan pada elektroda [1]. Umumnya filler Metal yang berasal dari luar pada GTW bertujuan mengisi gap pada sambungan, busur listrik mencairkan filler metal bersama logam induk yang terjadi antara elektroda dengan logam induk. Pada pengelasan GTW, Filler Metal disebut juga Filler rod atau batang pengisi pada posisi root pass atau biasa dalam istilah pengelasan yaitu bagian akar, yang dilakukan pada tahap paling awal dalam pengelasan atau pada tahap penyambungan awal. Sedangkan pada pengelasan SMW, elektroda berfungsi sebagai bahan pengisi, pada umumnya SMW diposisikan sebagai cover pass atau biasa dalam istilah pengelasan yaitu bagian pengisi paling luar, 107

hal ini dikarenakan tahap pengelasan yang terjadi hanya ada 2 layer sehingga setelah dilakukan pengelasan pada root pass atau bagaian akar langsung ditutup dengan cover pass, berbeda ketika pengelasan yang dilakukan terjadi 3 layer atau lebih pada bagian root pass dan sebelum cover pass disebut hot pass yaitu bagian yang terletak ditengah layer atau bisa disebut bagian inti pada pengelasan multilayer. GTW merupakan pengelasan dengan kualitas yang baik, namun pengelasan jenis ini tergolong pengelasan mahal, sedangkan SMW merupakan pengelasan dengan nilai ekonomi dan kualitas pengelasan yang lebih rendah. Pada pengelasan SMW umumnya masih sering terjadinya cacat pada saat penetrasi dikarenakan tidak berpelindung gas. Oleh karena itu penggabungan dua jenis pengelasan ini mulai dilakukan di beberapa tipe sambungan las untuk menutupi kekurangan dari masing-masing las [2,3]. Pemilihan Filler Metal yang digunakan antara dua jenis pengelasan pada dasarnya berbeda oleh karena itu pemilihan Filler rod dan elektroda sangat penting karena harus memiliki karakteristik yang mirip antara kedua bahan pengisi tersebut dengan material yang akan dilas. Dalam praktiknya pengelasan ini telah digunakan oleh beberapa perusahan tambang minyak dan gas bumi sebagai sambungan pipa gas, namun masih sering ditemukan cacat porositas diantara pencampuran bahan pengisi (Filler Metal) antara kedua pengelasan ini. Oleh karena itu pemilihan material pengisi sangat penting dalam menentukan kualitas dari pengelasan. Selain pengaruh jenis dan posisi dari bahan pengisi pada penelitian ini difokuskan pada besarnya variasi kuat arus yang terjadi di pengelasan GTW dan pengelasan SMW, besarnya arus yang diperlukan nantinya tergantung dari bahan dan ukuran dari lasan, geometri sambungan, dan diameter elektroda. Dimana kuat arus langsung berpengaruh pada penetrasi logam las, bentuk manik, perubahan struktur mikro akibat pengaruh panas dan lebar HZ. Jika semakin besar arus las dapat memperdalam penetrasi logam lasan dan juga memperlebar HZ, demikian sebaliknya. Pada pelaksanaannya bila terlalu rendah arus yang digunakan maka, Busur listrik akan susah menyala dan tidak stabil, menyebabkan tidak cukupnya panas yang dihasilkan untuk melelehkan filler metal serta bahan dasarnya, sehingga berpengaruh pada hasil penembusan yang kurang dalam serta rigi-rigi las kecil dan tidak merata, sebaliknya bila terlalu tingginya arus yang digunakan akan brakibat terlalu cepatnya filler metal mencair dan lebih lebarnya permukaan las serta penembusan hasil lasan yang lebih dalam sehingga kekuatan tarik yang dihasilkan menurun. Penelitian ini dimaksudkan menganalisa secara mendalam mengenai pengaruh variasi besar arus dengan menggunakan dua metode pengelasan GTW dan SMW terhadap kekuatan tarik. METODE PENELITIN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimantal nyata (true experimental) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis kuat arus terhadap hasil uji tarik pada pengelasan dua layer dengan metode GTW dan SMW. Spesimen yang digunakan adalah baja karbon rendah plat STM 36 dengan data sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Kimia Plat STM 36 Kandungan Nilai (%) Unsur C 0,18 Si 0,27 Mn 0,81 P 0,026 S 0,030 Tabel 2. Sifat Mekanik Plat STM 36 Tensile Yield Elongation Strength Strength (%) (MPa) (MPa) 496 340 21 Dengan menggunakan dua metode pengelasan maka jenis elektrodanya yang digunakan juga berbeda, pada GTW menggunakan elektroda jenis Filler Rod ER70S6 sedangkan pada SMW menggunakan elektroda E7016 yang disesuaikan dengan standar WS D1.1, 108

Kandungan masing-masing pada elektroda ini sebagai berikut: Tabel 3. Komposisi kimia ER70S6 C (%) Mn (%) Si (%) S (%) P (%) 0,07-1,40-0,80-0,035 0,25 0,15 1,8 1,15 Tabel 4. Komposisi kimia E7016 C (%) Mn (%) Si (%) S (%) P (%) 0,05 1,40 0,43 0,009 0,19 Pada penelitian ini logam induk (base metal) dilas menggunakan GTW dengan kondisi elektroda baru dari bungkusnya, sedangkan yang menggunakan SMW dengan kondisi baru dari bungkusnya yang kemudian dipanaskan dalam oven dengan suhu 300 o C selama 1 jam. Material awal untuk pembuatan spesimen ini dipotong menggunakan pemotong oxy acetylene kemudian dilanjutkan membuat kampuh single V Groove 60 o dan dirapihkan menggunakan alat grinda. Tabel 5. Posisi GTW dan SMW Jenis Posisi Root Cover 1 G1 G1 2 G2 G2 3 G3 G3 B1 G1 S1 B2 G2 S2 B3 G3 S3 C1 S1 S1 C2 S2 S2 C3 S3 S3 D1 S1 G1 D2 S2 G2 D3 S3 G3 Keterangan. G1 : GTW 100 S1 : SMW 65 G2 : GTW 130 S2 : SMW 85 G3 : GTW 160 S3 : SMW 95 Root Cover Gambar 2. Posisi Root dan Cover Pemeriksaan visual pada Gambar 2 sebelum dilakukan pengelasan yaitu kebersihan, dan keseluruhan dimensi. Hal ini bertujuan untuk menghindari cacat yang kemungkinan bisa terjadi akibat kotor disekitar kampuh dan posisi pengelasan antara root pass dan cover pass. Proses pengelasan dimulai pada posisi root pass terlebih dahulu dengan keceptan pengelasan pada Tabel 6. Gambar 1. Dimensi Plat Proses pengelasan ini menggunakan kuat arus yang berbeda pada GTW dan SMW sehingga antara GTW dan SMW masing-masing mengisi pada posisi root pass dan cover pass yang sebelumnya dilakukan penguncian las pada masing-masing sisi plat. Berikut posisi pengelasan GTW dan SMW sesuai amper yang digunakan: Tabel 6. Root GTW SMW rus rus 100 1,7 65 3,7 130 3 80 5 160 5,3 95 6,8 Setelah didiamkan sampai temperatur ruang kemudian dilanjutkan pengelasan pada posisi 109

cover pass, dengan kecepatan pengelasan pada Tabel 7. Tabel 7. Cover GTW SMW rus rus 100 1,2 65 2,7 130 2,5 80 4 160 4,7 95 5,5 kecepatan pengelasan ini berlaku disemua posisi pengelasan sesuai Tabel 5, Setelah pengelasan selesai dilakukan pada masingmasing plat dan posisi pengelasan kemudian plat dilakukan pengujian radiografi. Plat yang sudah dilakukan uji radiografi kemudian dipotong dan dibentuk untuk dilakukan uji tarik sesuai standar STM seperti Gambar 3. gar spesimen tidak mengalami panas yang berlebih yang menimbulkan efek negatif seperti struktur material yang berubah akibat panas, selama proses permesinan digunakan air coolant. Sambungan las Gambar 3. Spesimen Uji Tarik Standar STM E 8M Setelah dilakukan pengujian tarik dan rdiografi dilakukan pengujian kekerasan dan mikrostruktur. HSIL DN PEMBHSN Pengujian radiografi dilakukan pada masing-masing spesimen plat STM 36 dengan jarak 30cm selama 1 mnt bedasarkan ketebalan plat yang akan dilakukan pengujian, berdasarkan hasil pengujian radiografinya dapat diketahui cacat yang terjadi akibat proses pengelasan sesuai kuat arus dan jenis pengelasan yang sudah dilakukan, berikut data Tabel 8 cacat hasil pengelasan. Tabel 8. Cacat Hasil Jenis Cacat Jenis Cacat 1 - C1 Porosity 2 - C2-3 - C3 Cluster Porosity B1 Porosity D1 Porosity B2 Cluster Porosity D2 Porosity B3 Cluster Porosity D3 Porosity Gambar 4. ) Cacat Porosity B) Cacat Cluster Porosity Dari Gambar 4 Menunjukkan jenis cacat yang terjadi melalui hasil foto radiografi, dari hasil tersebut dikelompokkan pada Tabel 8 berdasarkan posisi pengelasannya, namun dari semua jenis cacat yang terjadi masih diperbolehkan dalam penggunaanya hal ini mengacu pada standar WS D1.1, dengan syarat ketebalan plat maksimum 6 mm total diameter cacat Porosity tidak melebihi 2 mm sepanjang 20 mm pada daerah las, sedangkan untuk Cluster Porosity dengan tebal plat yang sama total lebar cacat tidak melebihi 4 mm sepanjang 57 mm pada daerah las. Untuk pengujian tarik pada sesimen bertujuan untuk mengetahui dan mengukur nilai dari kekuatan tarik dimasing-masing posisi pengelasan, yang menggunakan alat Universal Machine Test, Dari Gambar 5 nilai kekuatan tarik hasil pengelasan tertinggi terdapat pada posisi 1 yaitu sebesar 410,82 N/mm 2 dengan arus terendah namun nilainya menurun seiring bertambahnya arus yang digunakan, sedangkan nilai kekuatan tarik terendah pada posisi B1 yaitu sebesar 364,87 N/mm 2 namun nilainya meningkat seiring bertambahnya arus yang digunakan. Secara umum bisa diambil kesimpulan sesuai dengan grafik bahwa nilai kekuatan tarik akan meningkat seiring bertambahnya arus yang digunakan ketika pengelasan tersebut menggunakan metode SMW sedangkan untuk pengelasan satu jenis metode GTW B 250 mm 250 mm 110

akan mengalami penurunan nilai kekuatan tarik yang dihasilkan. Gambar 5. Grafik Hubungan Jenis Kuat rus Posisi Tehadap Nilai Uji Tarik Sedangkan untuk pengujian kekerasan dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7, nilai kekerasan yang diamati yaitu pada daerah las dan HZ, Dari grafik dapat dijelaskan hubungan dengan nilai uji tarik yang yang dihasilkan bahwa nilai kekerasan pada daerah las dan HZ berbanding terbalik dengan nilai uji tarik,dimana uji kekerasan yang tertinggi pada daerah las posisi B1 yaitu 175,15 BHN dan 127,72 BHN posisi 1 untuk nilai terendah. Sedangkan untuk nilai kekerasan tertinggi pada daerah HZ yaitu pada posisi C1 yaitu 154,06 BHN pada posisi C1 dan 119,67 BHN posisi 1 untuk nilai terendah. Namun seiring bertambahnya arus yang digunakan mengalami penurunan nilai yang dihasilkan namun hal ini terbalik pada posisi atau pengelasan GTW-GTW. Dapat disimpulkan bahwa nilai kekerasan pada daerah las mempunyai nilai kekerasan lebih tinggi daripada daerah HZ. Gambar 6. Grafik Hubungan Jenis rus Posisi Terhadap Nilai Kekerasan Las Gambar 7. Grafik Hubungan Jenis rus Posisi Terhadap Nilai Kekerasan HZ Dari Gambar 8 menunjukkan masingmasing daerah sesudah dilakukan pengelasan, dimana dilihat bahwa pada root pass dan cover pas memperlihatkan sebaran daerah las hal ini bergantung pada bentuk kampuh yang digunakan, jenis pengelasan, diameter elektoda dan juga arus yang digunakan yang nantinya berpengaruh pada daerah HZ yang dihasilkan dimasing-masing posisi pengelasan. Gambar 8. Daerah Root, Cover dan HZ Berhubungan dengan penjelasan diatas dan nilai kekerasan serta nilai kekutan tarik yang terjadi maka analisis foto mikrostuktur ditambahkan untuk melihat perubahan yang terjadi,khususnya pada daerah HZ pada hasil pengelasan dengan nilai uji tarik tertinggi (1) dan terendah (B1). Dari Gambar 9 terlihat bahwa foto mikro pada posisi pengelasan persebaran butir terlihat cenderung lebih besar didaerah HZ dibandingkan pada Gambar 10 hal ini berefek pada nilai kekuatan tarik yang lebih besar dibandingkan pada posisi B1, dari nilai uji tarik yang dihasilkan berbanding terbalik dengan nilai kekerasannya, maka dapat dapat disimpulkan semakin besar ukuran butir maka semakin besar pula nilai kekuatan tarik yang dihasilkan dan akan berbanding terbalik pada nilai kekerasannya. 111

4μm 4μm 4μm 1 Cover 1 Root 1 HZ Gambar 9. Foto Mikrostruktur Pembesaran 400X Daerah Root, Cover dan HZ Posisi 1 4μm B1 Cover B1 Root B1 HZ Gambar 10. Foto Mikrostruktur Pembesaran 400X Daerah Root, Cover dan HZ Posisi B1 Gambar 11. Foto Makrostruktur Permukaan Patahan 1 Dari Gambar 11 dapat dijelaskan bahwa pada permukaan patahan yang terjadi mengalami reduksi luas penampang patahan hal ini disebabkan dengan adanya penyerapan energi, pada bagian tengah patahan menyerupai bentuk cup dan cone, selain itu patahan ini ialah mempunyai serat a b 4μm 40 mm 40 mm 4μm sehingga tampak kasar, dan berserabut. Dari hal-hal tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis patahan yang terjadi adalah patah ulet atau ductile. KESIMPULN Dari penelitian yang telah dilakukan ini bisa diambil kesimpulan yaitu: 1. Semakin meningkatnya kuat arus yang digunakan maka nilai kekuatan tariknya akan meningkat namun akan terbalik nilai ketika menggunakan metode GTW- GTW. 2. Kekerasan yang dihasilkan memiliki nilai yang terbalik dari hasil pengujian tarik hal ini berlaku pula pada proses pengelasan GTW-GTW yang dikuatkan berdasarkan mikrostruktur yang telah dilakukan. DFTR PUSTK [1] SM Handbook, 2003, Welding, Brazing, nd Soldering, Vol 6. Philadelphia : STM [2] wali, Jatmiko., 2011, Pengaruh Jenis Filler Rod GTW dan Elektroda SMW terhadap Kualitas Hasil Kombinasi Sambungan PIP 6" SCHEDULE 80, Skripsi, Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, Malang. [3] Irawan, Yusril., 2009, Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik hasil Baja Karbon Rendah, Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional, Bandung. [4] STM., 2004, Standard Test Methods for Tension Testing of Metallic Materials, Handbook of STM Comparative World Steel Standards E 8M 00b, US. [5] merican Welding Society D1.1, 2004, Structural Welding code steel. Welding Inspector Course. 112