BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baru, seperti definisi pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan. Seperti artikel yang dikutip dalam Kembar.pro, yang. karyawan tidak hanya dengan cara menambah kompetensi para

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pancaindra menurun, dan pengapuran pada tulang rawan (Maramis, 2016).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan yang terjadi di kedua domain (pekerjaan personal).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh konflik pekerjaan..., Sekar Adelina Rara, FPsi UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa dewasa awal telah melewati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu institusi pelayanan kesehatan di

STRATEGI COPING UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN PADA WANITA YANG SUAMINYA MENGALAMI DISFUNGSI SEKSUAL

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN DISKUSI. Pada penelitian ini, responden berjumlah 396 responden terdiri dari ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan lama. Karena salah satu sumber daya yang sangat penting yang. dimiliki oleh perusahaan adalah sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Safitri Hamzah, 2014

BAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah. dalam sebuah pernikahan. Seperti pendapat Saxton (dalam Larasati, 2012) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Hidup di tempat kerja, pekerjaan dan keluarga, pekerjaan dan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

GAMBARAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KOMITMEN PADA INDIVIDU YANG BERPACARAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB I PENDAHULUAN. dilalui seorang individu sepanjang rentang kehidupannya. Keunikan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. pesat seiring berkembangnya kemajuan teknologi. Persaingan dan tuntutantuntutan

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

1 PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB 1 PENDAHULUAN. yang harus dikelola dengan baik di samping aset-aset lainnya seperti modal,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tekanan karyawan. Menurut Greenberg dalam Mauladi dan Dihan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyandang disabilitas merupakan bagian dari anggota masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB 1 PENDAHULUAN. baik itu dalam dunia kerja di bidang industri maupun di bidang klinis, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia. Pada lanjut usia terjadi beberapa perubahan fisik dan fungsi biologis tubuh,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang dapat dicapai oleh individu. Psychological well-being adalah konsep keberfungsian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Seiring dengan berkembangnya zaman manusia untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Sumber daya manusia, dalam hal ini karyawan yang handal, mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN. online. Membahas mengenai tingkat kepuasan online atau dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang pelayanan kesehatan tempat yang mendukung rujukan dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

COPING REMAJA AKHIR TERHADAP PERILAKU SELINGKUH AYAH

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA SOPIR BUS PO AGRA MAS (DIVISI AKAP) JURUSAN WONOGIRI-JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi yang luas sehingga harus memiliki sumberdaya, baik modal

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Fenomena long distance relationship (LDRs) mengalami peningkatan pesat. Arus globalisasi yang berkembang dewasa ini, dimana teknologi komunikasi semakin canggih, serta alat transportasi yang semakin memadai, semakin memicu terjadinya LDRs. Di Amerika Serikat, LDRs meningkat sebanyak 23% dalam rentang waktu lima tahun (2000-2005) (Guldner, 2003; Jimenez, 2010). Hal tersebut diperkuat data yang dikemukakan The center for the study of long distance relationships dalam Jacobs (2012) yang menyebutkan bahwa pada tahun 2005, 3,5 juta masyarakat Amerika menjalani pernikahan jarak jauh, selanjutnya pada tahun 2011, hubungan jarak jauh meningkat menjadi 7,2 juta orang. Pada individu yang masih berpacaran, dilaporkan pada tahun 2005 sebanyak 4,5 juta orang, dan meningkat pesat pada tahun 2011, yaitu menjadi 10 juta orang. LDRs dapat terjadi baik pada pasangan yang sudah menikah, maupun yang belum menikah, dimana hubungan semacam ini terjadi karena beberapa penyebab, salah satunya karena alasan pekerjaan. Di dunia industri/organisasi, LDRs tidak jarang menimpa karyawan. Hal ini dikarenakan perusahaan biasanya merotasi/menugaskan karyawannya, ke luar kota bahkan ke luar negeri, sehingga memaksa karyawan tersebut harus tinggal jauh dari orang-orang terdekat (istri/suami, pacar, anak).

2 Di Indonesia sendiri, banyak pekerja yang tidak mungkin membawa istri dan keluarga karena beberapa alasan, diantaranya lokasi bekerja yang tidak memungkinkan untuk membawa keluarga, beberapa fasilitas misalnya fasilitas pendidikan anak tidak tersedia di lokasi pekerjaan, atau salah satu pihak mendapatkan kesempatan kerja pada tempat yang berlainan. Hal ini menyebabkan waktu yang tersedia untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga inti menjadi sangat terbatas. Kondisi karyawan yang menjalani LDRs sendiri terbilang tidak mudah. Beberapa penelitian tentang LDRs menyebutkan, bahwa hubungan semacam ini sebenarnya bisa memberikan dampak negatif terhadap kondisi psikologis seseorang. Beberapa hasil penelitian menyebutkan, hubungan LDRs sangat rawan akan konflik, serta dapat memicu stres baik secara biologis maupun psikologis (Purba & Siregar 2006). LDRs juga menimbulkan kecemasan yang tinggi pada individu yang menjalaninya, dan terbukti dapat mengurangi kepuasan seksual, yang berdampak pada keharmonisan hubungan (Cameron & Ross, 2007). Khusus bagi orang yang bekerja, hubungan LDRs dapat memaksa pasangan menjalani dual-carrer yang pada akhirnya dapat berdampak negatif bagi hubungan itu sendiri, maka diperlukan alat komunikasi seperti Video chat untuk menjaga hubungan antar pasangan LDRs (Neustaedter & Greenberg, 2011). Bila melihat beberapa penelitian yang telah dijelaskan diatas, dapat dikatakan bahwa LDRs dapat menimbulkan stres pada individu yang menjalaninya. Namun sejauh ini, penelitian LDRs dalam konteks industri/organisasi belum banyak dilakukan. Padahal di sisi lain,

3 kurangnya waktu bersama keluarga sendiri sebenarnya dapat menciptakan masalah dalam keluarga, seperti hubungan dengan pasangan kurang harmonis atau kesulitan mengasuh anak dapat memicu stres, yang sebenarnya dapat berlanjut pada stres kerja (Robbins, 1998). Berdasarkan hal tersebut, industri/organisasi dan karyawan seharusnya mempunyai strategi untuk menurunkan stres kerja bagi karyawan yang menjalani LDRs ini. Namun pada kenyataanya, belum banyak industri/organisasi di Indonesia yang memperhatikan masalah ini. Di Indonesia sendiri, masih banyak karyawan yang mengalami stres kerja dan mengeluhkan sulitnya membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga. Penelitian dari Regus dalam Sidakaton (2012) menunjukkan, 64% pekerja di Indonesia pada Tahun 2012 mengalami stres yang lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hasil penelitian lain, yang berlokasi di empat propinsi di Indonesia (Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Timur, Papua Barat) terhadap 1.473 responden, ditemukan bahwa hanya 37.44 % yang merasa puas terkait waktu yang dimiliki dengan keluarga (Perinelli & Beker, 2011). Stres kerja sendiri dapat berdampak negatif jika terjadi secara terus menerus dan membuat seorang individu berada pada situasi tertekan (Nguok, 2011). Dampak negatif dari stres kerja sendiri, diantaranya dapat menyebabkan gangguan kesehatan karyawan, terganggunya relasi dengan teman-teman dan keluarga, dan dapat berdampak pada kurangnya produktivitas karyawan (Ingram & Pilla, 2007). Hasil penelitian tiga pusat kesehatan kerja di Swedia dengan menggunakan Hopkins Symptom Check List, didapatkan bahwa 33%

4 kasus stres kerja berakibat pada kecenderungan gejala gangguan mental dan emosional (KGGME) (Setyawan, Amri & Sosrosumiharjo, 2008). Di sisi lain, beberapa literatur dan penelitian menunjukkan bahwa quality work life, kepuasan kerja dapat berperan dalam menurunkan stres kerja. Kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, dimana kepuasan kerja memiliki hubungan reflektif dengan stres kerja, karena kepuasan kerja sendiri merupakan persepsi dan pengalaman individu terhadap tempat kerja, dan saat kondisi/keadaan ini tidak sesuai, maka akan menimbulkan stres pada diri seorang karyawan. (As ad, 2008; Wijono, 2010). Hal tersebut sejalan dengan beberapa penelitian yang menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan stres kerja, dimana untuk mengatasi masalah stres kerja, suatu perusahaan harus selalu menjaga dan memperhatikan kepuasan kerja setiap karyawannya (Manzoor, Usmar, Nassem & Shafiq, 2011; Nguok, 2011; Chen, Ling, Wang & Hao, 2009). Selain kepuasan kerja, variabel baru yang belakangan ini juga berhubungan dengan stres kerja karyawan yaitu kualitas hidup pekerja (quality work life). Quality work life ini telah menjadi perhatian organisasi khususnya bagian pengembangan sumber daya manusia (Lian, Lin, & Wu, 2007), hal tersebut dikarenakan semakin lama semakin banyak karyawan yang sangat memperhatikan kualitas hidupnya (Quality of life). Quality work life merupakan budaya organisasi yang berorientasi pada keseimbangan antara produktifitas dan kesejahteraan karyawan (Riyono, 2012b). Beberapa penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara quality work life dan stres kerja, dimana

5 disebutkan bahwa jika karyawan mempunyai quality work life yang rendah, hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan stres kerja karyawan. (Pisheh, 2012; Charu, 2012; Bolhari, Rezaeean, Bolhari & Zare, 2012). Namun, ditemukan pula penelitian yang tidak sejalan dengan hasil penelitian tersebut. Hasil penelitian Mohammadi, et al. (2011), menyimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara quality work life, stres dan depresi pada perawat. Selain variabel quality work life dan kepuasan kerja, terdapat variabel lain yang dapat menurunkan stres kerja yaitu kebermaknaan kerja (meaning of work). Morin (2004) memaparkan bahwa seorang karyawan yang menganggap pekerjaanya bermakna, akan selalu bahagia dan merasa enjoy saat bekerja. Lebih lanjut, Morin (2008) dalam hasil penelitiannya juga menjelaskan bahwa meaning of work berhubungan positif terhadap kesejahteraan karyawan dan juga berhubungan negatif dengan distres. Berdasarkan uraian di atas, quality work life, kepuasan kerja dan kebermaknaan kerja merupakan variabel yang dapat menurunkan stres kerja karayawan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mempredikisi peran quality work life, kepuasan kerja, kebermaknaa kerja terhadap stres kerja pada karyawan yang menjalani LDRs. Penelitian dilakukan pada dua organisasi yaitu organisasi X dan Y, dimana kedua organisasi tersebut memiliki beberapa karyawan yang menjalani long distance relationship. Dalam organisasi X dan Y sendiri, didapati bahwa terdapat perbedaan stres kerja pada karyawan yang menjalani LDRs dan tidak menjalani LDRs di kedua organisasi tersebut,

6 dimana karyawan yang menjalani LDRs memiliki stres kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan yang tidak menjalani LDRs. B. Rumusan Permasalahan Hubungan long distance relationship (LDRs) merupakan fenomena yang semakin banyak menimpa karyawan, dan hal tersebut dapat berpotensi menimbulkan stres yang dapat berlanjut pada stres kerja. Penelitian mengenai stres kerja sejauh ini belum ditemukan pada subjek dengan karyawan yang menjalani LDRs baik dengan status sudah menikah maupun belum menikah. Di sisi lain, quality work life, kepuasan kerja, dan kebermaknaan kerja dinyatakan dapat menurunkan stres kerja. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mengajukan pertanyaan penelitian yaitu : Apakah terdapat peran quality work life, kepuasan kerja dan kebermaknaan kerja terhadap stres kerja pada karyawan yang menjalani LDRs di organisasi X dan Y? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk memprediksi peran quality work life, kepuasan kerja dan kebermaknaan kerja terhadap stres kerja pada karyawan yang menjalani long distance relationship di organisasi X dan Y.

7 D. Manfaat Penelitian Dengan memprediksi peran quality work life, kepuasaan kerja, dan kebermaknaan kerja terhadap stres kerja pada karyawan yang menjalani long distance relationship, maka ada beberapa manfaat yang diberikan dari penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan pengetahuan pada bidang psikologi, antara lain bidang Psikologi industri, Psikologi klinis dan Psikologi sosial. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan penelitian selanjutnya, khususnya yang tertarik melakukan penelitian mengenai quality work life, kepuasan kerja, kebermaknaan kerja, stres kerja, ataupun long distance relationship dalam konteks industri/organisasi. 2. Manfaat Praktis a. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi masyarakat, khususnya karyawan yang menjalani long distance relationship baik yang sudah menikah maupun yang masih berpacaran. Diharapkan dengan adanya penelitian ini, karyawan yang menjalani LDRs dapat mengelola hubungan dengan pasangan secara lebih baik, agar situasi LDRs tidak menimbulkan stres yang berlanjut pada stres kerja. Selain itu, karyawan juga mengetahui pentingnya suatu quality work life,

8 kepuasan kerja, dan kebermaknaan kerja untuk mengurangi stres kerja pada karyawan yang menjalani LDRs. b. Sebagai rujukan bagi setiap perusahan ataupun organisasi yang banyak menempatkan karyawanya di luar pulau/bahkan diluar negeri, sehingga memaksa karyawan tersebut jauh dari pasangannya, penelitian ini memberikan informasi mengenai pentingnya peran quality work life, kepuasan kerja, dan kebermaknaan kerja bagi karyawan yang menjalani LDRs. E. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya Penelitian terkait quality work life dan stres kerja sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Charu (2012) dalam penelitian berjudul Occupational stres and its impact on QWL with specific reference to hotel industry mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan ada pengaruh stres kerja terhadap quality work life di industri hotel. Hasil uji regresi menunjukkan hasil yang signifikan, dimana Nilai R-square= 0,596 dengan p= 0,000. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA, MANOVA dan regresi dengan subjek penelitian sebanyak 206 responden yang diambil dari Industri perhotelan, dimana terdiri dari 194 laki-laki dan 12 perempuan. Selanjutnya Mohammadi, etal.(2011) dalam hasil penelitian yang berjudul Relationship between psychological problems and quality of work life of intensive care units nurses. Penelitian ini menggunakan descriptive correlation. Subjek penelitian merupakan 143 perawat yang

9 bekerja di intensive care unit di Rumah Sakit Tehran Tahun 2010. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara quality work life dan stres (p=0,07) dan depresi (p=0,05), namun ditemukan korelasi terbalik yang lemah dengan kecemasan yaitu (p = 0,002, r = -0/27). Penelitian mengenai hubungan kepuasan kerja dan stres kerja sebelumnya dilakukan oleh Sen (2008) dalam penelitiannya berjudul Relationship between job satisfaction and job stres amongst teachers and managers. Penelitian ini menggunakan kuesioner stres kerja dan kepuasan kerja yang diberikan pada 31 guru dan 34 manajer di India. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara stres kerja dan kepuasan kerja pada guru dan manajer. Namun pada guru, pengalaman kerja dan kepuasan kerja mempengaruhi cara mereka untuk menghadapi stres kerja, sedangkan dalam kasus manajer ampaknya hal tersebut tidak begitu terlihat. Penelitian lain terkait kepuasan kerja dan stres kerja dilakukan oleh Manzoor et al. (2011) dengan judul A study of job stres and job satisfaction among Universities Faculty in Lahore, Pakistan. Salah satu kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara job stres dan job satisfaction. Penelitian mengenai variabel quality work life dan kepuasa kerja juga pernah dilakukan oleh Pratiwi (2010) dengan judul Quality work life (QWL) ditinjau dari kepuasan kerja dan persepsi terhadap kinerja. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survey, dengan sampel sebanyak 129 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif signifikan antara kepuasan kerja dan persepsi terhadap

10 kinerja secara bersama-sama terhadap QWL, dimana keduanya memberi sumbangan efektif sebesar 22,1%. Selanjutnya, penelitian mengenai long distance relationship juga telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Jimenez (2010) melakukan penelitian berjudul The regulation of psychological distance in long-distance relationships. Kuesioner online digunakan dalam penelitian ini, dengan subjek penelitian sebanyak 430 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan kecemasan yang terbilang tinggi pada individu yang menjalani LDRs, hal tersebut berdampak kurang baik terhadap kepuasan hubungan. Adapun prediktor yang paling berpengaruh membuat kecemasan yaitu karena kurangnya kepuasan dalam hubungan seksual yang berdampak pada kepuasan hubungan pada pasangan yang menjalani LDRs. Neustaedter dan Greenberg (2011) dalam penelitian dengan judul Intimacy in long distance relationship over video chat, menjelaskan bahwa video-chat ternyata bisa sangat membantu hubungan pasangan yang menjalani LDRs, dimana menggunakan video-chat dapat menciptakan suatu keunikan tersendiri dalam menjalin hubungan. Video-chat dapat menjaga keintiman antar pasangan dan menghilangkan idealization. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh melalui wawancara semi-structure, dengan subjek penelitian berjumlah 14 orang yang menjalani hubungan LDR, dan difokuskan pada individu yang menggunakan video-chat dalam menjalani hubungannya. Di Indonesia, ditemukan penelitian mengenai long distance relationship, dilakukan oleh Purba dan Siregar (2006) dengan judul

11 Gambaran stres pada mahasiswa yang menjalani hubungan jarak jauh. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan wawancara dan observasi, dengan subjek penelitian berjumlah tiga orang. Hasil penelitian menunjukkan, ketiga subjek dalam penelitian ini mengalami stres baik secara biologis maupun psikologis. Komponen keintiman dan komitmen menimbulkan stres yang paling besar pada ketiga subjek penelitian. Melihat penelitian-penelitain terdahulu yang sudah dipaparkan di atas, peneliti belum menemukan penelitian yang mempelajari peran quality work life, kepuasan kerja, dan kebermaknaan kerjaterhadap stres kerja. Selain itu, peneliti juga belum menemukan penelitian stres kerja yang menggunakan subjek karyawan yang menjalani long distance relationship. Dengan demikian, peneliti dapat menjamin dan mempertanggung jawabkan keaslian penelitian berjudul Quality work life, kepuasan kerja, dan kebermaknaan kerja terhadap stres kerja pada karyawan yang menjalani hubungan LDRs.