1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia kaya akan sumber daya alam, termasuk di dalamnya kekayaan

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

PERBANDINGAN KADAR PROTEIN DAN LEMAK MI ALTERNATIF DARI PATI GANYONG (Canna edulis Ker) DAN PATI UBI KAYU (Manihot utilissima Pohl) SKRIPSI

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan bahwa belum makan kalau belum mengkonsumsi nasi. Adanya kebiasaan ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil ikan tuna di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. impor. Volume impor gandum dari tahun ke tahun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013), Indonesia mengimpor gandum

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I. PENDAHULUAN. kurangnya Indonesia dalam menggali sumberdaya alam sebagai bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

BAB I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. seluruh penduduk Indonesia. Pemenuhan kebutuhan pangan harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan beras ditempatkan sebagai makanan pokok yang strategis.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang rentan mengalami masalah gizi yaitu kekurangan protein dan energi.

I. PENDAHULUAN. berasal dari gandum yang ketersediaannya di Indonesia harus diimpor,

BAB I PENDAHULUAN. Mie adalah makanan alternatif pengganti beras yang banyak. dikonsumsi masyarakat. Mie menjadi populer dikalangan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

PEMANFAATAN TEPUNG UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L.) DALAM PEMBUATAN BUBUR INSTAN DENGAN PENCAMPURAN TEPUNG TEMPE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat secara global, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki potensi di sektor

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan pangan menurut Indrasti (2004) adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

BAB I PENDAHULUAN. Proses penggilingan padi menjadi beras tersebut menghasilkan beras sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga mempunyai fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh (Khomsan, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Melalui penganekaragaman pangan didapatkan variasi makanan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Umumnya dalam sebuah penelitian diawali dengan identifikasi masalah. hipotesis dan sekaligus untuk menjawab permasalahan penelitian.

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini masalah pangan dan gizi menjadi permasalahan serius di

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

I. PENDAHULUAN. ketergantungan terhadap tepung terigu, maka dilakukan subtitusi tepung terigu

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Peneltian.

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Transkripsi:

1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis, dan (1.7) Waktu dan Tempat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan peningkatan kesehatan masyarakat, salah satunya melalui peningkatan kesehatan berupa perbaikan gizi melalui asupan pangan yang berguna bagi tubuh. Masalah gizi dapat diperbaiki dengan konsumsi pangan yang beragam. Setiap jenis makanan mempunyai cita rasa, tekstur, dan aroma tersendiri yang memberikan sumbangan gizi berbeda-beda. Mi merupakan bahan pangan yang cukup potensial, selain harganya yang relatif murah dan pengolahannya yang praktis, mi memiliki kandungan gizi yang yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. Mi adalah produk olahan tepung terigu yang sangat popular dan disukai oleh sebagian besar konsumen. Pembuataan mi saat ini menggunakan bahan baku tepung terigu tanpa ada penambahan tepung lain. Besarnya konsumsi terigu, khususnya untuk produksi mi menyebabkan naiknya impor gandum Indonesia. Badan pusat statistik (BPS) mencatat volume impor gandum pada tahun 2012 mencapai 5,1 juta MT (metrik ton), volume ini mengalami penaikan pada tahun 2013 sebesar 5,3 MT. Untuk mengurangi impor yang terus meningkat, maka perlu diadakan perhatian khusus untuk menemukan alternatif komoditi sumber pati lain 1

2 yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi. Salah satu sumber daya alam yang belum optimal dimanfaatkan dan memiliki nilai gizi yang tinggi adalah buah sukun. Sukun merupakan salah satu komoditi pangan lokal yang berpotensi mensubstitusi tepung terigu. Hal ini didukung oleh kandungan gizi yang terdapat pada sukun. Menurut Safitri dan Sri Hartini (2013) dalam 100 gram buah sukun mengandung karbohidrat 35,5%. Selain itu, keunggulan dari sukun adalah berbuah sepanjang tahun (tanaman tidak semusim) sehingga menjamin ketersediaan bahan pangan, mudah ditanam dan dirawat (Widowati, 2003). Adapun data Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat menunjukkan data produksi buah sukun dari tahun 2010, 2011,2013 dan 2014 berturut-turut adalah 14.652, 27.458, 15.672, dan 15.575 ton. Tepung sukun merupakan produk olahan dari buah sukun yang memiliki kandungan pati yang cukup tinggi. Oleh karena itu tepung sukun berpotensi sebagai bahan makanan sumber karbohidrat dan sebagai bahan pensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan produk mi (Prahandoko, 2013). Namun kandungan protein dalam tepung sukun hanya 3,6 gram dalam 100 gram buah sukun menurut Direktorat Gizi Depkes RI (2010). Menurut SNI 01-2974-1996 syarat mutu protein dalam mi kering harus mencapai 11% b/b. Sehingga untuk menambahkan protein dalam mi ini ditambahkan tempe sebagai sumber protein. Tempe merupakan bahan makanan hasil fermentasi kacang kedelai atau jenis kacang-kacangan lainnya yang menggunakan jamur Rhizopus oligosporus atau Rhizopus oryzae. Tempe dapat diperoleh dengan harga relatif lebih

3 terjangkau dan lebih mudah didapat dibandingkan dengan produk olahan kedelai lain. Tempe merupakan sumber gizi yang baik karena mengandung protein, asam amino esensial, vitamin B kompleks, dan serat dalam jumlah cukup. Tempe memiliki tekstur yang mudah dicerna, bergizi, dan sesuai dengan cita rasa masyarakat Indonesia (Darda dkk, 2008). Menurut (Darda dkk, 2008) Pengolahan tempe menjadi tepung memiliki banyak manfaat, antara lain tepung tempe mudah dicampur dengan sumber dengan sumber karbohidrat untuk memperkaya nilai gizinya, mudah disimpan ataupun di olah menjadi makanan cepat saji dan dapat ditambahkan sebagai sumber protein tambahan. Menurut Murni (2013) tepung tempe memiliki mengandung protein 43,31% dan serat kasar 7,29%. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan diatas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yaitu : 1. Apakah substitusi tepung terigu dengan tepung sukun berpengaruh terhadap karakteristik mi kering? 2. Apakah konsentrasi tepung tempe berpengaruh terhadap karakteristik mi kering? 3. Apakah interaksi substitusi tepung terigu dengan tepung sukun dan konsentrasi tepung tempe berpengaruh terhadap karakteristik mi kering?

4 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung terigu dengan tepung sukun dan konsentrasi tepung tempe terhadap karakteristik pembuatan mi kering. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukkan substitusi terbaik dari tepung terigu dengan tepung sukun dan konsentrasi tepung tempe sehingga diperoleh karakteristik mi kering yang paling baik, sehingga nantinya dapat menarik minat masyarakat untuk memanfaatkan tepung sukun dan tepung tempe sebagai pangan fungsional dan memiliki nilai gizi yang tinggi. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Memanfaatkan dan meningkatkan produktivitas pangan lokal sebagai diversifikasi pangan. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bahan alternatif berbahan sukun dan tempe sebagai komoditas lokal. 3. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap tepung terigu. 4. Meningkatkan nilai guna dan nilai ekonomis tepung sukun dan tempe. 1.5 Kerangka Pemikiran Menurut SNI 01-2974-1996, Mi kering merupakan produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan, serta berbentuk khas mi. Pemilihan tepung sukun sebagai tepung komposit (campuran), dikarenakan tepung sukun memiliki keistimewaan dibandingkan dengan tepung lainnya. Tepung sukun memiliki kadar protein yang lebih tinggi yaitu sebesar 3,64%

5 dibandingkan dengan tepung ubi kayu dan ubi jalar yang memiliki kadar protein rata-rata 1,6%. Tepung sukun mengandung sekitar 80% karbohidrat dan energi 302 kalori/100 gram. Pada pengolahan kue basah penggunaan tepung sukun rata rata sebesar 50% (Widowati, 2003). Salah satu sumber protein yang baik dan cukup potensial di Indonesia adalah tempe karena tempe mampu bersaing dengan protein hewani dalam segi kualitas dan kuantitas. Selain itu tempe kaya akan asam amino lisin sebagai asam amino non esensial yang dibutuhkan oleh tubuh untuk penyerapan kalsium di saluran pencernaan. Tempe merupakan sumber gizi yang baik karena mengandung protein, asam amino esensial, asam lemak esensial, vitamin B kompleks dan serat dalam jumlah cukup ( Erlina, dkk 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2005) pencampuran 60 g tepung terigu dengan 20 g tepung rumput laut yang difortifikasi dengan 20 g tepung kacang kedelai diperoleh bentuk mi yang dapat dicetak dengan baik dan memiliki kadar protein sebesar 39,6078%, kadar air 3,4429%, dan kadar abu 1,6%. Menurut Erlina dkk (2012) dari penelitian yang sudah dilakukan pada penelitian pendahuluan penambahan tepung terigu dengan tepung tempe dan tepung ubi jalar merah pada pembuatan mi basah dengan 3 taraf yaitu t1 (50% : 30% : 20%), t2 (50% : 25% : 25%), dan t3 (50% : 20% : 30%) adalah mi basah dengan taraf t1 dan t3 penambahan tepung tempe sebesar 20% dan 30% memberikan nilai tertinggi terhadap uji organoleptik meliputi rasa, aroma, dan

6 warna. Sedangkan taraf t2 penambahan 25% tepung tempe dan 25% tepung ubi jalar merah memberikan nilai tertinggi dalam hal tekstur. Pada perlakuan yang mendapatkan tambahan 20% tepung tempe dan 30% tepung ubi jalar atau perlakuan (t3) kandungan gizi mi basah menjadi 8,81 g protein, 2,79 g lemak, 43,4 mg Ca, 133 mg P, 1,58 mg Fe, 1846,51 SI vitamin A, 0,24 mg vitamin B1, dan 5,08 mg vitamin C. Penambahan tepung tempe dengan persentase lebih tinggi akan meningkatkan kandungan protein, lemak, Ca, P, dan Fe, sedangkan penambahan ubi jalar merah dengan persentase lebih tinggi akan meningkatkan kandungan vitamin A, vitamin B1 dan vitamin C pada mi basah yang dihasilkan. Namun menurut Gultom dkk (2013) tentang penelitian uji daya terima dan nilai gizi mi basah yang dimodifikasi dengan tempe dan wortel dengan persentase 25% : 25% memberikan respon kesukaan panelis tertinggi, begitu juga dalam hal warna, aroma, dan rasa. Kandungan gizi mi basah dengan penambahan tempe 25% dan wortel 25% menyumbang 9,32 g protein, 16,37 g lemak, 36,68 g karbohidrat, 0,63 serat, 58 mg kalsium, 167,33 mg fosfor, 1,83 mg besi, 15,42 mg natrium, 51,04 mg kalium, 2402 SI vitamin A. Dalam pembuatan mi basah melalui proses pemanasan pada wortel dan tempe diperkirakan bahwa nilai gizi mikro dalam mi basah seperti vitamin A, vitamin B, dan vitamin C akan berkurang. Menurut Wahyudi (2012) kombinasi tepung sukun sebesar 45%, tepung tapioka 40%, dan tepung terigu 15% dari total penggunaan adonan menghasilkan

7 hasil snack makaroni paling optimum dan disukai dalam atribut warna, aroma, rasa, dan tekstur. Pada pembuatan cookies dengan penambahan 20% tepung sukun dan 80% tepung terigu menghasilkan cookies yang paling sempurna dan berserat tinggi (16,63%bk) (Meliani, 2002). Menurut Winata (2001) pembuatan roti manis dengan penggunaan tepung terigu 70% dan di substitusi dengan sukun 30% paling disukai oleh panelis dalam hal atribut warna, aroma, dan rasa. Menurut Muhajir (2007) penggunaan perbandingan (10:30) tepung tempe : tepung tulang ikan dan tepung terigu sebesar 60% memiliki kadar protein tertinggi mencapai 33,24% dalam peningkatan gizi mi instan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Murni (2013) tentang kajian penambahan tepung tempe pada pembuatan kue basah terhadap daya terima konsumen, penambahan tepung tempe 10% paling disukai oleh panelis dengan nilai skor rata-rata untuk kue nagasari : rasa 3,90 (suka), warna 3,90 (suka), tekstur 3,95 (suka), dan aroma 3,90 (suka). Serta untuk lumpia penambahan tepung tempe sampai 25% disukai panelis dengan nilai skor rata-rata rasa 4,75 (sangat disukai), warna 3,90 (suka), tekstur 3,95 (suka), dan aroma 3,60 (suka). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Murni (2014) tentang pengaruh penambahan tepung tempe pada nugget ayam, perlakuan yang memberikan hasil optimal untuk nugget adalah perlakuan penambahan tepung tempe 15% dengan kadar air 49,66%, kadar protein 17,60%, kadar lemak 15,47%, kadar serat kasar

8 4,08%, kadar karbohidrat 11,71%, dan nilai organoleptik berkisar antara 3,80 sampai 4,50 (disukai hingga sangat disukai). Menurut Prahandoko (2013) terdapat pengaruh substitusi tepung sukun sebesar 10% terhadap daya terima mi basah, dan disukai panelis dalam atribut warna, aroma, rasa, dan tekstur. 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diduga bahwa substitusi tepung terigu dengan tepung sukun, konsentrasi tepung tempe dan interaksinya berpengaruh terhadap karakteristik mi kering. 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan dimulai bulan Mei hingga selesai. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Teknologi Pangan FT UNPAS. Lokasi laboratorium ini di JL. Dr. Setiabudhi No. 193 Bandung.