tedi last 02/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 11 AKUNTANSI PIUTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG. 1. Tujuan kebijakan akuntansi piutang adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi piutang dan informasi relevan lainnya.

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PIUTANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

LATAR BELAKANG. PSAP 01 paragraf 43 antara lain menetapkan bahwa Neraca sekurangkurangnya mencantumkan antara lain

BAB VI SISTEM AKUNTANSI PIUTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 67 Tahun : 2015

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 06 AKUNTANSI PIUTANG. A. UMUM 1. Definisi Piutang merupakan salah satu aset yang cukup penting bagi Pemerintah Provinsi

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN PIUTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 08 AKUNTANSI PIUTANG

tedi last 02/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi Jurnal

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 102 TAHUN 2016

SISTEM AKUNTANSI PPKD

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL

Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar. tedi last 02/17

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

tedi last 02/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

AKUNTANSI TRANSFER (Aplikasi pada SAPD PPKD)

tedi last 04/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

SISTEM AKUNTANSIPPKD

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 66 Tahun : 2015

KEBIJAKAN AKUNTANSI AKUN

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 03 AKUNTANSI TRANSFER

2) Dokumen yang Digunakan. Dokumen Surat Ketetapan Pajak (SKP) Daerah

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 02 AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA. potensi jasa dalam periode pelaporan yang. pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya

SISTEM AKUNTANSI PPKD

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 05 SISTEM AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PIUTANG PEMERINTAH DAERAH

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

RMK AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERTEMUAN 10

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET, KEWAJIBAN, DAN EKUITAS

SALINAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 38 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BALI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

Struktur HOBO Persamaan Akuntansi Proses Akuntansi Bagan Akun Standar BAS tedi last 01/17

BULETIN TEKNIS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN NOMOR 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

BAB V SISTEM AKUNTANSI PENDAPATAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 259/PMK.05/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 28/PMK.05/2010 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN PENERUSAN PINJAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 13 AKUNTANSI KEWAJIBAN

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN, BELANJA DAN TRANSFER

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

AKUNTANSI BEBAN DAN AKUNTANSI BELANJA

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PENDAPATAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BAB IV KEBIJAKAN AKUNTANSI

Buletin Teknis STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN Nomor 01 AKUNTANSI PIUTANG PENYUSUNAN NERACA AWAL PEMERINTAH PUSAT

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor

LAMPIRAN XI PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR : 29 TAHUN 2014 TANGGAL : 27 OKTOBER 2014 KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 10 AKUNTANSI DANA BERGULIR

B U P A T I K U N I N G A N

NERACA ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI TRANSFER KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

PROSEDUR AKUNTANSI PEMDA

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 26 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN II : PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR : 18 TAHUN 2014 TANGGAL : 30 MEI 2014 SISTEM AKUNTANSI PPKD

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB XIII SISTEM AKUNTANSI KEWAJIBAN

AKUNTANSI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN DAERAH YANG TIDAK MELALUI RKUD

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Piutang Negara

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 66 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

AKUNTANSI KEWAJIBAN (Aplikasi pada SAPD SKPD Dan PPKD)

BAB 9 AKUNTANSI PIUTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 12 AKUNTANSI ASET LAINNYA

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA SERANG

BAB XI AKUNTANSI DANA CADANGAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI TRANSFER KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

BUPATI PATI, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2O16 TENTANG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TASIKMALAYA. dan WALIKOTA TASIKMALAYA MEMUTUSKAN:

KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

BAB I SISTEM AKUNTANSI PENDAPATAN

Transkripsi:

tedi last 02/17 Kebijakan Akuntansi Jurnal Standar Ilustrasi

Piutang : hak pemerintah untuk menerima pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/bayar atas kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Penyisihan piutang tak tertagih: taksiran nilai piutang yang kemungkinan tidak dapat diterima pembayarannya dimasa akan datang dari seseorang dan/atau korporasi dan/atau entitas lain. Nilai penyisihan piutang tak tertagih tidak bersifat akumulatif tetapi diterapkan setiap akhir periode anggaran sesuai perkembangan kualitas piutang. Penilaian kualitas piutang untuk penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan kualitas umur piutang, jenis/karakteristik piutang, dan diterapkan dengan melakukan modifikasi tertentu tergantung kondisi dari debitornya.

Klasifikasi Piutang. Piutang diklasifikasikan berdasarkan peristiwa yang menyebabkan timbulnya piutang, yaitu sbb : 1. Pungutan. Piutang yang timbul dari peristiwa pungutan, terdiri atas: a) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Provinsi; b) Piutang Pajak Daerah Pemerintah Kab/Kota; c) Piutang Retribusi; d) Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya.

2. Perikatan. Piutang yang timbul dari peristiwa perikatan, terdiri atas : a) Pemberian Pinjaman; b) Penjualan; c) Kemitraan; d) Pemberian fasilitas. 3. Tuntutan Ganti Kerugian Daerah. Piutang yang timbul dari peristiwa tuntutan ganti kerugian daerah, terdiri atas : a) Piutang yang timbul akibat Tuntutan Ganti Kerugian Daerah terhadap Pegawai Negeri Bukan Bendahara; b) Piutang yang timbul akibat Tuntutan Ganti Kerugian Daerah terhadap Bendahara.

4. Transfer antar Pemerintahan. Piutang yang timbul dari peristiwa transfer antar pemerintahan, terdiri atas : a) Piutang Dana Bagi Hasil; b) Piutang Dana Alokasi Umum; c) Piutang Dana Alokasi Khusus; d) Piutang Dana Otonomi Khusus; e) Piutang Transfer Lainnya; f) Piutang Bagi Hasil Dari Provinsi; g) Piutang Transfer Antar Daerah; h) Piutang Kelebihan Transfer.

Pengakuan awal Piutang. Piutang diakui saat timbul klaim/hak untuk menagih uang atau manfaat ekonomi lainnya kepada entitas lain, yaitu ketika : 1. Diterbitkan surat ketetapan/dokumen yang sah; atau 2. Telah diterbitkan surat penagihan dan telah dilaksanakan penagihan; atau 3. Belum dilunasi sampai dengan akhir periode pelaporan.

Pengakuan piutang yang muncul dari peristiwa transfer ditentukan sbb : 1. Piutang Dana Bagi Hasil (DBH) Pajak dan Sumber Daya Alam dihitung berdasarkan realisasi penerimaan pajak dan penerimaan hasil sumber daya alam yang menjadi hak daerah yang belum ditransfer. Nilai definitif jumlah yang menjadi hak daerah pada umumnya ditetapkan menjelang berakhirnya suatu tahun anggaran. Apabila alokasi definitif menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan telah ditetapkan, tetapi masih ada hak daerah yang belum dibayarkan sampai dengan akhir tahun anggaran, maka jumlah tersebut dicatat sebagai piutang DBH oleh pemerintah daerah ybs.

2. Piutang Dana Alokasi Umum (DAU) diakui apabila akhir tahun anggaran masih ada jumlah yang belum ditransfer, yaitu merupakan perbedaaan antara total alokasi DAU menurut Peraturan Presiden dengan realisasi pembayarannya dalam satu tahun anggaran. Perbedaan tersebut dapat dicatat sebagai hak tagih atau piutang oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan, apabila Pemerintah Pusat mengakuinya serta menerbitkan suatu dokumen yang sah untuk itu.

3. Piutang Dana Alokasi Khusus (DAK) diakui pada saat Pemerintah Daerah telah mengirim klaim pembayaran yang telah diverifikasi oleh Pemerintah Pusat dan telah ditetapkan jumlah difinitifnya, tetapi Pemerintah Pusat belum melakukan pembayaran. Jumlah piutang yangdiakui oleh Pemerintah Daerah adalah sebesar jumlah klaim yang belum ditransfer oleh Pemerintah Pusat. 4. Piutang Dana Otonomi Khusus (Otsus) atau hak untuk menagih diakui pada saat pemerintah daerah telah mengirim klaim pembayaran kepada Pemerintah Pusat yang belum melakukan pembayaran.

5. Piutang transfer lainnya diakui apabila: a) Dalam hal penyaluran tidak memerlukan persyaratan, apabila sampai dengan akhir tahun Pemerintah Pusat belum menyalurkan seluruh pembayarannya, sisa yang belum ditransfer akan menjadi hak tagih atau piutang bagi daerah penerima; b) Dalam hal pencairan dana diperlukan persyaratan, misalnya tingkat penyelesaian pekerjaan tertentu, maka timbulnya hak tagih pada saat persyaratan sudah dipenuhi, tetapi belum dilaksanakan pembayarannya oleh Pemerintah Pusat.

6. Piutang Bagi Hasil dari provinsi dihitung berdasarkan hasil realisasi pajak dan hasil sumber daya alam yang menjadi bagian daerah yang belum dibayar. Nilai definitif jumlah yang menjadi bagian kabupaten/kota pada umumnya ditetapkan menjelang berakhirnya tahun anggaran. Secara normal tidak terjadi piutang apabila seluruh hak bagi hasil telah ditransfer. Apabila alokasi definitif telah ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah, tetapi masih ada hak daerah yang belum dibayar sampai dengan akhir tahun anggaran, maka jumlah yang belum dibayar tersebut dicatat sebagai hak untuk menagih (piutang) bagi pemda yang bersangkutan.

7. Transfer antar daerah dapat terjadi jika terdapat perjanjian antar daerah atau peraturan/ketentuan yang mengakibatkan adanya transfer antar daerah. Piutang transfer antar daerah dihitung berdasarkan hasil realisasi pendapatan yang bersangkutan yang menjadi hak/bagian daerah penerima yang belum dibayar. Apabila jumlah/nilai definitif menurut Surat Keputusan Kepala Daerah yang menjadi hak daerah penerima belum dibayar sampai dengan akhir periode laporan, makajumlah yang belum dibayar tersebut dapat diakui sebagai hak tagih bagi pemerintah daerah penerima yang bersangkutan.

8. Piutang kelebihan transfer terjadi apabila dalam suatu tahun anggaran ada kelebihan transfer. Apabila suatu entitas mengalami kelebihan transfer, maka entitas tersebut wajib mengembalikan kelebihan transfer yang telah diterimanya. Sesuai dengan arah transfer, pihak yang mentransfer mempunyai kewenangan untuk memaksakan dalam menagih kelebihan transfer. Jika tidak/belum dibayar, pihak yang mentransfer dapat memperhitungkan kelebihan dimaksud dengan hak transfer periode berikutnya.

Pengakuan piutang/hak tagih yang mencul dari Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) : 1. Bila penyelesaian TP/TGR dilakukan secara damai (di luar pengadilan), maka harus didukung dengan bukti SK Pembebanan/SKP2K/SKTJM/Dokumen yang dipersamakan, merupakan surat keterangan tentang pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi tanggung jawab seseorang dan bersedia mengganti kerugian tersebut. 2. Bila penyelesaian TP/TGR tersebut dilaksanakan melalui jalur pengadilan, pengakuan piutang baru dilakukan setelah ada surat ketetapan yang telah diterbitkan oleh instansi yang berwenang.

Pengukuran piutang pendapatan adalah sebagai berikut: 1. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang diterbitkan; atau 2. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk Wajib Pajak (WP) yang mengajukan banding; atau 3. Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang masih proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh majelis tuntutan ganti rugi.

Pengukuran atas peristiwa-peristiwa yang menimbulkan piutang yang berasal dari perikatan, adalah sebagai berikut: 1. Pemberian pinjaman : a) Piutang pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang dikeluarkan dari kas daerah dan/atau apabila berupa barang/jasa harus dinilai dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan atas barang/jasa tersebut. b) Bila dalam naskah perjanjian pinjaman diatur mengenai kewajiban bunga, denda, commitment fee dan atau biaya-biaya pinjaman lainnya, maka pada akhir periode pelaporan harus diakui adanya bunga, denda, commitment fee dan/atau biaya lainnya pada periode berjalan yang terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan.

2. Penjualan. Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai naskah perjanjian penjualan yang terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan. Apabila dalam perjanjian dipersyaratkan adanya potongan pembayaran, maka nilai piutang harus dicatat sebesar nilai bersihnya. 3. Kemitraan. Piutang yang timbul diakui berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam naskah perjanjian kemitraan. 4. Pemberian fasilitas/jasa. Piutang yang timbul diakui berdasarkan fasilitas atau jasa yang telah diberikan oleh pemerintah pada akhir periode pelaporan, dikurangi dengan pembayaran atau uang muka yang telah diterima.

Pengukuran piutang transfer : 1. Dana Bagi Hasil disajikan sebesar nilai yang belum diterima sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan berdasarkan ketentuan transfer yang berlaku; 2. Dana Alokasi Umum sebesar jumlah yang belum diterima, dalam hal terdapat kekurangan transfer DAU dari Pemerintah Pusat ke kabupaten; 3. Dana Alokasi Khusus, disajikan sebesar klaim yang telah diverifikasi dan disetujui oleh Pemerintah Pusat.

Pengukuran piutang ganti rugi berdasarkan pengakuan yang dikemukakan di atas, dilakukan sebagai berikut : 1. Disajikan sebagai aset lancar sebesar nilai yang jatuh tempo dalam tahun berjalan dan yang akan ditagih dalam 12 (dua belas) bulan ke depan berdasarkan surat ketentuan penyelesaian yang telah ditetapkan; 2. Disajikan sebagai aset lainnya terhadap nilai yang akan dilunasi di atas 12 bulan berikutnya.

Pengukuran Berikutnya (Subsequent Measurement) terhadap Pengakuan Awal : 1. Piutang disajikan berdasarkan nilai nominal tagihan yang belum dilunasi tersebut dikurangi penyisihan kerugian piutang tidak tertagih. 2. Bila terjadi kondisi yang memungkinkan penghapusan piutang maka masing-masing jenis piutang disajikan setelah dikurangi piutang yang dihapuskan.

Pemberhentian Pengakuan Piutang dilakukan dengan 2 cara : 1. Penghapustagihan (write-off). Hapus tagih berkaitan dengan perdata, dan dilakukan berdasarkan ketetapan hukum. 2. Penghapusbukuan (write down). Penghapusbukuan piutang adalah kebijakan intern manajemen, merupakan proses dan keputusan akuntansi untuk pengalihan pencatatan dari intrakomptabel menjadi ekstrakomptabel agar nilai piutang dapat dipertahankan sesuai dengan net realizable valuenya. Tujuan hapus buku adalah menampilkan aset yang lebih realistis dan ekuitas yang lebih tepat. Penghapusbukuan piutang tidak secara otomatis menghapus kegiatan penagihan piutang.

Piutang disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value), yaitu selisih antara nilai nominal piutang dengan penyisihan piutang *). Dasar perhitungan penyisihan piutang adalah kualitas piutang, yang diklasifikasikan sbb : Catatan : *) diperhitungkan di tingkat SKPD

Piutang disajikan dalam Neraca, dan harus diungkapkan secara memadai dalam CaLK. Informasi piutang dalam CaLK meliputi : 1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian, pengakuan dan pengukuran piutang; 2. Rincian jenis-jenis, saldo menurut umur untuk mengetahui tingkat kolektibilitasnya; 3. Penjelasan atas penyelesaian piutang; 4. Jaminan atau sita jaminan bila ada. Untuk Tuntutan ganti rugi/tuntutan perbendaharaan harus diungkapkan piutang yang masih dalam proses penyelesaian, baik melalui cara damai maupun pengadilan. 5. Penghapusbukuan piutang (misalnya jenis piutang, nama debitur, nilai piutang, nomor dan tanggal keputusan penghapusan piutang, dasar pertimbangan penghapus bukuan dan penjelasan lainnya yang dianggap perlu).

Pihak-pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang : 1. Pejabat Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD), yang melaksanakan Fungsi Akuntansi PPKD dengan tugas : a) Mencatat transaksi/kejadian piutang berdasarkan bukti bukti transaksi yang sah dan valid ke Buku Jurnal LRA dan Buku Jurnal LO dan Neraca; b) Melakukan posting jurnal jurnal transaksi/kejadian pendapatan LO dan pendapatan LRA kedalam Buku Besar masing masing rekening; c) Menyusun Laporan Keuangan (LRA, LO, LP-SAL, LPE, LAK, Neraca, CaLK). 2. Bendahara Penerimaan PPKD, dengan tugas : a) Mencatat dan membukukan semua penerimaan kedalam buku kas penerimaan PPKD; b) Membuat SPJ atas pendapatan.

Dokumen yang diperlukan sebagai sumber penjurnalan :

.

JURNAL STRANDAR PIUTANG PADA SAPD PPKD

Contoh 1 : Piutang Bagian Laba Penyertaan Modal Pada BUMD. Tgl 11 Maret 2015, berdasarkan hasil RUPS PT BPR ARTOS yang merupakan BUMD, ditetapkan deviden Pemerintah Rp 500.000.000,oo Tgl 25 Maret, diterima Nota Kredit Bank Japar yang menyebutkan adanya pemindahbukuan ke Rekening Kas Daerah berkenaan dg deviden dari PT BPR ARTOS. Maka, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

Contoh 2 : Pendapatan Transfer. Tgl 05 Januari 2015 PPKD menerima dokumen berupa PMK ttg Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah Pusat dengan nilai Rp 750.000.000,oo. Tgl 10 Maret 2015 PPKD menerima Nota Kredit Bank Japar pemindahan bukuan ke rekening Kas Daerah Rp 750.000.000,oo atas PMK /Dokumen yang dipersamakan tsb. Maka, Fungsi Akuntansi PPKD mencatat :

Pihak Terkait Dan Dokumen Yang Digunakan Pihak pihak yang terkait dalam sistem akuntansi piutang pada SAPD SKPD antara lain : 1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD) yang melaksanakan Fungsi Akuntansi, dan 2. Bendahara Penerimaan SKPD yang bertugas menerima dan mencatat pada Buku kas, dan membuat SPJ. Dokumen yang digunakan sesuai dengan transaksi yang berkenaan dengan pendapatan melalui penetapan, misalnya Surat ketetapan Retribusi.

Jurnal Standar Piutang pada SAPD SKPD

Contoh 1 : Pengakuan Piutang Retribusi. Tgl 20 April 2015, KPA Dinas Perdagangan menerbitkan SKR Tempat Pelelangan Rp 1.000.000,oo Tgl 28 April 2015, Bendahara Dinas Perdagangan menerima Nota Kredit Bank Japar yang menyebutkan adanya pembayaran retribusi ke Rekening Kas Daerah berdasarkan SKR tgl 20 April 2015 di atas. Maka, Fungsi Akuntansi SKPD mencatat :

Contoh 2 : Penyisihan Piutang Tidak Tertagih. Berdasarkan data yang dikelola SKPD, diketahui saldo piutang pajak sebesar Rp175.000.000,00, dengan kualitas piutang pajak sbb : Maka, PPK SKPD mencatat penyisihan piutang :

Sumber : Peraturan Menteri Dalam Negeri No 64 Th 2013