BAB I PENDAHULUAN. Selama ini, dalam penetapan awal dan akhir Kamariah 1 khususnya bulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Rukyat adalah kegiatan yang berisi usaha melihat hilal atau Bulan

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL BULAN QAMARIAH DR. ING. KHAFID DALAM PROGRAM MAWAAQIT. A. Analisis terhadap Metode Hisab Awal Bulan Qamariah dalam

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG. Rakitan merupakan salah satu desa dari 14 desa yang ada di Kecamatan Sluke. 1

BAB IV KELAYAKAN PANTAI PANCUR ALAS PURWO BANYUWANGI SEBAGAI TEMPAT RUKYAH DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelangsungan kegiatan peribadatan umat islam. Ketepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul

BAB IV ANALISIS BUKIT RAKITAN, SLUKE, REMBANG SEBAGAI LOKASI RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang digunakannya Bukit Rakitan, Sluke, Rembang

BAB V PENUTUP. Rukyat al-hilal tentang latar belakang penggunaan Bukit Rakitan, Sluke, a) Sebagai upaya Badan Hisab Rukyat (BHR) Rembang dalam mencari

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI UJUNG PANGKAH GRESIK SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Latar Belakang Penggunaan Pantai Ujung Pangkah Sebagai Tempat

BAB I PENDAHULUAN. sebuh aktivitas yang penting dalam setiap penentuan awal bulan kamariah.

BAB I PENDAHULUAN. dan hari raya Islam (Idul fitri dan Idul adha) memang selalu diperbincangkan oleh

BAB IV KELAYAKAN POS OBSERVASI BULAN BUKIT SYEH BELA-BELU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN BUKIT WONOCOLO BOJONEGORO SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun sering kali ditemukan perbedaan dalam penentuan awal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dalam hal ini dilaksanakan oleh Kementerian Agama, awalnya

Proposal Ringkas Penyatuan Kalender Islam Global

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI KARTINI JEPARA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL A. Faktor yang Melatarbelakangi Penggunaan Pantai Kartini Jepara

BAB I PENDAHULUAN. hadirnya hilal. Pemahaman tersebut melahirkan aliran rukyah dalam penentuan

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

BAB IV PERBEDAAN DAN PERSAMAAN DALAM PENENTUAN AWAL BULAN SYAWAL 1992, 1993, 1994 M DAN AWAL ZULHIJAH 2000 M ANTARA NAHDLATUL ULAMA DAN PEMERINTAH

Tugas Penulisan Karya Tulis Ilmiah (Materi : Batasan dan Ragam KTI)

BAB I PENDAHULUAN. Lapisan udara yang melindungi bumi disebut atmosfer 1. Atmosfer juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI KALENDER HIJRIYAH GLOBAL TUNGGAL

BAB II TEORI-TEORI TENTANG KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. Secara etimologis kata Rukyat berasal dari Bahasa Arab yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum penetapan bulan kamariah ini telah dibahas oleh nash-nash

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai penentuan arah kiblat, khususnya di Indonesia sudah

BAB IV UJI KELAYAKAN PANTAI UJUNGNEGORO KABUPATEN BATANG SEBAGAI TEMPAT RUKYATUL HILAL A. UJI KELAYAKAN BERDASARKAN KONDISI GEOGRAFIS

Awal Ramadan dan Awal Syawal 1433 H

BAB II TEORI VISIBILITAS HILAL

BAB I PENDAHULUAN. segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang. sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya

Abdul Rachman dan Thomas Djamaluddin Peneliti Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

IMKAN RUKYAT: PARAMETER PENAMPAKAN SABIT HILAL DAN RAGAM KRITERIANYA (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

BAB IV ANALISIS KONSEP MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI. A. Kriteria Visibilitas Hilal RHI Perspetif Astronomi

BAB III HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO. A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo

BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL. Kata rukyat menurut bahasa berasal dari kata

PREDIKSI KEMUNGKINAN TERJADI PERBEDAAN PENETAPAN AWAL RAMADHAN 1433 H DI INDONESIA. Oleh : Drs. H. Muhammad, MH. (Ketua PA Klungkung)

BAB I PENDAHULUAN. keislaman yang terlupakan, padahal ilmu ini telah dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah penentuan awal bulam kamariah terkadang menjadi

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI NAMBANGAN SURABAYA SEBAGAI TEMPAT RUKYAT HILAL. A. Analisis Latar Belakang Pemakaian Pantai Nambangan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kalender Islam ditentukan berdasarkan penampakan hilal 1. pertama) sesaat sesudah matahari terbenam 2. Kalender Islam inilah yang

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal

BAB IV ANALISIS UJI KELAYAKAN TEMPAT RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Analisis Dasar Pertimbangan Pantai Alam Indah Tegal Dijadikan

Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (MENUJU PENYATUAN KALENDER ISLAM DI INDONESIA)

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini umat Islam di dunia sering mengalami perbedaan dalam

INFORMASI ASTRONOMIS HILAL DAN MATAHARI SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 8 DAN 9 SEPTEMBER 2010 PENENTU AWAL BULAN SYAWWAL 1431 H

PENENTUAN AWAL BULAN QOMARIAH DI INDONESIA BERDASARKAN DATA PENGAMATAN HILAL BMKG

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari ah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG KRITERIA TEMPAT RUKYAT YANG IDEAL. A. Konsep Pemikiran Thomas Djamaluddin Tentang Tempat Rukyat

BAB IV UJI KELAYAKAN DAN VERIFIKASI PANTAI PASIR PUTIH SEBAGAI TEMPAT RUKYAT DALAM PENENTUAN AWAL BULAN KAMARIAH

BAB I PENDAHULUAN. baik secara nasional maupun internasional dalam halnya menentukan awal bulan

BAB VII PRAKTIK RUKYAT HILAL

Mam MAKALAH ISLAM. Potensi Rembang Jawa Tengah Sebagai Pusat Observatorium Bulan (POB)

Hisab dan Rukyat Setara: Astronomi Menguak Isyarat Lengkap dalam Al-Quran tentang Penentuan Awal Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan metode yang berbeda dalam menetapkan awal bulan hijriyah.

1 ZULHIJJAH 1430 HIJRIYYAH DI INDONESIA Dipublikasikan Pada Tanggal 11 November 2009

BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PANTAI ANYER BANTEN SEBAGAI TEMPAT RUKYAT AL-HILAL. A. Analisis Latar Belakang Penggunaan Pantai Anyer Banten Sebagai

Penentuan Awal Bulan Qamariyah & Prediksi Hisab Ramadhan - Syawal 1431 H

Perbedaan Penentuan Awal Bulan Puasa dan Idul Fitri diantara Organisasi Islam di Indonesia: NU dan Muhammadiyah

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 23 JANUARI 2012 M PENENTU AWAL BULAN RABI UL AWAL 1433 H

KAJIAN ALGORITMA MEEUS DALAM MENENTUKAN AWAL BULAN HIJRIYAH MENURUT TIGA KRITERIA HISAB (WUJUDUL HILAL, MABIMS DAN LAPAN)

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN SUSIKNAN AZHARI TENTANG UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DAN PROSPEKNYA MENUJU UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaannya dengan penentuan awal bulan kamariah 1. Bahkan karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM BUKIT WONOCOLO. A. Sejarah Digunakannya Bukit Wonocolo Bojonegoro sebagai Tempat

ANALISIS PEMIKIRAN KRITERIA IMKAN AR-RUKYAH. MOHD. ZAMBRI ZAINUDDIN dan APLIKASI di INDONESIA

KONSEP BEST TIME DALAM OBSERVASI HILAL MENURUT MODEL VISIBILITAS KASTNER

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

PERBEDAAN IDUL FITRI: HISAB, RU YAH LOKAL, DAN RU YAH GLOBAL

DAFTAR PUSTAKA. Azhari, Susiknan Kalender Islam ke Arah Integrasi Muhammadiyah NU, Yogyakarta: Museum Astronomi Islam, 2012

BAB III PANTAI NAMBANGAN SURABAYA. A. Sejarah Pelaksanaan Rukyat di Nambangan. yang sepi, masih berupa pantai dan kebun-kebun di daratannya.

BAB III RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI ALAM INDAH TEGAL. A. Letak Geografis Pantai Alam Indah Tegal ( PAI )

BAB II PARAMETER TEMPAT RUKYATUL HILAL IDEAL. yakni rukyat dan hilal. Kata rukyat merupakan bentuk masdar dari fi il ra a

BAB III RESPONS ULAMA NU DAN MUHAMMADIYAH KUDUS TERHADAP UPAYA UNIFIKASI KALENDER HIJRIAH DI INDONESIA PERSPEKTIF ASTRONOMI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan agama yang lain adalah bahwasannya peribadatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu falak merupakan ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita.

Kapan Idul Adha 1436 H?

BAB I PENDAHULUAN. muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam yang pelaksanaannya dikaitkan

BAB III PEMIKIRAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG KRITERIA TEMPAT RUKYAT YANG IDEAL. A. Sekilas Tentang Thomas Djamaluddin. 1. Biografi Thomas Djamaluddin

BAB III GAMBARAN UMUM PANTAI UJUNG PANGKAH. A. Sejarah Penggunaan Pantai Ujung Pangkah sebagai Tempat Rukyat Al-

ASTROFOTOGRAFI SEBAGAI TEKNIK RU'YAT MENURUT FIQH ASTRONOMI

HASIL OBSERVASI BULAN SABIT JANUARI 2007 JANUARI 2008 RUKYATUL HILAL INDONESIA

LEBARAN KAPAN PAK?? Oleh : Mutoha Arkanuddin Koord. Rukyatul Hilal Indonesia (RHI)

BAB III PEMIKIRAN MUH. MA RUFIN SUDIBYO TENTANG KRITERIA VISIBILITAS HILAL RHI

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM RABU, 24 SEPTEMBER 2014 M PENENTU AWAL BULAN DZULHIJJAH 1435 H

BAB III METODE PENELITIAN. misalnya masyarakat ataupun suatu lembaga. 1 Penelitian ini dilakukan

IMKAN AL-RUKYAT MABIMS SOLUSI PENYERAGAMAN KELENDER HIJRIYAH

BAB IV KONSEPSI PENYATUAN KALENDER HIJRIAH TERHADAP POLA SIKAP PP. MUHAMMADIYAH. A. Analisis Sikap PP. Muhammadiyah Terhadap Penyatuan Sistem

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYATUL HILAL

BAB I PENDAHULUAN. (hisab) maupun pengamatan hilal (rukyat). Sehingga tidak jarang. perdebatan umat dibanding persoalan penentuan waktu salat dan arah

BAB IV ANALISIS PANDANGAN MUHAMMADIYAH DAN THOMAS DJAMALUDDIN TENTANG WUJU<DUL HILAL

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar penduduknya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini, dalam penetapan awal dan akhir Kamariah 1 khususnya bulan Ramadhan, Syawal serta Dzulhijjah selalu terjadi perbedaan yang tidak jarang mengakibatkan kerusuhan di kalangan umat Islam, sehingga persoalan yang semestinya klasik ini, namun menjadi selalu aktual terutama di saat menjelang penentuan awal bulan-bulan tersebut. 2 Salah satu penyebab timbulnya permasalahan itu adalah pendefinisian tentang hilal 3. Hilal merupakan patokan dapat diketahuinya awal maupun akhir bulan Kamariah. Penentuan awal dan akhir bulan Kamariah sangat penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah yang dianggap istimewa dalam Islam yang dilaksanakan pada bulan-bulan tersebut. Di antara ibadah-ibadah itu adalah puasa Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha, ibadah haji dan sebagainya, semuanya 1 Kamariah adalah 1. Berkenaan dengan Bulan; 2. Dihitung menurut peredaran Bulan (tt kalender, penanggalan). Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi IV, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 2008, hlm. 611. Bandingkan dengan Qamariah dalam kamus ilmu falak Muhyidin khazin, adalah sistem penanggalan yang didasarkan pada peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Lihat dalam Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Cet I, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, hlm. 67. 2 Sebagaimana dalam istilah Ibrahim Husain persoalan penentuan awal bulan ini disebut sebagai persoalan klasik nan aktual, baca Ibrahim Husain, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penetapan Awal Bulan Ramadhan, Syawal, Dzulhijjah, dalam Mimbar Hukum, Aktualisasi Hukum Islam, No. 06, th 1992, hlm. 1-3. 3 Hilal atau Bulan sabit atau dalam istilah astronomi disebut crescent adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat dari bumi ketika sesaat setelah Matahari terbenam pada hari telah terjadinya ijtima atau konjungsi. Pendapat A. Ghazalie Masroerie dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang di selenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang Rukyat al-hilal, Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari 2008, hlm. 4. 1

2 diperhitungkan menurut perhitungan bulan Kamariah. 4 Salah satu upaya untuk menentukan awal bulan Kamariah adalah dengan melakukan rukyat al-hilal. Rukyat al-hilal adalah melihat atau mengamati hilal pada saat Matahari terbenam menjelang awal bulan Kamariah dengan mata telanjang ataupun peralatan rukyat lainnya, rukyat al-hilal dalam istilah Astronomi lebih dikenal dengan observasi. 5 Rukyat (observation) memiliki kelebihan, yaitu merupakan metode ilmiah yang akurat. Hal itu terbukti dengan berkembangnya ilmu falak (astronomi) pada zaman keemasan Islam. Para ahli terdahulu melakukan pengamatan secara serius dan berkelanjutan, yang akhirnya menghasilkan zij-zij (tabel-tabel astronomis) yang terkenal dan hingga kini masih menjadi rujukan, seperti Zij al- Jadid karya Ibnu Shatir (1306 M/706 H) 6 dan Zij Jadidi Sultani karya Ulugh Beg (1394 1449 M/ 797 853 H). 7 Kedua, Galileo Galilei (1564 1642 M/ 972 1052 H) 4 Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan Matahari, puasa Ramadhan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya diperhitungkan menurut perhitungan bulan Kamariahlm. Lihat Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 98. 5 Selengkapnya lihat dalam Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 183. 6 Penjelasan selengkapnya mengenai teori-teori dan hasil pengamatan yang dikembangkan Ibnu Shatir dapat dibaca dalam karya George Saliba. Lihat George Saliba. A History of Arabic Astronomy, New York: New York University Press, 1994, hlm. 233-241. 7 Baca John L. Esposito. The Oxford Encyclopaedia of The Modern Islamic World, vol. I, hlm. 147. Perhatikan pula Abd. Rahman Omar. Islam dan Astronomi dalam Sains Menurut Perspektif Islam, Bangi: Pusat Pengajian Umum Universiti Kebangsaan Malaysia, 1994, Cet.7, hlm. 25.

3 adalah perintis ke jalan pengetahuan modern. Ia menggunakan observasi untuk membuktikan suatu kebenaran. 8 Namun rukyat juga memiliki kelemahan, petama, hilal pada tanggal satu sangat tipis sehingga sangat sulit dilihat oleh orang biasa (mata telanjang), apalagi tinggi hilal kurang dari 2 derajat. Selain itu, ketika matahari terbenam (sunset) di ufuk sebelah barat masih memancarkan sinar berupa mega merah (asy-syafaq alahmar). Mega inilah yang menyulitkan melihat bulan sendiri dalam kondisi bulan mati. Kecerahan atau kuat cahaya hilal fase pertama tidak sampai 1% dibanding cahaya bulan purnama. Cahaya hilal sangat lemah dibandingkan cahaya matahari maupun cahaya senja, sehingga teramat sulit mengamati hilal yang kekuatan cahayanya kurang dari itu. 9 Kedua, kendala cuaca. Di udara terdapat banyak partikel yang dapat menghambat pandangan mata terhadap hilal, seperti kabut, hujan, debu, dan asap. 10 Gangguan-gangguan ini mempunyai dampak terhadap pandangan pada hilal, termasuk mengurangi cahaya, mengaburkan citra dan menghamburkan cahaya hilal. Hujan yang ringan akan membatasi antara 3-10 km dan hujan lebat 8 Galileo Galilei yang menemukan adanya gaya tarik benda, hukum jatuhnya suatu benda kemudian menyingkap bagian-bagian matahari, menemukan teleskop dan mikroskop, seta mendukung teori Copernicus tentang berputarnya bumi mengelilingi matahari. Lihat Louis Awwad, Thaurah al- Fikr fi Asr al-nahdah al- Urubiyah, Kairo: Markaz al-ahkam Li Tarjamah wa Nasr, 1987, hlm. 273. Baca juga M. Aunul Abied Shahlm, Islam Garda Depan Mosaik Pemikiran Islam Timur Tengah, Bandung: Mizan, 2001, Cet.I, hlm. 102. 9 Moedji Raharto berpendapat bahwa fase pencahayaan sebesar 1% sudah visibel. selengkapnya baca Rubrik Saintek, dalam harian Republika, Minggu 1 Desember 2002, hlm. 13. 10 Selengkapnya baca Farid Ruskanda. 100 Masalah Hisab & Rukyat, Jakarta: Gema Insani Press, hlm. 53-54.

4 akan membatasi pandangan 50-500 km. 11 dengan demikian kondisi cuaca adalah faktor yang dominan mempengaruhi keberhasilan rukyat al-hilal. 12 Ketiga, kualitas perukyat. Metode rukyat memiliki potensi terjadinya kekeliruan yang lebih besar dibandingkan hisab. Hal ini disebabkan karena rukyat adalah observasi yang bertumpu pada proses fisik (optik dan fisiologis) dan kejiwaan (psikis), juga keterampilan. 13 Selain beberapa faktor diatas, ada faktor lain yang sangat penting karena juga sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan maupun hasil rukyat, yaitu faktor lokasi rukyat. Pada dasarnya, tempat yang baik untuk melakukan observasi awal bulan Kamariah adalah tempat yang memungkinkan pengamat dapat mengadakan observasi di sekitar tempat terbenamnya matahari, medan pandang ke arah ufuk Barat terbuka, sebaiknya dengan rentang 28,5 derajat ke utara dan selatan, baik dari bukit maupun di pantai. 14 Daerah tersebut diperlukan terutama jika observasi 11 Ibid., 12 Ada daerah-daerah yang setiap dan sepanjang harinya turun hujan, misalnya Tasmania, Australia Selatan yang tidak memungkin kan bulan dapat dilihat. Begitu pula ada daerah-daerah dimana matahari tidak berkulminasi atau biasa disebut kain haula al-qutb atau Circumpolar. Selengkapnya baca juga Ujang Jamaluddin. Ihwal Rukyatul Hilal, dimuat dalam harian Pelita, 6 Mei 1988, hlm. 10. 13 Cahaya hilal yang ditangkap oleh retina mata akan diubah menjadi isyarat elektrik pada simpul syaraf dan dialirkan ke otak melalui urat syaraf. Berdasarkan pengetahuan atau pengalaman tentang bentuk, warna hilal maka otak melakukan proses pencerapan bahwa objek yang diterima oleh mata itu adalah hilal. Dalam dua proses (fisis dan psikis) yang paling dominan adalah proses psikis. Jadi, penglihatan hilal yang diterima sangat dipengaruhi oleh pengalaman, teori ataupun persepsi sebelumnya tentang hilal. Maka Tidaklah mengherankan jika ada perukyah yang baru dapat menyaksikan terbitnya hilal setelah mencobanya setelah mencobanya setelah 12 tahun. Ada pula perukyah yang telah puluhan tahun bertugas mengamati dengan yakin menyatakan melihat hilal dengan tanduk mengarah ke bawah. Padahal, hilal yang sebenarnya memiliki tanduk menghadap ke atas karena matahari selalu berada di bawah bulan setelah matahari terbenam. Lihat selengkapnya, Farid Ruskanda, op.cit, hlm. 44. 14 Informasi penulis peroleh dari wawancara dengan Thomas Djamaluddin (Peneliti Astronomi LAPAN) via facebook. Pada Sabtu, 22 September 2012 pukul 20:00 WIB.

5 dilakukan sepanjang musim dengan mempertimbangkan pergeseran matahari dan bulan dari waktu ke waktu. Lokasi rukyat juga harus memiliki kondisi atmosfer yang baik, debu, asap pabrik, serta polusi cahaya di sekitar arah terbenamnya matahari dapat menyebabkan terganggunya proses rukyat. Dalam pelaksanaan rukyat al-hilal juga diperlukan koordinasi yang baik antar tim rukyat yang tersebar di berbagai tempat demi menjaga dan meminimalisir kesalahan-kesalahan hasil pengamatan. Maka dari itu, haruslah dipastikan bahwa seluruh lokasi pengamatan rukyat mudah diakses dan mempunyai coverage jaringan seluler yang mudah sehingga dapat langsung melaporkan hasil rukyat tanpa disertai gangguan komunikasi. 15 Selain itu, lokasi rukyat juga sebaiknya memiliki akses jalan yang mudah, karena jika lokasi rukyat susah dijangkau, akan menguras waktu dan tenaga para perukyat, sedangkan rukyat sangat memerlukan ke-fokus-an, juga sebaiknya lokasi rukyat dekat dengan sumber listrik serta dilengkapi fasilitas penunjang lainnya. Oleh karena itu, tidak heran jika pelaksanaan rukyat gagal, padahal secara perhitungan data astronomis tinggi hilal sudah mencukupi. Setiap menjelang awal bulan Ramadlan dan Syawal, hampir di semua titik lokasi rukyat tertentu selalu dilakukan rukyat al-hilal namun keberhasilannya masih sangat minim. Ada lokasi rukyat al-hilal yang pernah dilaporkan berhasil melihat hilal namun sangat jarang misalnya seperti Pantai Alam Indah Tegal, 15 Informasi diperoleh dari hasil wawancara kepada Muh. Ma rufin Sudibyo via facebook. Sabtu, 22 September 20. 05 WIB.

6 menara al-husna Masjid Agung Jawa Tengah, ada juga lokasi rukyat al-hilal yang tidak pernah dilaporkan berhasil melihat hilal, yaitu lokasi rukyat al-hilal di Bukit Rakitan, Sluke, Rembang. 16 Dari sinilah, penulis tertarik untuk meneliti bukit Rakitan tersebut sebagai salah satu lokasi rukyat. Selama digunakan sebagai lokasi rukyat al-hilal oleh Badan Hisab Rukyat (BHR) Rembang tahun 2011 hingga 2012, Rukyat di Bukit tersebut belum pernah dilaporkan berhasil melihat hilal, apakah faktor penyebab gagalnya karena hilal yang masih di bawah kriteria, cuaca yang tidak mendukung, perukyat, alat yang digunakan untuk merukyat atau lokasi rukyatnya yang tidak mendukung. Namun peneliti lebih tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang lokasi rukyahnya. Penelitian terhadap kelayakan bukit Rakitan ini menjadi sangat penting guna mendukung efektifitas pelaksanaan rukyat berdasarkan letak geografis serta kondisi Astronomis bukit ini. Rukyat yang dilakukan tanpa pertimbangan kelayakan dari segi geografis dan Astronomis tidak akan menghasilkan apapun. Dari data hasil pelaksanaan rukyat yang telah dilakukan sejak tahun 2011-2012 sebagai pijakan awal bagaimana rukyat yang sebelumnya telah dilakukan sehingga untuk pelaksanaan rukyat yang akan datang bisa dipersiapkan agar rukyat bisa memungkinkan berhasil. 16 Salah satu bukti bahwa bukit Rakitan digunakan sebagai lokasi rukyat al-hilal sebagaimana ungkapan sekretaris Badan Hisab Rukyat (BHR) Rembang. Ia menerangkan, bahwasannya untuk persiapan penetapan 1 syawal 1432 hijriyah, BHR kabupaten Rembang akan memantau penampakan hilal di bukit Rakitan, kecamatan Sluke. Lihat selengkapnya dalam suaramerdeka.com dan dimuat dalam edisi cetak pada tanggal 19 Juli 2012 dengan judul BHR Rembang Alihkan Rukyat al-hilal Di Bukit Rakitan.

7 Selain itu penulis juga ingin mengetahui sejarah penggunaan bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat, apakah penggunaan lokasi tersebut selain berdasarkan kondisi geografisnya juga telah mempertimbangkan secara matang kondisi atmofernya atau tidak. B. Rumusan Masalah Bertolak dari permasalahan yang telah dipaparkan, dan untuk membatasi agar skripsi lebih spesifik, maka penulis hanya memfokuskan penelitian pada pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah digunakannya bukit Rakitan, Sluke, Rembang sebagai lokasi rukyat al-hilal oleh Badan Hisab Rukyat (BHR) Rembang? 2. Bagaimana kelayakan bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat al-hilal? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui sejarah digunakannya bukit Rakitan, Sluke Rembang sebagai lokasi rukyat al-hilal. 2. Untuk mengetahui kelayakan bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat al-hilal. D. Manfaat Penelitian 1. Diharapkan dapat diketahui penyebab layak atau tidaknya bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat al-hilal.

8 2. Diharapkan dapat memberi kontribusi dan pemahaman terhadap para pihak atau tim rukyat tentang faktor yang harus dipersiapkan dan jika ada kesalahan bisa diperbaiki agar rukyat diharapkan bisa berhasil. 3. Dari sisi akademis kegunaan penelitian di samping berguna bagi pengembangan ilmu penulis juga dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti yang akan datang. E. Telaah Pustaka Sejauh penelusuran yang penulis lakukan, belum ditemukan tulisantulisan yang secara khusus dan mendetail membahas kelayakan bukit Rakitan, Sluke, Rembang sebagai lokasi rukyat al-hilal. Meski demikian, terdapat tulisan-tulisan hasil penelitian yang sedikit banyak membahas mengenai rukyat al-hilal. Diantara tulisan-tulisan tersebut adalah tulisan Muh. Ma rufin Sudibyo Mengenal Lebih Lanjut Kriteria Visibilitas Hilal Indonesia, yang menjelaskan tentang kriteria imkan al-rukyat dan kelemahannya, basis data visibilitas hilal Indonesia dan kriteria Rukyatul Hilal Indonesia (RHI), serta evaluasi dan justifikasi terhadap kriteria Rukyatul Hilal Indonesia (RHI). 17 Juga penelitiannya dengan judul Data Observasi Hilal 2007 2009 di Indonesia, membahas tentang tahap awal dari upaya menuju kalender Hijriah tunggal di Indonesia, yang dimulai dari langkah paling awal, yakni pengumpulan data observasi, analisis dan penarikan kesimpulan secara empiris. Di dalamnya dibahas bagaimana kampanye 17 Muh. Ma rufin Sudibyo, Variasi Lokal dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilal di Indonesia pada 2007 2009 Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto: 9 April 2011. Lihat pula pada http://iix.server.kafeastronomi.com.

9 observasi Bulan sebagai hilal telah berlangsung sejak 2007 tahun silam dan masih berlanjut hingga kini, bagaimana prosedur operasional pelaksanaan observasi dan data data yang diperoleh hingga membentuk Basis Data Visibilitas Indonesia (BDVI) serta perbandingannya dengan basis data internasional yang telah terseleksi, serta bagaimana analisis yang telah dilakukan terhadap basis data ini, yang menghasilkan usulan kriteria visibilitas Indonesia serta usulan definisi hilal secara kuantitatif. 18 Adapun penelitian yang secara spesifik membahas tentang lokasi rukyat al-hilal tergolong masih sangat langka, penulis hanya menemukan satu hasil penelitian, yaitu skripsi Khoirotun Nikmah, Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011 yang menganalisis faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan rukyat di pantai Tanjung Kodok dan bukit Condrodipo serta mengetahui kekurangan dan kelebihan rukyat yang dilakukan di masing-masing lokasi rukyat tersebut. 19 Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Studi Analisis terhadap Kelayakan Lokasi Rukyat Al-hilal Bukit Rakitan, Sluke, Rembang. 18 Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyat al-hilal Indonesia, Data Observasi Hilal 2007 2009 di Indonesia, Yogyakarta, 2012. 19 Khoirotun Nikmah, Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011 Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2012.

10 E. Kerangka Teoritik Di Indonesia, hampir setiap penentuan awal bulan yang berkaitan dengan hari-hari besar dalam Islam, yakni bulan Ramadhan, Syawal, serta Dzulhijjah selalu terjadi perselisihan, salah satu penyebabnya adalah perbedaan metode penentuan yang dipakai, yakni metode hisab dan rukyat, namun sebenarnya baik hisab maupun rukyat, menuju sasaran yang sama, yakni hilal. Sebelum melakukan rukyat al-hilal ada beberapa persiapan yang harus dilakukan, diantaranya adalah pembentukan tim 20, penyediaan data hilal 21 dan peta rukyat, juga penyediaan peralatan dan perlengkapan 22. Sedangkan untuk pelaksanaannya sendiri, ada beberapa metode, diantaranya yaitu rukyat dengan gawang lokasi, juga rukyat dengan theodolit. Namun selain hal di atas, ada hal lain yang sangat penting terkait berhasil atau tidaknya rukyat yang akan dilakukan, yaitu lokasi rukyat. Lokasi rukyat alhilal yang baik menurut beberapa ahli harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya: 1. Medan pandang ke arah ufuk Barat terbuka, sebaiknya dengan rentang 28,5 derajat ke utara dan Selatan, baik dari bukit maupun di pantai. 20 Hendaknya terdiri dari unsur-unsur terkait, misalnya Departemen Agama, Pengadilan Agama, organisasi masyarakat, ahli hisab, orang yang memiliki ketrampilan rukyat, dll. Lihat selengkapnya dalam Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004, hlm.175. 21 Data hilal yang diperlukan adalah: waktu matahari terbenam, arah matahari terbenam (AM), tinggi hilal (h), arah hilal ketika matahari terbenam, arah hilal ketika hilal terbenam, serta lama hilal. Ibid., hlm. 175-176. 22 Diantaranya theodolit, gawang lokasi, kompas, arloji (penunjuk waktu, stopwatch, benang (tali), meteran, penyiku, lot (pendulum, bandul), blanko daftar perukyat, blanko berita acara, Ibid, hlm. 178.

11 2. Harus tidak ada sumber cahaya pengganggu (menara, rumah, kapal dll) di arah pandang itu. 3. Lokasi rukyat al-hilal harus memiliki kondisi atmosfer yang baik, seperti bersih dari polusi asap yang dapat mengganggu terlihatnya hilal. 4. Harus dilakukan pengujian untuk mendapatkan pola kurva cahaya latar belakang (dapat meggnakan pemotretan dengan kamera digital dan diproses lewat IRIS). 5. Harus mudah diakses & mempunyai coverage jaringan seluler yang mudah sehingga dapat langsung melaporkan hasil tanpa disertai gangguan komunikasi. Adapun lokasi bukit mempunyai kelebihan ufuknya menjadi lebih rendah, tetapi kondisi ufuk mungkin terganggu oleh pepohonan atau bangunan. Sedangkan lokasi di pantai memiliki kelebihan ufuknya relatif sedikit gangguan. F. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif 23, dengan kajian penelitian field research (penelitian lapangan), serta menggunakan pendekatan 23 Penelitian ini mempunyai beberapa ciri, Pertama, lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung. Kedua, manusia merupakan alat (instrumen) utama pengumpul data. Ketiga, Penelitian bersifat deskriptif analitik. Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar dan perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi tertentu, peneliti melakukan analisis data dan memaparkannya dalam bentuk uraian naratif. Keempat, Tekanan peneliti berada para proses daripada hasil. Kelima, Selain konsep, makna menjadi perhatian utama penelitian. Penelitian kualitatif mengarahkan pusat perhatiannya kepada cara bagaimana orang memberi makna pada kehidupannya. Selengkapnya lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, Cet.5, hlm. 5.

12 deskriptif 24 analitik verifikatif. Pendekatan ini diperlukan untuk mengungkap dan menguji kelayakan lokasi rukyat al-hilal bukit Rakitan sesuai dengan kebenaran ilmiah ilmu falak modern. Sehingga akan ditemukan sebuah kesimpulan dari hasil penelitian terkait kelayakan lokasi rukyat di bukit Rakitan dari segi logika empiris kondisi Geografis dan atmosfer lokasi tersebut, sehingga ini dapat membantu efektifitas pelaksanaan rukyah awal bulan Kamariah. 2. Sumber Data a. Sumber Data Primer Data primer ini merupakan data yang berasal langsung dari sumber data yang dikumpulkan dan juga berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 25 Sumber primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi yang peneliti lakukan di bukit Rakitan, yang mana dapat diketahui kondisi geografisnya. Selain itu, penulis juga telah melakukan wawancara dengan Ali Muhyiddin selaku sekertaris BHR (Badan Hisab Rukyat) Rembang tentang sejarah perekomendasian bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat alhilal juga informasi lain terkait rukyat di bukit Rakitan. 24 Deskriptif diperlukan untuk menjelaskan kebenaran atau kesalahan dari suatu fakta atau pemikiran yang akan membuat suatu kepercayaan itu benar. Lihat Sumadi Suryabrata, Metodolagi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, hlm. 16-17. 25 Data primer yang dimaksud merupakan karya yang langsung diperoleh dari tangan pertama yang terkait dengan tema penelitian ini. lihat Saifuddin Azwar, op. cit. hlm. 36.

13 b. Sumber Data Sekunder Data sekunder adalah data yang dijadikan sebagai data pendukung 26 dan pelengkap terhadap data primer. Data sekunder ini penulis peroleh dari laporan data hasil rukyat yang telah dilakukan di Bukit Rakitan dari tahun 2011 hingga tahun 2012, juga dari buku-buku, artikel, makalah seminar yang berkaitan dengan kelayakan lokasi rukyat al- hilal. 3. Metode Pengumpulan Data a. Dokumentasi Teknik dokumentasi ini dilakukan sebagai upaya mendapatkan validitas data terkait permasalahan yang dikaji. Dalam hal ini, penulis mengumpulkan dan menggali dokumen-dokumen hasil rukyat al-hilal yang dilakukan di Bukit Rakitan juga data-data yang peneliti peroleh dari BMKG (Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika) sebagai pendukung data primer. Untuk lebih memperkaya data, penulis juga menggali data dari berbagai literatur, baik berupa buku, maupun artikel terkait penelitian penulis. b. Interview (wawancara) Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data yang sangat penting dalam suatu penelitian. Wawancara dapat dilakukan 26 Sedangkan data sekunder merupakan data-data yang berasal dari orang ke-2 atau bukan data utama. Saifudin Azwar, Ibid.,

14 secara langsung ataupun tidak langsung, yakni wawancara dengan bantuan media elektronik atau via internet. 27 Wawancara secara langsung dalam hal ini telah penulis lakukan kepada Ali Muhyiddin selaku sekertaris BHR (Badan Hisab Rukyat) Rembang. Adapun wawancara tidak langsung (via internet) juga telah penulis lakukan kepada para ahli yang berkompeten dalam permasalahan yang akan diteliti, diantaranya kepada Thomas Djamaluddin ketua peneliti LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), dan Ma rufin Sudibyo. Dari wawancara ini diharapkan dapat menggali keterangan yang lebih dalam dari sebuah kajian dengan sumber yang relevan, baik berupa pendapat, kesan, pengalaman, pikiran, dan sebagainya yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini. 28 c. Observasi Observasi adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data lapangan dengan cara peneliti terjun langsung ke lokasi yang menjadi objek penelitian, dalam hal ini adalah bukit Rakitan. Penulis telah melakukan observasi untuk mengetahui kondisi geografis serta asmosfer 27 Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Lihat Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya, Cet IV, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, hlm. 180. 28 Djam an Satori dan Aan Komariahlm. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 129.

15 lokasi tersebut. Dengan hasil observasi yang telah kita peroleh, kita dapat mensinkronisasi antara teori yang ada dengan hasil observasi. 4. Metode Analisis Data 29 Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis deskriptif (descriptive analysis), yaitu menggambarkan sifat atau keadaan yang dijadikan obyek dalam penelitian, dalam hal ini penulis menggambarkan bagaimana kondisi geografis serta kondisi atmosfer wilayah bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat, juga mencantumkan data hasil pelaksanaan rukyat alhilal yang dilakukan di bukit tersebut dari tahun 2011 hingga tahun 2012. Selain itu, penulis juga menggunakan analisis komparatif, yaitu penulis mengkomparasikan fakta-fakta yang ada di lapangan dengan teori kelayakan lokasi rukyat, Sehingga nantinya akan diperoleh kesimpulan yang dikehendaki. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri atas tiga bagian besar. Pertama bagian muka meliputi halaman judul skripsi, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan, deklarasi, abstrak, kata pengantar dan daftar isi. Bagian kedua adalah bagian isi terdiri atas 5 bab. 29 Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara menjabarkan, menyusun dan memilih mana yang penting serta membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

16 Bab I berisi pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Berikutnya bab II, mengenai landasan teori yang memuat sekilas pengertian rukyat al-hilal, dasar hukum pelaksanaan rukyat al-hilal, pendapat fuqoha tentang rukyat al-hilal, pelaksanaan rukyat al-hilal, kesulitan dalam rukyat al-hilal, juga tentang parameter kelayakan lokasi rukyat al-hilal. Bab III mengenai kondisi geografis lokasi rukyat di bukit Rakitan, kondisi atmosfer, sejarah digunakannya sebagai lokasi rukyat, juga akan dipaparkan data hasil rukyat di bukit Rakitan dari tahun 2011 hingga 2012. BAB IV merupakan pokok pembahasan penulisan skripsi ini, meliputi analisis sejarah digunakannya bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat, juga analisis mengenai kelayakan bukit Rakitan sebagai lokasi rukyat. Terakhir adalah Bab V berupa penutup. Dalam penutup ini dipaparkan kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Selanjutnya, bagian ketiga berisi lampiran-lampiran yang menerangkan dan mendukung data-data pada skripsi ini, baik berupa surat keterangan, foto-foto, maupun data hasil wawancara dan lain-lain.