BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nurul Arini Pratiwi, 2013

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. individu dan kita dituntut untuk dapat memperoleh, memilih, serta mengolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan nasional mempunyai tuntutan yang mendasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia. Menurut Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007 Standar

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi terbatas oleh jarak dan waktu. Perkembangan ini menyebabkan

2014 PEMBELAJARAN BERMOD EL SIKLUS BELAJAR 7E UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS D AN PENGUASAAN KONSEP SISWA PAD A MATERI HID ROKARBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dewasa ini diarahkan untuk peningkatan kualitas belajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan Sumber daya insani yang sangat diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. telah melakukan berbagai macam upaya dalam meningkatkan kualitas

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. berpikirnya dan akibatnya hasil belajar siswa menjadi rendah.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Elly Hafsah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarina Hanifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak bisa. dipungkiri berdampak pada pendidikan,khususnya terhadap kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan pembaharuan pendidikan di Indonesia dewasa ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa yang terjadi di lingkungan sekitar (Sirhan, 2007:1). Ilmu kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

Oleh : SUBIARTI A

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga pembelajaran di SD haruslah

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh: BIVIKA PURNAMI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan. proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dominan dalam berbagai bidang kehidupan.. Salah satu bidang yang mengalami

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE, AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses panjang dan berkelanjutan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh: RIKKI ASMARANDANI A

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentunya tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. berhasilnya suatu pendidikan yang berada di negara tersebut. Berhasilnya

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran dan berpengaruh positif terhadap segala bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek penting bagi pengembangan sumber daya manusia karena merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang ini. Sejauh kita memandang maka harus sejauh itulah kita

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan. Negara yang maju pastilah memiliki tingkat pendidikan yang baik. Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat pendidikan yang dirasa kurang. Oleh karena itu berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan tingkat pendidikan di Indonesia. Pendidikan formal merupakan salah satu yang memberikan dampak besar terhadap pendidikan di Indonesia. Mengingat hal ini, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan senantiasa memperbaiki kurikulum yang digunakan di sekolah. Kurikulum yang digunakan mulai Tahun 2013 hingga saat ini adalah Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 menekankan pada pembelajaran yang menggunakan pendekaatan ilmiah karena dengan menggunakan pendekatan ini dianggap pembelajaran akan berlangsung dengan lebih efektif. Melihat pada pendidikan formal, pada setiap jenjang pendidikan selalu dijumpai mata pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan mata pelajaran ini dianggap penting untuk membangun cara berfikir siswa yang logis dan sistematis serta membiasakan perilaku peserta didik untuk taat aturan, selain itu diharapkan mata pelajaran ini dapat membantu siswa untuk menjawab tantangan global di masa yang akan datang. Namun kenyataan yang ada saat ini, matematika masih dianggap sulit untuk sebagian siswa sehingga hal ini membuat prestasi belajar matematika siswa tergolong rendah. Data yang diperoleh dari PAMER UN 2015 menyebutkan bahwa pada sub materi peluang suatu kejadian daya serap siswa SMA Negeri 1 Surakarta hanya sebesar 7,45%. Nilai daya serap ini lebih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata Kota Surakarta sebesar 8,09%, rata-rata Provinsi Jawa Tengah sebesar 10,79%, serta rata-rata nasional sebesar 12,39%. Jika dibandingkan dengan materi lain, misalnya dengan materi barisan dan deret, daya serap siswa pada materi ini sangat tinggi yaitu sebesar 92,55% sehingga semakin terlihat bahwa untuk sub 1

2 materi peluang suatu kejadian daya serap siswa sangat rendah. Kemudian untuk sub materi permutasi daya serap siswanya sebesar 69,88%, nilai ini bisa tergolong sedang. Namun karena sangat rendahnya daya serap siswa pada sub materi peluang suatu kejadian maka akan berakibat pada rata-rata daya serap pada materi peluang akan menjadi semakin rendah. Rendahnya daya serap akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap salah satu guru mata pelajaran matematika wajib kelas XI yaitu Suryanti, S.Si, mengungkapkan bahwa rendahnya daya serap pada sub materi peluang suatu kejadian tersebut dimungkinkan karena beberapa faktor, diantaranya : logis matematis siswa, kemampuan awal siswa, serta model pembelajaran. Beliau menjelaskan bahwa pada materi peluang diperlukan logis matematis yang tinggi untuk mampu memahami permasalahannya, setiap kejadian memiliki penyelesaian yang berbeda-beda. Kemudian kemampuan awal juga berpengaruh, kemampuan awal yang dimaksud adalah pengetahuan tentang konsep awal mengenai peluang. Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama PPL (Praktik Pengalaman Lapangan) beberapa guru masih menggunakan model pembelajaran langsung dengan metode ceramah sehingga pembelajaran masih terpusat pada guru. Model pembelajaran langsung adalah salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya memperhatikan dan memahami apa yang disampaikan oleh guru. Kebanyakan siswa hanya bergantung kepada materi yang disampaikan oleh guru tanpa mereka mencari pengetahuan materi itu sendiri sehingga siswa cenderung pasif saat pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E. Model pembelajaran Learning Cycle 7E menggunakan pendekatan konstruktivisme yang menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu model pembelajaran ini juga

3 memfasilitasi siswa agar mampu mengoptimalkan proses belajar mereka serta mengembangkan kemampuan nalar mereka pada suatu materi. Tahapan dalam model pembelajaran Learning Cycle 7E yaitu mendatangkan kemampuan awal siswa (elicit), membangkitkan aktivitas siswa (engagement), menyelidiki (explore), menjelaskan (explain), menerapkan (elaborate), mengevaluasi (evaluate), dan memperluas (extend). Model pembelajaran ini juga dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan scientifik sehingga akan sesuai dengan Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum yang sedang berlaku saat ini. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan siswa dapat lebih aktif serta ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan melalui diskusi kelompok. Adanya diskusi kelompok akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggali kemampuan mereka sendiri serta saling bertukar informasi diantara teman sekelompok sehingga secara tidak langsung hal ini dapat membuat prestasi belajar siswa menjadi lebih baik jika dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran langsung. Hal ini merujuk pada hasil penelitian Wulandari (2015) yang diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan pendekatan scientific memberikan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan model konvensional. Model pembelajaran Learning Cycle 7E mempunyai beberapa kelebihan antara lain model pembelajaran ini memfasilitasi siswa untuk dapat mengaplikasikan materi pembelajaran yang ia peroleh, siswa membangun pengetahuannya bersama dengan teman sekelompoknya serta dapat saling bertukar informasi, melatih siswa belajar melalui kegiatan eksperimen dalam proses pembelajarannya, membiasakan siswa mengembangkan sikap ilmiah dan belajar ilmiah, meningkatkan kemampuan mengungkapkan alasan, dan membuat situasi pembelajaran menjadi lebih menyenangkan. Faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri salah satunya adalah kecerdasan logis matematis siswa. Kecerdasan logis matematis adalah kecerdasan yang melibatkan keterampilan mengolah angka dengan baik serta kemahiran menggunakan

4 penalaran atau logika dengan benar. Kecerdasan logis matematis meliputi kepekaan pada hubungan logis, sebab-akibat, serta logika-logika lainnya dalam kegiatan pengklasifikasian, penyimpulan serta perhitungan. Kecerdasan logis matematis dianggap penting dalam pembelajaran matematika karena merupakan kemampuan dasar dari dalam diri siswa yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, logika, serta menyelesaikan masalah. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti membandingkan antara model Learning Cycle 7E dengan model pembelajaran langsung ditinjau dari kecerdasan logis matematis siswa di sekolah SMA Negeri 1 Surakarta pada materi peluang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang mungkin ditemui yaitu: 1. Ada kemungkinan model pembelajaran yang digunakan di sekolah masih dirasa kurang menarik bagi siswa dalam proses pembelajarannya. Model pembelajaran Learning Cycle 7E diharapkan dapat lebih menarik bagi siswa. Model pembelajaran yang berbeda mungkin akan menghasilkan tingkat pemahaman materi yang berbeda terhadap siswa. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 7E menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran langsung yang digunakan di sekolah pada materi peluang. 2. Rendahnya prestasi belajar siswa pada materi peluang mungkin disebabkan oleh kecerdasan logis matematis siswa yang rendah. Dalam hal ini, kecerdasan logis matematis siswa dianggap relatif tetap dalam diri siswa, sebelum ada perlakuan dari pihak luar untuk meningkatkan kecerdasan logis matematis. Oleh karena itu, perlu diteliti apakah kecerdasan logis matematis siswa mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa pada materi peluang.

5 C. Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penelitian serta agar dapat dilakukan penelitian dengan lebih baik, maka peneliti membatasi masalah penenlitian pada hal-hal berikut: 1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E pada kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung (untuk selanjutnya disebut model pembelajaran konvensional) pada kelas kontrol. 2. Kecerdasan logis matematis siswa dibatasi pada kemampuan numerik, kemampuan konsep aljabar, kemampuan deret bilangan, dan kemampuan logika (penalaran). Dalam hal ini, kecerdasan logis matematis siswa akan dibagi manjadi tiga skala ordinal yaitu tinggi, sedang, dan rendah. 3. Prestasi belajar dibatasi untuk prestasi belajar matematika dari segi pengetahuan (kognitif) pada materi peluang kelas XI MIPA SMA. 4. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Surakarta kelas XI MIPA semester genap tahun pelajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik antara pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E atau dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi peluang? 2. Manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi atau sedang, antara siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi atau rendah, dan antara siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang atau rendah dalam pembelajaran pada materi peluang? 3. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa dengan kecerdasan logis matematis

6 tinggi atau sedang, antara siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi atau rendah, dan antara siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang atau rendah dalam pembelajaran pada materi peluang? 4. Pada masing-masing tingkat kecerdasan logis matematis, manakah yang menghasilkan prestasi belajar lebih baik antara siswa yang memperoleh model pembelajaran Learning Cycle 7E atau siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pada materi peluang? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi peluang. 2. Untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang dan rendah, dan prestasi belajar siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logis matematis rendah dalam pembelajaran pada materi peluang. 3. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran, apakah prestasi belajar siswa dengan kecerdasan logis matematis tinggi lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang dan rendah, dan prestasi belajar siswa dengan kecerdasan logis matematis sedang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan logis matematis rendah dalam pembelajaran pada materi peluang 4. Untuk mengetahui pada masing-masing tingkat kecerdasan logis matematis, apakah prestasi belajar siswa yang memperoleh model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik daripada siswa yang memperoleh model pembelajaran konvensional dalam pembelajaran pada materi peluang.

7 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa, maupun peneliti lain. Adapun manfaatnya yaitu sebagai berikut : 1. Bagi Guru Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran konvensional sehingga model pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik. 2. Bagi Siswa Lebih aktifnya siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat memberikan prestasi belajar siswa yang lebih baik daripada menggunakan model konvensional untuk setiap tingkat kecerdasan logis matematis, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat menjadi lebih baik dengan meningkatnya keaktifan siswa. 3. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian sejenis pada materi lain ataupun dengan tinjauan lain dengan subjek penelitian yang lain pula.