II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

MAKALAH SEMINAR BAB I. PENDAHULUAN

BAB VIII ANALISIS KELAYAKAN PENGUSAHAAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN NON SPO

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN Konsep Pendapatan dan Biaya Usahatani. keuntungan yang diperoleh dengan mengurangi biaya yang dikeluarkan selama

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VI. ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA USAHATANI JAMBU BIJI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor Penting yang Memengaruhi Dayasaing Suatu Komoditas

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

VIII. DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KEUNTUNGAN DAN DAYA SAING RUMPUT LAUT

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN EKONOMI AGRIBISNIS NANAS

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang menghubungkan

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

IV. METODE PENELITIAN

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan tujuan penelitian dan hasil analisis, maka pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR TABEL. 1. Produksi manggis di Pulau Sumatera tahun Produksi manggis kabupaten di Provinsi Lampung tahun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tanggamus terbentuk atas dasar Undang-undang Nomor 2 tertanggal 3

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS TATANIAGA BERAS

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I. PENDAHULUAN *

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output

I. PENDAHULUAN. kedudukannya di Indonesia. Potensi sumber daya alam di Indonesia yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Umum Nanas

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Analisis Pemasaran Kakao (P4MI) Wednesday, 04 June :07 - Last Updated Tuesday, 27 October :46

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa bawah bimbingan ARIF IMAM SUROSO).

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB VI PENGEMBANGAN KEGIATAN USAHATANI ANGGOTA

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

7. KINERJA RANTAI PASOK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

Transkripsi:

8 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah pepaya Pepaya (Carica papaya L.) berasal dari daerah tropis Amerika Tengah dan Hindia Barat yaitu sekitar Mexico, Costa Rica dan Nikaragua. Melalui pelautpelaut bangsa Portugis pada abad ke-16 tanaman ini tersebar sampai ke Afrika, Asia serta daerah lainnya. Pada abad ke-17 pepaya menjadi lebih popular dan tersebar luas di kepulauan Hawaii dan pulau lainnya di Lautan Fasifik. Tanaman pepaya banyak ditanam orang baik di daerah tropis maupun sub tropis, di daerah-daerah basah dan kering atau di pegunungan (sampai 1000m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja yang bermutu dan bergizi tinggi 1 2.2. Standar Prosedur Operasional Standar Prosedur Operasional (SPO) merupakan uraian tentang tahapan proses pekerjaan yang terdiri dari serangkaian atau beberapa kegiatan yang melibatkan beberapa fungsi. Manfaat dengan adanya SPO adalah dapat dijadikan sebagai alat untuk melakukan pengawasan pada setiap kegiatan; dan dasar pelaksanaan audit internal maupun eksternal. 2.2.1. Langkah Langkah Pembuatan SPO Dalam pembuatan atau penyusunan SPO dilakukan melalui beberapa tahapan yang perlu dilakukan antara lain : 1. Persiapan terdiri dari : Menetapkan target produksi, baik target kuantitas maupun kualitas yang ingin dicapai. 1 http :// www. Warintek.progressio. or.id. November 2006.

9 Menetapkan proses produksi atau tahapan yang akan dilaksanakan. Membuat/menyusun draft SPO 2. Review dan persetujuan 3. Revisi dan review 4. Check list 5. Kontrol dokumen SPO merupakan suatu dokumen pribadi seorang petani atau pelaku usaha atau suatu perusahaan, karena masing masing pelaku uasaha mempunyai target produksi yang berbeda. Untuk membuat atau menyusun SPO ada beberapa langkah yang perlu ditempuh yaitu : Mengidentifikasi langkah langkah yang akan dilaksanakan. Mencari referensi berupa literatur, standar, publikasi, peraturan. Mengurutkan langkah langkah yang akan dilakukan. Memverifikasi terhadap prosedur. 2.2.2. Standar Prosedur Operasional Petani Pepaya Desa Pasirgaok Target merupakan acuan utama yang digunakan untuk menyusun SPO yang akan diterapkan pada kebun petani sesuai dengan pasar yang dibidik. Pada saat ini target yang akan dicapai oleh petani pepaya Kelompok tani Rancasari di Desa Pasirgaok adalah : 1. Produktivitas 75 kg/pohon/thn atau 75 ton/ ha/ thn. 2. Jumlah kelas A ( 1,5 2 kg) sebanyak 30 persen 3. Jumlah kelas B ( 1 1,4 kg) sebanyak 30 persen 4. Jumlah Kelas C ( 0,9 0,7 kg) sebanyak 20 persen 5. Jumlah kelas D ( < 0,7 atau > 2 kg) sebanyak 20 persen

10 2.3. Studi Penelitian Terdahulu 2.3.2. Studi Tentang Tanaman Pepaya Yuntini (2000) melakukan penelitian dengan judul Analisis Usahatani Komoditas Pepaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pendapatan atau keuntungan dari usahatani pepaya dengan usahatani komoditas alternatif yaitu pisang, talas, singkong, bengkuang, padi dan jagung. Pada komoditas alternatif ini petani sudah mendapatkan keuntungan dalam umur pengusahaan selama satu tahun dengan jumlah masing-masing bervariasi, sedangkan untuk pepaya pada tahun pertama petani masih menderita kerugian, pada tahun ke dua hingga ke empat baru petani memperoleh keuntungan. Hasil perhitungan pada discount rate 23 persen diperoleh NPV Rp 4.920.226,17 dan Net B/C 2,18 sehingga memenuhi kriteria kelayakan namun dari hasil analisis sensitivitas terhadap penurunan harga output pepaya dan tingkat produktivitas diketahui bahwa usahatani pepaya menjadi tidak layak apabila dibandingkan dengan usahatani komoditas pembanding, yaitu pada kondisi harga output turun 15 persen dan produktivitas turun 10 persen, harga output turun 15 persen dan produktivitas turun 20 persen, harga output turun 25 persen dan produktivitas turun 10 persen, harga output turun 25 persen dan produktivitas turun 20 persen, serta pada saat harga output turun 25 persen dan produktivitas tetap. Permana, (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa Pengusahaan pepaya di Desa Nagrak, untuk perbandingan dengan pepaya lokal mempunyai nilai keuntungan privat (PP) sebesar Rp 378,71 per kilogram dan keuntungan

11 sosial (PS) sebesar Rp 695,47 per kilogram nilai rasio biaya privat (PCR) sebesar 0,56 (PCR <1) dan nilai rasio biaya sumberdaya domestik (DRC) sebesar 0,39 (DRC <1). Untuk perbandingan dengan pepaya impor mempunyai nilai PP sebesar Rp 378,71 per kilogram dan PS sebesar Rp 483,82 per kilogram, sedangkan nilai PSR sebesar 0,56 (PCR <1) dan nilai DRC sebesar 0,22 (DRC,1) Pengusahaan pepaya di Desa Pasirgaok. Untuk perbandingan dengan pepaya lokal mempunyai nilai PP sebesar Rp 792,79 per kilogram dan PS sebesar Rp 483,82 per kilogram, nilai PCR sebesar 0,44 (PCR <1) dan nilai DRC sebesar 0,57 (DRC < 1). Untuk perbandingan dengan pepaya impor mempunyai nilai PP sebesar Rp 792,79 per kilogram dan PS sebesar Rp 1.421,21 per kilogram, nilai PCR sebesar 0,44 (PCR <1) dan nilai DRC sebesar 0,31 (DRC < 1). Hal ini menunjukkan bahwa indikator tersebut mempunyai arti bahwa usahatani pepaya mempunyai keuntungan dan layak untuk terus dijalankan. 2.3.3. Studi Tentang Pemasaran Hasil penelitian Ernawati (1999), menunjukkan bahwa saluran pemasaran buah durian Simas dan Matahari di Desa Rancamaya terdiri dari empat pola saluran pemasaran dan dibagi lagi menjadi tiga berdasarkan mutunya yaitu mutu I, mutu II, dan mutu III tiap polanya. Hasil analisis margin pemasaran yang diperoleh menunjukkan bahwa marjin pemasaran terkecil terdapat pada mutu III dari setiap pola pemasaran yang ada. Hal ini disebabkan harga jual lebih rendah dibandingkan mutu I dan mutu II. Dari keempat pola pemasaran yang ada, saluran pemasaran yang paling efisien adalah pola IV karena memiliki pola terpendek, dimana lembaga pemasaran yang terlibat hanya petani. Hal ini disebabkan karena pola IV memiliki keuntungan yang tinggi, biaya yang kecil, farmer s share yang

12 tinggi. Seluruh keuntungan diperoleh petani. Petani dapat menetapkan harga yang lebih tinggi karena mereka satu-satunya lembaga yang terlibat di dalam pola ini. Meskipun demikian petani harus siap menghadapi seluruh resiko yang akan terjadi, yaitu apabila buah tidak laku terjual. Prestiani (2004), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rantai pemasaran untuk buah-buahan unggulan di Kabupaten Serang, yaitu buah durian, pisang, rambutan dan salak berbeda-beda. Jalur pemasaran durian dan pisang terdiri dari dua jalur pemasaran. Sedangkan untuk salak dan rambutan terdiri dari tiga saluran pemasaran. Struktur pasar yang terjadi adalah cenderung oligopoli, yaitu lebih banyak penjual dibandingkan pembeli. Pembentukan harga yang terjadi dilakukan dengan tawar-menawar antara petani dan pedagang dengan pembayaran secara tunai. Farmer s share terbesar yang diterima petani durian dan pisang adalah pada jalur pemasaran kedua yaitu sebesar 70,00 persen, sedangkan untuk pisang sebesar 40,00 persen dari harga jual pedagang pengecer. Sementara itu farmer s share terbesar yang akan diterima petani salak dan rambutan adalah pada jalur pemasaran ketiga yaitu sebesar 50,00 persen untuk salak dan 53,33 persen pada rambutan. Dari penelitian terdahulu terlihat pada umumnya penelitian yang dilakukan untuk analisis pendapatan usahatani dilakukan pada usahatani pepaya dengan perbandingan atas beberapa komoditas, selain itu untuk komoditi pepaya berdasarkan SPO belum ada yang meneliti. Karena itu dalam penelitian kali ini peneliti tertarik untuk meneliti pendapatan Usahatani dan pemasaran pepaya California yang sudah menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO), meliputi tata cara budidaya yang dilakukan dimulai dari persiapan dan pengolahan lahan

13 sampai dengan pemanenan dan pemasaran di bandingkan dengan usahatani pepaya yang belum menerapkan SPO.

14