HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini tertuang dalam Al Qur an di Surah At-Tin ayat 4 Sesungguhnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat menjadikan masalah kesehatan.

KARAKTERISTIK PLANTAR PADA USIA TAHUN. Arif Wicaksono Sasanthy Kusumaningtyas Angela BM Tulaar

PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN GAIT PARAMETER PADA KONDISI FLEXIBLE FLAT FOOT DAN ARKUS KAKI NORMAL ANAK USIA TAHUN DI SD NEGERI 3 CEPU

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

PREVALENSI KELAINAN BENTUK KAKI (FLAT FOOT) PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA FOOT INDEX POSTRUE DENGAN OSTEOARTHRITIS LUTUT

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN FUTSAL PRIA USIA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN ISOMETRIC EXERCISE DAN PROGRESSIVE RESISTIVE EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN LINGKUP GERAK SENDI LUTUT PADA PENDERITA OSTEOARTRITIS

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) PASIEN OSTEOATRITIS LUTUT DITINJAU DARI PEMERIKSAAN RADIOLOGI

ABSTRAK KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG (LP) DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA USIA TAHUN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KOMBINASI FOOT MUSCLE STRENGTHENING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan tinjauan cross-sectional.

PENGARUH SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA PESERTA SANGGAR SENAM ONO AEROBIC DI SALATIGA

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA DI KELURAHAN GONILAN

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GRADE OSTEOARTRITIS (OA) SENDI LUTUT DI RSUD Dr. MOEWARDI

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO)

HUBUNGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT) DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 BLORA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KORELASI ANTARA BODY MASS INDEX DENGAN PLANTAR ARCH INDEX LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Oleh: ANANG RAFIK SETIYANTO J

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEJADIAN HERNIA INGUINALIS DI POLI BEDAH RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Penyebab Kematian Manusia di Negara dengan Pendapatan Menengah Kebawah (WHO, 2012)

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN TEKANAN DARAH TINGGI PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KARTASURA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

CONGENITAL TALIPES EQUINOVARUS (CLUB FOOT) dr. Yoyos Dias Ismiarto, SpOT.(K),M.Kes, CCD, FICS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

HUBUNGAN KEJADIAN FLAT FOOT DENGAN OBESITAS PADA ANAK. Oleh: LAVENIA

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Scottish Health Survey pada anak usia 2-15 tahun didapatkan persentasi anak lakilaki

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Menurut Renwick dan Brown (1995), seseorang dikatakan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Peranan wanita makin dirasakan dalam berbagai sektor, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

PERBEDAAN FLEKSIBILITAS TRUNK PADA ANAK LAKI LAKI DAN PEREMPUAN USIA 7 8 TAHUN

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh (IMT). Tes ini meliputi: 1. Pengukuran Tinggi Badan (TB) 2. Pengukuran Berat Badan (BB)

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN PANJANG TUNGKAI DENGAN KELINCAHAN PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SALATIGA TRAINING CENTRE

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan salah satu aktifitas dasar manusia yaitu berjalan.

DAN OBESITAS MEMILIKI SUDUT EVERSI CALCANEUS

1 Ni Made Rininta Adi Putri 2 Ari Wibawa 3 I Wayan Sugiritama 4 I Made Muliarta

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR TERHADAP KEMAMPUAN BERJALAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Mobilisasi Sendi dan Hold Relax. Terhadap Problematika Penderita Osteoartritis Lutut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN NILAI VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO 2 MAKS) PADA MAHASISWA APIKES CITRA MEDIKA SURAKARTA SKRIPSI

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KESEIMBANGAN STATIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat disuatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai masa kini dan diharapkan dapat membawa kemajuan di masa

PERBEDAAN ANKLE BRACHIAL INDEX (ABI) PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 OBESE DAN NORMAL WEIGHT DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PES PLANUS DENGAN OSTEOARTHRITIS KNEE

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI DESA BARENGKRAJAN KECAMATAN KRIAN KABUPATEN SIDOARJO

PENGARUH TERAPI MUSIK RELAKSASI TERHADAP TINGKAT SPASTISITAS ANAK CEREBRAL PALSY DIPLEGI DI YAYASAN SAYAP IBU PANTI 2 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

PENGARUH PENAMBAHAN LATIHAN ISOMETRIK PADA INTERVENSI ULTRASOUND TERHADAP PENINGKATAN AKTIFITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

PENGARUH LATIHAN SANDBAG DAN LATIHAN SEPEDA STATIS TERHADAP AKTIFITAS FUNGSIONAL PENDERITA OSTEOARTHRITIS LUTUT

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE TERHADAP PENURUNAN RISIKO JATUH LANSIA PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. bayi-bayi yang lahir, ada yang lahir dengan tubuh yang kurang sempurna. Hampir

PENGARUH STATIC STRETCHING CALF MUSCLE TENDON UNIT TERHADAP PENINGKATAN RANGE OF MOTION DORSI FLEKSI ANKLE LANSIA

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN MASUK 2012

PENGARUH PEMBERIAN TRAKSI OSILASI TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS FUNGSIONAL PADA PASIEN OSTEOARTHRITIS LUTUT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN TEKANAN DARAH PADA LANJUT USIA DI DESA BLULUKAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit maupun ditemukannya penyakit-penyakit baru yang semakin. mengancam penurunan kualitas hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

SKRIPSI HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI DAN KESEIMBANGAN STATIS DENGAN KECEPATAN BERJALAN PADA LANJUT USIA

ANALISIS PERBEDAAN PENGARUH SEPATU BERHAK WEDGE DAN NON-WEDGE TERHADAP GAIT DAN KESEIMBANGAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PEMBERIAN LATIHAN AEROBIC INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL DALAM DARAH DI AEROBIC AND FITNESS CENTER FORTUNA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK PERTAMA (VEP1) PADA MAHASISWA

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

HUBUNGAN ANTARA KUNJUNGAN ORANG TUA KE POS PELAYANAN TERPADU DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 36 MINGGU

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

ABSTRAK. PENGARUH DAN HUBUNGAN BMI (Body Mass Index) DENGAN TLK (TEBAL LIPATAN KULIT) TRICEPS DAN SUBSCAPULA

Transkripsi:

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Strata 1 Fisioterapi Disusun oleh : Febrina Larasati J 120 151 115 PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : Febrina Larasati J120 151 115 Telah Disetujui Oleh: Pembimbing Agus Widodo. M., Fis i

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA Diajukan Oleh: Febrina Larasati J 120 151 115 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 15 Agustus 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Tim Penguji Skripsi Nama Penguji Tanda Tangan 1. Agus Widodo, M., Fis ( ) (Ketua Dewan Penguji) 2. Isnaini Herawati, SST.FT, M.Sc ( ) (Anggota 1 Dewan Penguji) 3. Dwi Kurniawati, SST.FT, M.Kes ( ) (Anggota 2 Dewan Penguji) Disahkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiah Surakarta Dr. Suwaji, M.Kes NIP. 195311231983031002 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.. Surakarta, 15 Agustus 2016 Penulis Febrina Larasati iii

HUBUNGAN BERAT BADAN BERLEBIH DENGAN PERUBAHAN MEDIAL LONGITUDINAL ARCH DAN FOOT ALIGNMENT DI KECAMATAN KARTASURA Abstrak Latar Belakang: Overweight dan obesitas yang keduanya didefinisikan sebagai kelebihan berat badan, secara umum merupakan keadaan kegemukan dengan perbedaan tingkatan yaitu kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight) dan tingkat berat (obesitas) yang dibedakan sesuai dengan kriteria kegemukan berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) atau disebut juga body mass index (BMI). Gangguan ortopedi yang berhubungan dengan overweight dan obesitas adalah berubahnya foot alignment ke arah pronasi. Dengan bertambahnya berat badan yang terlalu berlebih akan menyebabkan body alignment berubah, di mulai dari knee hingga ke foot alignment. Kata Kunci : Overweight, Obesitas, Medial Longitudinal Arch, Foot Alignment Abstract Background: Overweight and obesity are both defined as overweight, generally is a state of obesity with different levels, namely overweight mild levels (overweight) and the rate of weight (obesity) are differentiated in accordance with the criteria of obesity is based on the measurement of body mass index (BMI) or also known as body mass index (BMI). Orthopedic disorders related to overweight and obesity is changing the alignment direction of foot pronation. With the weight gain that is too excessive alignment will cause the body to change, starting from the knee to the foot alignment. Keywords: Overweight, Obesity, Medial Longitudinal Arch, Foot Alignment. 1. PENDAHULUAN Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas. Overweight dan obesitas yang keduanya didefinisikan sebagai kelebihan berat badan, secara umum merupakan keadaan kegemukan dengan perbedaan tingkatan yaitu kelebihan berat badan tingkat ringan (overweight) dan tingkat berat (obesitas) yang dibedakan sesuai dengan kriteria kegemukan berdasarkan pengukuran indeks massa tubuh (IMT) atau disebut juga body mass index (BMI). Overweight adalah keadaan yang hampir mendekati obesitas, seseorang dapat dinyatakan overweight apabila 1

orang tersebut memiliki IMT 23. Selain itu, kondisi overweight juga lazim disebut dengan kondisi pre-obese (WHO, 2010). Obesitas tidak hanya dianggap masalah di negara berpenghasilan tinggi, tetapi sekarang jumlah penderita obesitas dan kegemukan semakin meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah khususnya di perkotaan (WHO, 2010). Gangguan ortopedi yang berhubungan dengan overweight dan obesitas adalah nyeri dan ketidaknyamanan pada kaki, lutut, pinggul, dan tulang belakang. Obesitas juga dapat mengurangi fleksibilitas dan kesulitan dalam berjalan dan berlari yang diakibatkan karena perubahan struktur kaki. Gangguan ortopedi lainnya yang berhubungan dengan overweight dan obesitas adalah berubahnya foot alignment ke arah pronasi. Dengan bertambahnya berat badan yang terlalu berlebih akan menyebabkan center of gravity bergeser ke posterior, sehingga body alignment berubah di mulai dari knee hingga ke foot alignment. 2. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan Cross Sectional, yaitu penelitian noneksperimental dalam mempelajari korelasi faktor resiko dengan efek berupa penyakit atau status kesehatan dengan pengambilan data variabel dilakukan sekali waktu pada saat bersamaan (Sumantri, 2011). 3. PEMBAHASAN 3.1 Hubungan IMT dengan perubahan arch. Teori yang paling banyak dianut oleh para ahli mengenai dasar terjadinya flatfoot adalah teori kelemahan ligamen (ligament laxity). Dalam teori tersebut dijelaskan bahwa susunan ligamen pada kaki berperan membentuk arkus medialis. Ligamen yang paling berperan ada 3, yaitu ligamen interosseus, kalkaneonavikular, dan kalkaneokuboid. Semakin bertambahnya berat badan, mengakibatkan 2

bergesernya center of gravity. Sehingga pendistribusian akan berfokus pada bagian tengah telapak kaki dan penekanan pada ligamen penyokong medial longitudinal arch menjadi lemah. Kelemahan dari ligamen penyokong medial longitudinal arch menyebabkan subtalar dan talonavikular joint mengalami ketidakstabilan. Ketidakstabilan pada subtalar dan talonavikular joint akan menyebabkan eversi pada saat awal fase berjalan, dan inversi pada akhir fase berjalan. Gerakan eversi dan inversi ini seharusnya tidak terjadi pada kaki normal. Ketidakstabilan ini pada awalnya dikompensasi oleh otototot intrinsik pada kaki. Kompensasi ini membutuhkan otot-otot intrinsik bekerja lebih keras. Aktivitas otot intrinsik yang berlebihan ini yang dapat menyebabkan keluhan pada flexible flatfoot seperti nyeri dan mudah lelah saat berjalan jauh. Namun, dalam waktu yang cukup lama, otot-otot ini tidak mampu lagi mengkompensasi, sehingga terjadi kelainan anatomi tulang pada flatfoot (Mosca, 2010). 3.2 Hubungan IMT dengan perubahan foot alignment ke arah pronasi Keseimbangan optimal dan foot alignment berhubungan dengan pendistribusian berat badan. Pada orang yang memiliki berat badan berlebih, distribusi berat badan akan lebih banyak ke arah tengah dari telapak kaki, disertai adanya pergeseran center of gravity ke posterior. Sebelumnya dijelaskan bahwa kelemahan ligamen penyokong medial longitudinal arch ke arah flatfoot akan diikuti perubahan foot alignment. Ketika medial longitudinal arch collaps persendian antara talus dan navikular menjadi tidak stabil, sehingga foot alignment akan mengalami perubahan ke arah pronasi (Baumhauer, 2006). Foot alignment dapat diamati pada tahap berjalan, yaitu pada saat fase menapak (stance phase) dan tidak (swing phase). Pada saat menapak, kelainan yang terjadi berupa hilangnya arkus medialis, valgus dari hindfoot dan abduksi pada forefoot. Pada midfoot seringkali tidak terjadi kelainan anatomi. Sedangkan pada saat tidak menapak, kelainan dapat ditemukan saat dorsofleksi ankle dan saat berjalan. Pada saat 3

dorsofleksi ankle, arkus medialis akan terlihat dan hindfoot valgus akan berubah menjadi hindfoot varus. Sedangkan pada saat berjalan, talus mengalami rotasi internal (Chen, 2010). Berdasarkan hasil penelitian bahwa indeks massa tubuh dengan kategori obesitas I dan II berhubungan dengan perubahan medial longitudinal arch dan diikuti foot alignment ke arah pronasi. Dari data yang didapatkan saat penelitian, IMT yang termasuk dalam kategori Obesitas tipe I dengan berat badan 60 70 kg belum begitu signifikan berdampak pada perubahan arch dengan kisaran 0,22 0,31, dan foot alignment dengan kisaran 0 4. Dampak yang lebih signifikan terjadi pada obesitas tipe II dengan berat badan 71 81 kg, berdampak pada perubahan arch dengan kisaran 0,32 0,39, dan foot alignment dengan kisaran 5 10. Hal ini terjadi karena semakin bertambahnya berat badan atau bertambahnya nilai IMT, maka tekanan yang terjadi pada telapak kaki akan semakin besar dan membuat medial longitudinal arch menjadi collaps atau tidak muncul ketika berdiri. Akan tetapi perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hal ini. 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan dari analisis hasil statistik, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Ada hubungan antara berat badan berlebih dengan perubahan medial longitudinal arch. 2. Ada hubungan antara berat badan berlebih dengan perubahan foot alignment. 4.2 Saran Berdasarkan pelaksanaan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut : 4

1. Bagi responden Disarankan untuk tetap menjaga pola hidup yang baik dan melakukan beberapa latihan untuk keseimbangan tubuhnya. 2. Bagi peneliti selanjutnya Untuk memperkuat hasil penelitian ini, disarankan dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menambah jumlah sampel, perkaya variabel IMT, dan memperhatikan faktor resiko seperti kelaian sejak lahir, usia dan proses degenerasi. DAFTAR PUSTAKA Baumhauer, J. 2006. Anatomy and Biomechanics of Foot. Greene: Netterâ s Orthopaedics, 1st ed; 2006:659-662. Chen, C. 2012. Lower Extremity Kinematics in Children With and Without Flexible Flatfoot: A Comparative Study. BMC Musculoskelet Disord:2012;13-31. Mosca, V. 2010. Flexible Flatfoot in Children and Adolescents. J Child Orthop. 2010;107-121. Sumantri, Arif. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Edisi pertama. Jakarta: Kencana. 5