KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODEL KOREKSI GEOMETRI ORTHO LANDSAT UNTUK PEMETAAN PENUTUP LAHAN WILAYAH INDONESIA

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

PEMANFAATAN PERANGKAT LUNAK PCI UNTUK MENINGKATKAN AKURASI ANALISIS SPASIAL

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT Uftori Wasit 1

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

Citra Satelit IKONOS

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

M. Natsir, Kustiyo Peneliti Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh, Lapan ABSTRACT

GD 319 PENGOLAHAN CITRA DIGITAL KOREKSI GEOMETRIK CITRA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

ORTHOREKTIFIKASI CITRA RESOLUSI TINGGI UNTUK KEPERLUAN PEMETAAN RENCANA DETAIL TATA RUANG Studi Kasus Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)

Analisa Kelayakan Penggunaan Citra Satelit WorldView-2 untuk Updating Peta Skala 1:1.000 (Studi Kasus :Surabaya Pusat)

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

PENGARUH JUMLAH DAN SEBARAN GCP PADA PROSES REKTIFIKASI CITRA WORLDVIEW II

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

TUGAS AKHIR RG141536

ORTHOREKTIFIKASI DATA CITRA RESOLUSI TINGGI (ASTER DAN SPOT) MENGGUNAKAN ASTER DEM

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

LAPORAN ASISTENSI MATA KULIAH PENGINDERAAN JAUH. Dosen : Lalu Muhammad Jaelani ST., MSc., PhD. Cherie Bhekti Pribadi ST., MT

Ir. Rubini Jusuf, MSi. Sukentyas Estuti Siwi, MSi. Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)

Patria Rachman Hakim, Abdul Rahman, Suhermanto, Elvira Rachim Peneliti Pusat Teknologi Satelit, Lapan

SENSOR DAN PLATFORM. Kuliah ketiga ICD

Perancangan Aplikasi Koreksi Geometri pada Data Remote Sensing

Isfandiar M. Baihaqi

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

BAB III PENGOLAHAN DATA. Pada bab ini akan dibahas tentang aplikasi dan pelaksanaan penelitian yang dilakukan dalam tugas akhir ini.

Analisa Ketelitian Planimetris Citra Quickbird Guna Menunjang Kegiatan Administrasi Pertanahan (Studi Kasus: Kabupaten Gresik, 7 Desa Prona)

Bab I Pendahuluan I.1. Latar belakang

ANALISIS KOREKSI GEOMETRIK MENGGUNAKAN METODE DIRECT GEOREFERENCING PADA CITRA SATELIT ALOS DAN FORMOSAT-2

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

LAPORAN RESPONSI PENGINDERAAN JAUH

Bab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.

11/25/2009. Sebuah gambar mengandung informasi dari obyek berupa: Posisi. Introduction to Remote Sensing Campbell, James B. Bab I

PERANAN CITRA SATELIT ALOS UNTUK BERBAGAI APLIKASI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA DI INDONESIA

DETEKSI AWAN DALAM CITRA SPOT-5 (CLOUD DETECTION IN SPOT-5 IMAGES)

Analisis Indeks Vegetasi Menggunakan Citra Satelit FORMOSAT-2 Di Daerah Perkotaan (Studi Kasus: Surabaya Timur)

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. IV.1 Analisis Data Titik Hasil Pengukuran GPS

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAND COVER BY USING SPOT-4 IMAGERIES)

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

PEMISAHAN ANTARA RADIANSI DASAR PERAIRAN DAN RADIANSI KOLOM AIR PADA CITRA ALOS AVNIR-2

Evaluasi Ketelitian Luas Bidang Tanah Dalam Pengembangan Sistem Informasi Pertanahan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G165

III. METODE PENELITIAN

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

PEMANFAATAN DATA RESOLUSI TINGGI UNTUK PENYUSUNAN TATA RUANG PULAU-PULAU KECIL (STUDI KASUS: PULAU BELAKANG PADANG, PROPINSI KEPULAUAN RIAU)

2. TINJAUAN PUSTAKA Pemanfaatan Citra Satelit Untuk Pemetaan Perairan Dangkal

III. BAHAN DAN METODE

SIDANG TUGAS AKHIR RG

ANALISIS PENENTUAN EKOSISTEM LAUT PULAU- PULAU KECIL DENGAN MENGGUNAKAN DATA SATELIT RESOLUSI TINGGI STUDY KASUS : PULAU BOKOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI PERKEMBANGAN DAN PERSEBARAN PEMBANGUNAN APARTEMEN SESUAI DENGAN RTRW SURABAYA TAHUN 2013 (Studi Kasus : Wilayah Barat Kota Surabaya)

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

Metode Klasifikasi Digital untuk Citra Satelit Beresolusi Tinggi WorldView-2 pada Unit Pengembangan Kertajaya dan Dharmahusada Surabaya

Perspective & Imaging Transformation

LAPAN sejak tahun delapan puluhan telah banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

Mekanisme Penyelenggaraan Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi Sesuai Inpres Nomor 6 Tahun 2012

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN LUASAN BIDANG TANAH ANTARA CITRA SATELIT ALOS PRISM DAN FORMOSAT-2 (Studi Kasus : Pucang, Surabaya)

PENGEMBANGAN METODE BANGKITAN DAN TARIKAN PERJALANAN BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

Fauzan Putra ( ) Mahasiswa. Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota. Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan. Universitas Bung Hatta

DETEKSI EKOSISTEM MANGROVE DI CILACAP, JAWA TENGAH DENGAN CITRA SATELIT ALOS

PENGEMBANGAN TEKNIK NORMALISASI DAN DENORMALISASI PADA METODE RPC UNTUK ORTHOREKTIFIKASI CITRA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

Latar Belakang. Penggunaan penginderaan jauh dapat mencakup suatu areal yang luas dalam waktu bersamaan.

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Dedi Irawadi Kepala Pusat Teknologi dan Data Penginderaan Jauh. KLHK, Jakarta, 25 April 2016

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

Transkripsi:

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 KAJIAN KETELITIAN KOREKSI GEOMETRIK DATA SPOT-4 NADIR LEVEL 2 A STUDI KASUS: NUSA TENGGARA TIMUR Muchlisin Arief, Kustiyo, Surlan Peneliti Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh, LAPAN ABSTRACT Once of stage of the digital image processing is doing the geometric correction. This process involves matching the coordinate system between image to the map proyection required. The aimed of geometric correction are correcting some errors caused by the satellite movement and the scanning sensor of object. In this paper explained the geometric correction of SPOT-4 images to ground coordinates using ground control points collected from ortorectification Landsat-7 image produced by USGS with 15 meter of spatial resolution and processed using imagine software. Based on the calculation by using 80 GPS points produced the accuracy better than the standart SPOT image CNES. ABSTRAK Tahapan yang paling penting dalam pengolahan awal citra satelit adalah melakukan koreksi geometrik, sehingga citra tersebut sesuai dengan peta proyeksi yang diinginkan. Koreksi geometrik bertujuan untuk mengoreksi kesalahan yang diakibatkan pergerakan satelit ketika mengorbit dan sensor pada saat menscan objek. Makalah ini menjelaskan tentang kajian koreksi geometrik dari data SPOT-4 Nadir yang dikoreksi dengan menggunakan GCP (Ground Control Point), yang diambil dari data Landsat-7 Ortorektifikasi produk USGS resolusi 15 meter dan diproses dengan menggunakan software Imagine. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan 80 titik GCP, kesalahan simpangan lebih baik dari produk yang dipersyaratkan oleh citra standar SPOT CNES. Kata kunci : Koreksi geometrik, Ketelitian, SPOT-4, Landsat, Sistem koordinat 1 PENDAHULUAN Dengan bertambah baiknya resolusi spasial dan resolusi spektral satelit, maka semakin berkembang juga pemanfaatan data satelit penginderaan jauh (inderaja), untuk pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan khususnya di Indonesia dan dunia umumnya. Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dari perairan hingga daratan, sehingga sangat berkepentingan untuk memanfaatkan data, jasa dan produk teknologi Inderaja. Hal ini semakin dirasakan pentingnya mengingat wilayah negara yang hingga saat ini baru sebagian sumber daya alam yang telah teridentifikasi dan juga adanya tuntutan pemerintah yang mengharuskan setiap wilayah kabupaten/kota mempunyai peta wilayah dengan skala 1:5000. Sekarang di dunia telah ada beberapa satelit Inderaja yang telah dimanfaatkan Indonesia, baik yang dilengkapi sensor pasif (seperti Landsat, SPOT) maupun aktif seperti satelit ERS (European Space Agency), RADARSAT, JERS), baik satelit dengan resolusi rendah (seperti NOAA dan MODIS) maupun satelit dengan resolusi tingggi (seperti SPOT, LANDSAT, IKONOS, Quck Birds). Di antara satelit resolusi tinggi tersebut di atas, data satelit yang diterima langsung oleh 132

Kajian Ketelitian Koreksi Geometrik Data Spot... (Muchlisin Arief et al.) Stasiun Bumi di Pare-Pare adalah data satelit SPOT dan Landsat. Satelit SPOT pertama kali diluncurkan pada tahun 1986, diikuti dengan SPOT-2 pada tahun 1988. Pada tahun 1993 diluncurkan SPOT- 3, kemudian diikuti SPOT-4 pada tahun 1998 dan yang terakhir adalah SPOT-5 yang diluncurkan pada 4 Mei 2002. Sedangkan data yang telah diterima di Stasiun Bumi Pare-pare adalah data satelit SPOT-4. Satelit SPOT-4 dilengkapi dengan sensor HRV (High Resolution Visible) dan menghasilkan data pankhromatik dengan resolusi spasial 10 meter dan data multispektral dengan resolusi 20 meter, dengan sudut inklinasi -27º sampai dengan +27º. Semua data digital remote sensing satelit mengandung kesalahan geometrik sistematik atau tidak sistematik (systematic and unsystematic error) (Berstein, 1983). Kesalahan tersebut dapat dikoreksi baik dengan menggunakan variabel yang diketahui dalam internal sensor dan juga dapat dilakukan koreksi dengan menyamakan (matching) koordinat dengan citra yang telah dikoreksi atau dengan menggunakan titik kontrol tanah (Ground Control Point). Oleh karena itu, produk standar pemrosesan data spot dibagi dalam 4 tingkatan yaitu: Level 1-A, produk data SPOT yang telah dilakukan koreksi Radiometrik, Level 1-B, yaitu produk data SPOT yang telah dilakukan koreksi baik radiometrik maupun geometrik, Level 2-A yaitu produk data SPOT yang telah dikoreksi tanpa menggunakan Gound Control Point (GCP), Level 2-B yaitu produk data SPOT yang telah dikoreksi dengan menggunakan titik-titik kontrol pada permukaan bumi atau Ground Control Points (GCP)s. lebih akurat dari level 2A, Level 3 yaitu produk data SPOT yang telah dikoreksi baik radiometrik maupun geometrik dengan menggunakan data GCPs dan Data Terrain Model (DTM), Level S yaitu produk data SPOT dengan melakukan pengolahan radiometrik dan geometric resampling untuk dua scene. Setiap level pemrosesan akan menghasilkan kesalahan/simpangan geometrik, yang mana menurut acuan yang dikeluarkan oleh SPOT-CNES berorde puluhan meter. Kesalahan setiap level pemrosesan dapat dilihat pada Tabel 1-1. Tabel 1-1: DATA TEKNIS SATELIT SPOT SPOT 1-4 SPOT 5 Instrument HRV/ HRVIR HRG HRS Kanal spektrum PAN B1, B2, B1, B2, SWIR VHR PN SWIR B3 B3 PAN Lebar sapuan 60 km 60 km 60 km 60 km 60 km 60 km 60 km 120 km Resolusi 10 m 20 m 20 m 2.5 m 5 m 10 m 20 m 5m*10 m Akurasi lokasi mutlak level 2 A 350 m 350 m 350 m 50 m 50 m 50 m 50 m 20 m (tanpa GCP) Akurasi lokasi mutlak level 2 A 30 m 30m 30 m 30 m 30 m 30 m 30 m 30 m (dengan GCP) Sumber: http://spot5.cnes.fr/ 133

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh ketelitian geometri data SPOT-4 Nadir level 2 A (Sudut Inclinasi < 1 deg) agar dapat digunakan untuk Updating peta penutup lahan skala 1:100.000. Adapun data yang digunakan adalah: SPOT-4 wilayah NTT, dengan Ki/Kj : 321/367 dan sudut inklinasi : -0.8 deg, sedangkan data acuan yang digunakan adalah: Data Landsat Ortorektifikasi produk USGS dengan resolusi 15 m dan software yang digunakan adalah IMAGINE versi 8.6. 2 METODOLOGI Diagram alur yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Gambar 2-1). Y = bo + b1x + b2y (2-2) Dimana : X,Y = citra terkoreksi dan x, y = peta atau citra rektifikasi ao, bo : Koefisien untuk translasi a1, b1 : Koefisien : untuk rotasi dan scaling dalam arah x a2, b2 : Koefisien untuk rotasi dan skala dalam arah y Kemudian dilakukan resampling dengan menggunakan metode titik terdekat (nearest neighborhood). Dalam penentuan titik GCP harus dilakukan menyebar keseluruh scene citra. Gambar 2-2: Orthorectification product USGS resolusi 15 meter Gambar 2-1: Diagram alur koreksi geometrik SPOT-4 level 2-A menjadi level 2-B Citra SPOT-4 (Gambar 2-1) yang akan dikoreksi mempunyai sudut inklinasi <1º (lebih kecil 1 derajat). Sedangkan GCP-nya (Ground Control Point) diambil dari citra Landsat Ortorektifikasi produk USGS resolusi 15 meter tahun 2000 (Gambar 2-2). Setelah ditentukan GCPnya dengan jumlah yang telah ditentukan, kemudian dilakukan proses koreksi dengan menggunakan fungsi transformasi linier (fungsi transformasi orde pertama) yang dituliskan dengan persamaan : X = ao + a1x + a2y (2-1) Untuk menentukan ketelitian (accuracy) dari citra yang telah dikoreksi dapat diperoleh dengan cara membandingkan titik dari citra hasil proses dengan titik-titik kontrol/arah (GCP) kemudian dihitung simpangan setiap titik pada arah X dan Y (δx dan δy) untuk menentukan Root Mean Square-nya (RMS). 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam kajian ini digunakan data satelit SPOT-4 wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan KiKj : 321/367 dan sudut inklinasi 0.8 derajat yang diterima pada tanggal 7 November 2007. Sedangkan data Referensi : Landsat -7 Ortorektifikasi produk USGS resolusi 15 meter. 134

Kajian Ketelitian Koreksi Geometrik Data Spot... (Muchlisin Arief et al.) (a) Citra SPOT-4 dengan 5 titik GCP (b) Citra SPOT-4 dengan 9 titik GCP (c) Citra SPOT-4 dengan 16 titik GCP (d) Citra SPOT-4 dengan 80 titik GCP Gambar 3-1: Distribusi titik GCP pada citra SPOT-4 Sebagaimana diterangkan di atas, bahwa fungsi transformasi yang digunakan dalam uji coba ini adalah fungsi transformasi orde pertama (linier), berarti ada 6 konstanta yang tidak diketahui dalam dua persamaan, sehingga minimum membutuhkan 3 buah GCP. Dalam kajian ini digunakan 5 GCP, 9 GCP, 16 GCP dan 80 GCP, dimana distribusi dalam penentuan GCP terlihat pada Gambar 3-1 a, b, c, d. Dengan demikian untuk citra SPOT 4 yang sama dilakukan sebanyak 4 kali koreksi geometrik, yaitu pertama koreksi geometrik untuk 5 GCP (Gambar 3-1a), hasil proses ini dapat dilihat pada Gambar 3-2a. Kedua koreksi geometrik dengan menggunakan 9 GCP (Gambar. 3-1b), hasil proses ini dapat dilihat pada Gambar 3-2b, serta koreksi geometrik dengan menggunakan 9 dan 80 GCP (Gambar 3-1 c dan 3-1 d), hasil dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 3-2c dan 3-2d. Kemudian dari keempat koreksi tersebut di atas dihitung simpangan setiap titik pada arah X dan Y (δx dan δy) dan R rms = (δx 2 + δy 2 ) ½. Secara sekilas pandang, hasil koreksi geometrik menggunakan 5 titik, 9 titik, 16 titik ataupun 80 titik menghasilkan citra yang sama (hampir susah menemukan perbedaan-perbedaan yang signifikan (Gambar 3-2). Akan tetapi apabila dihitung simpangan RMS nya akan tampak jelas perbedaannya antara hasil koreksi geometrik menggunakan 5 titik dengan menggunakan banyak titik (Gambar 3-2). 135

Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 3 No. 3 September 2008:132-137 (a) Citra SPOT-4 yang telah dikoreksi dengan 5 titik GCP (b) Citra SPOT-4 yang telah dikoreksi dengan 9 titik GCP (c) Citra SPOT-4 yang telah dikoreksi dengan 16 titik GCP (d) Citra SPOT-4 yang telah dikoreksi dengan 80 titik GCP Gambar 3-2: Citra SPOT-4 yang telah dikoreksi Gambar 3-3: Hubungan RMS simpangan dengan jumlah GCP Berdasarkan perhitungan, kesalahan RMS dari 5 GCP adalah 0,02 dan RMS simpangan adalah 38,33 meter. Bila menggunakan 9 GCP, maka RMS kesalahannya adalah 37,89. Bila menggunakan 16 GCP, maka RMS GCP adalah 17,38 dan 35,61 meter untuk RMS simpangannya, dan bila menggunakan 80 GCP maka menghasilkan RMS GCP dan simpangan RMS secara berurutan adalah 26,36 dan 26,36 meter (grafik di dalam Gambar 3-3). 136

Kajian Ketelitian Koreksi Geometrik Data Spot... (Muchlisin Arief et al.) 4 KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: ketelitian hasil koreksi citra satelit SPOT-4, bila dikoreksi dengan 5 GCP akan mengasilkan simpangan RMS 38.33 meter, bila digunakan 9 GCP, maka menghasilkan simpangan RMS sebesar 37, 89 meter, bila menggunakan 16 GCP maka menghasilkan simpangan RMS adalah 35,61 dan menghasilkan simpangan RMSnya 26,36 meter bila menggunakan 80 GCP. Dengan demikian bila data SPOT akan digunakan untuk updating peta penutup lahan atau lainnya, disarankan untuk dilakukan koreksi geometrik terlebih dahulu dengan menggunakan 80 titik GCP atau lebih. DAFTAR RUJUKAN Bernstein, R., 1983. Image Geometry and Rectification. Chapter 21 in The Manual of Remote Sensing. R. N. Colwell, ed., Bethesda, MD. American Society of Photogrammetry, 1:875-881. Westin, T., 1990. Precision Rectification of SPOT Imagery. Photogrammetric Engineering and Remote Sensing, Vol. 56 (2), pp. 247-253...www. SPOTimage.com. 137