1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman manusia yang paling umum. Menurut Sternberg (dalam Tambunan,

PERBEDAAN TRUST PASANGAN YANG MENJALIN HUBUNGAN JARAK JAUH DITINJAU DARI STATUS PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di zaman yang semakin maju dan modern, teknologi semakin canggih dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas bagi seorang anak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baru, seperti definisi pernikahan menurut Olson dan Defrain (2006)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. hubungan yang intim merupakan tugas perkembangan yang penting pada masa dewasa awal

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Dari semua fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. tugas perkembangannya (Havighurst dalam Hurlock, 1996). dalam Hurlock, 1996). Di masa senjanya, lansia akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. individual yang bisa hidup sendiri tanpa menjalin hubungan apapun dengan individu

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

MANAJEMEN KONFLIK PADA ISTRI YANG MENGALAMI LONG DISTANCE RELATIONSHIP. Nama : Aisyah NPM : Pembimbing : Nurul Qomariyah, Msi.Psi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua penduduk di dunia ini hidup dalam unit-unit keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

Gambaran Trust pada Wanita Dewasa Awal yang Sedang Menjalani Long Distance Marriage

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

Gambaran Trust Pada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting dengan Usia Pernikahan 0-5 Tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian. Setelah menikah, pasangan akan mempelajari dan menyadari bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

TIPS MEMBANGUN RUMAH TANGGA YANG HARMONIS DARI KANG MASRUKHAN. Tahukah anda bahwa untuk membangun sebuah Rumah Tangga yang harmonis

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang berbeda pada masing-masing masa. Diantara masamasa

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

2016 PENGARUH KOMUNIKASI HIPERPERSONAL TERHADAP PEMELIHARAAN HUBUNGAN JARAK JAUH (LONG DISTANCE RELATIONSHIP) MAHASISWA DI KOTA BANDUNG

Written by Daniel Ronda Saturday, 08 February :22 - Last Updated Wednesday, 29 October :08

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi kehidupan manusia. Banyak orang mengeluhkan dirinya merasa tidak

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan. sekitarnya. Salah satu bentuk hubungan yang sering terjalin dan

Transkripsi:

BAB IENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, karena manusia hidup membutuhkan orang lain dalam kehidupannya dan kerap sekali berinteraksi saling berinteraksi satu sama lain. Seseorang yang sering berhubungan serta berinteraksi dengan orang lain membuat seseorang tertarik dengan orang lain, ketertarikan itu muncul karena adanya kedekatan satu sama lain antara pria dan wanita atau sebaliknya. Individu yang selalu ingin berhubungan dengan orang lain hal ini berarti individu memiliki ketertarikan pada mereka. Dalam hal ini juga munculah istilah kata menyukai, cinta, rasa aman nyaman, kelekatan, kasih sayangyang diwujudkan bentuk persahabatan, kekasih yang sebagai akibat adanya saling ketertarikan antar pribadi. Menurut Havighurts (Lemme, 1995 dalam Khoman, 2010) menyatakan bahwa memilih pasangan hidup adalah salah satu tugas perkembangan masa dewasa muda. Menurut Levinson (dalam Monks, 2004) menyatakan bahwa individu yang berada pada usia 17 40 tahun dapat digolongkan dalam masa dewasa muda. Menurut Erikson (dalam King, 2010) yang menyatakan bahwa pada masa dewasa muda memiliki tahapan hubungan yang mempunyai rasa kehangatan, kedekatan dan komunikatif dengan ataupun tidak melibatkan kontak seksual, bila dewasa muda gagal dalam membentuk keintiman, maka ia akan mengalami apa yang disebut dengan isolasi yakni perasaan merasa tersisihkan, muncul rasa kesepian dan menyalahkan diri karena merasa berbeda dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Santrock (2002) bahwa orang 1

2 dewasa muda telah mulai menjajaki masa transisi, baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Jadi dapat disimpulkan bahwa dewasa muda cenderung masih memiliki emosional yang kurang stabil karena mengalami perubahan-perubahan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Menurut Kiessinger dkk(2001) pada masa dewasa muda inilah, individu mencari pasangan hidup dengan cara membentuk sebuah hubungan yang romantik. Selain itu pada masa dewasa muda ini, individu juga mengembangkan karir serta membentuk mimpi mengenai kehidupan yang diinginkannya (Craig, 1986 dalam Khoman, 2010). Kondisi pada zaman sekarang ini telah membuat kebanyakan orang berusaha mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik demi kelangsungan hidup hingga dimasa yang akan datang. Adanya kondisi tersebut dapat menyebabkan hubungan romantik antar pasangan ini harus dihadapkan dengan masalah perpisahan baik secara fisik, jarak,waktu maupun letak yang berjauhan yang kerap sekali sering memiliki hambatan dalam berkomunikasi karena sulitnya menjangkau komunikasi yang cukup jauh. Menurut Mayntz (2006) menyatakan bahwa pada umumnya, hubungan jarak jauh terjadi pada pasangan yang telah bersama sebelumnya dan salah seorang dari mereka harus ditempatkan di tempat lain karena adanya faktor pekerjaan, sehingga memaksa hubungan mereka terpisahkan oleh jarak. Hubungan jarak jauh ini termasuk juga yang dialami oleh hubungna pasangan jarak jauh yang belum menikah (pacaran jarak jauh) dan hubungan pasangan jarak jauh yang sudah menikah (pernikahan jarak jauh). Penelitian Kauffman (2000) telah melibatkan banyak responden yang meyakini bahwa kepercayaan ialah aspek yang dinilai paling tinggi, yang menjadi syarat dalam

3 keberhasilan hubungan jarak jauh dan salah satu strategi yang dilakukan oleh individu untuk perkembangan dari sebuah hubungan yang romantis menuju hubungan selanjutnya ialah kepercayaan atau trust. Fenomena hubungan jarak jauh yang telah dilansir secara online terjadi di Indonesia yang dialami oleh pengalaman Yuliana(Buruh Migran Indonesia) dengan suaminya yang menjalani hubungan jarak jauh yang dikutip dalam DDHK News, berikut kutipannya:...banyak orang Buruh Migran Indonesia (BMI) mengalami hubungan jarak jauh. Mereka terpaksa terpisah jarak, ruang, dan waktu dengan orang-orang yang mereka sayangi. Bagi sebagian orang mungkin hubungan jarak jauh adalah hal biasa dan tak menjadi beban. Namun, sebagian orang lainnya merasakan bahwa LDR adalah sebuah perjuangan yang sangat sulit. Dalam beberapa kasus, jarang ada pasangan yang mampu bertahan dalam hubungan jarak jauh, meskipun dengan perkembangan teknologi secanggih sekarang ini. Hubungan jarak jauh memang butuh komitmen dan kepercayaan tinggi dari masing-masing pasangan. Sifat dasar manusia yang mudah bosan, suntuk, dan was-was terkadang membuat hubungan jarak jauh kandas di tengah jalan.aku sendiri pernah menjalani LDR. Aku bekerja di Hong Kong sedangkan suami di Korea. Banyak sekali masalah yang timbul ketika aku tak bisa mengontrol diri dan emosi. Cemburu juga jadi salah satu penyebabnya. Akhirnya lama-kelamaan aku menyadari, jika terus-menerus seperti itu, tak akan pernah membawa kebaikan. Jika diamati, inti sebenarnya dari cinta jarak jauh adalah kepercayaan. Kalau tidak ada kepercayaan terhadap pasangannya, maka otomatis sulit mempertahankan hubungan itu. Selain kepercayaan, kesabaran juga sangat penting dalam LDR. Jika pasangan LDR tidak sabar, tidak bisa mengontrol diri dan emosi, jadinya tidak baik. Nilai positif yang dapat diambil dari LDR adalah harus lebih mandiri sehingga menjadi wanita yang tidak tergantung kepada lelaki. Sisi negatifnya adalah terkadang akan timbul paerasaan iri melihat pasangan lain. LDR akan berakhir bahagia jika bisa bertahan. (www.ddhknews.com) Berdasarkan fenomena diatas yang terjadi di Indonesia sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diah (2010) yang menyatakan bahwa individu yang menjalin hubungan jarak jauh lebih sering dilanda rasa cemburu dan khawatir terhadap pasangannya yang menyukai atau disukai oleh orang lain,

4 sehingga muncul kesalahpahaman dan akan menurunkan kepercayaan.menanamkan rasa saling percaya adalah hal yang sangat penting untuk mempererat hubungan jarak jauh, sehingga tidak akan terjadi rasa cemburu dan curiga yang tidak beralasan. Menurut Thompson dan Walker (dalam Papalia, 2003) menjelaskan bahwa wanitamengekspresikan keintimannya melalui rasa saling berbagi perasaan dan kepercayaan,sedangkan pada pria cenderungmemerlukan sebuah keintimannya melalui hubungan seksual,pemberian bantuan praktis, pendampingan, dan aktivitas yang dilakukan bersama. jadi, kurangnya kehadiran antar pasangan memang dapat mempengaruhi kepercayaan atau trust.. Keadaan diatas terjadi pada seorang wanita berinisial YN yang berusia 33 tahun yang bekerja di luar negeri dan menjalani pernikahannya dengan hubungan jarak jauh selama 4 tahun dikarenakan sebuah tuntutan pekerjaan, namun akhirnya bercerai dengan suaminya karena kurangnya komunikasi dan kebutuhan biologis yang kemudian menimbulkan rasa kurang percaya, rasa curiga dan ketidakpastian yang akhirnya mengganggu komitmen dan suami berselingkuh. Berikut kutipan wawancara pribadi yang dilakukan oleh peneliti melalui sosial media facebook dengan responden YN. Saya ditinggalin mantan suami saya itu karena selama 4 tahun jalin hubungan jarak jauh, saya sama suami kurang komunikasi mbak, jadi waktu kita bisa komunikasi tapi yang ada malah bertengkar, jadinya kita sering gak percaya lagi. Saya sendiri juga jarang pulang ke indonesia kan. Jadi kadang suami saya ngeluh soal kebutuhan intim kita yang kurang, akhirnya lama-lama suami bosen trus nggak mau nunggu sampai saya pulang mbak. Trus lama-lama suami saya itu selingkuh, akhirnya saya sama suami memutuskan utk pisah saja, gak lama setelah resmi cerai suami saya langsung nikah lagi sama wanita yang diselingkuhin tadi mbak, ya ini yang saya alami mbak, perasaan sedih, kecewa, sakit hati, hancur jadi satu tapi mau gimana lagi, saya disini juga harus menghidupi kebutuhan keluarga saya di indonesia mbak (V.1)

5 Berdasarkan fenomena diatas bahwa dalam menjalani hubungan jarak jauh kemungkinan besar akan mengalami konflik, salah satunya adalah komunikasi yang tidak lancar. Komunikasi yang tidak lancar membuat pasangan rawan akan terjadinya konflik. Menurut Amanah (2014) yang bependapat bahwa kualitas komunikasi yang berkurang akan menurunkan kepercayaan pasangan pernikahan jarak jauh. Menurut Maines ( Marriage and Family Encyclopedia, 2009) menyatakan bahwa perkawinan tanpa rasa saling percaya mungkin bisa mengakibatkan hal yang buruk seperti perceraian.data yang didapat dari pengadilan agama negeri kabupaten Ngawi (2016) diperoleh bahwa angka perceraian pada bulan januari hingga bulan mei tahun 2016 jumlahnya meningkat menjadi 63,4 % padahal ditahun 2015 jumlahnya masih 53,5 % dan ditahun 2014 48%, beberapa diantaranya memiliki permasalahan pernikahan jarak jauh dengan rasa cemburu karena ketidakpercayaan, hadirnya atau gangguan dari pihak ketiga, tidak ada tanggung jawab sehingga tidak ada keharmonisan. Fenomena sebaliknya, wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada seorang wanita inisial PF. PF dan suaminya sudah menjalani pernikahan jarak jauh selama 1,5 tahun sejak awal pernikahan. PF harus menjalani perkawinan jarak jauh karena suaminya ditugaskan bekerja diluar kota yang berbeda. Berikut kutipan wawancara pribadi yang dilakukan oleh peneliti kepada seorang responden PF....selama ini aku nggak pernah berantemsama suamiku mbak. Setiap ada masalah pasti kita bicarain baik-baik tanpa pertengkaran, soalnya aku sama suami punya komitmen yang kuat buat jaga hubungan jarak jauh ini mbak, dan aku yakin, percaya kalau suamikuitu laki-laki baik, selalu perhatian pas aku nggak ada disampingnya, selalu nelfon aku. Ya, sebenarnya aku pengen ikut sama suamiku sih tapi karena sekarang aku masih nglanjutin S2 disini mbak, jadi belum bisa ikut suamiku, agak sedih

6 sih tapi ya mau gimana lagi, mau gak mau ya dijalani, cuma sementara doank kok nunggu sampai aku lulus S2, hehehe. (V.2) Berdasarkan fenomena wawancara diatas yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan pendapat menurut Maines ( Marriage and Family Encyclopedia, 2009) menyatakan bahwa dalam pernikahan jarak jauh atau istilahnya commuter marriage, trust dan komitmen cenderung dinilai tinggi bagi pasangan yang berhasil menegoisasikannya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas maka kepercayaan atau trust sendiri merupakan aspek penting dalam semua hubungan, terutama dalam hubungan perkawinan jarak jauh.pernikahan jarak jauh ini memang diperlukan trust, selain juga kejujuran, kesetiaan dan komitmen. Menurut Farris (dalam Rusconi, 2002& Arbaiyah, 2014) menyatakan bahwa keberhasilan yang sangat penting pada pernikahan jarak jauh adalah dasar kepercayaan atau trust, dukungan dari pasangan, komitmen yang kuat pada perkawinan dan pasangan, serta komunikasi yang terbuka antar pasangan.jadi pada kenyataannya, semakin jauh jarak yang memisahkan antar pasangan, semakin besar pula hambatan serta tantangan ataupun permasalahan yang dihadapi pasangan jarak jauh ini, khususnya akan mempersulit pasangan untuk bertemu. Karena intensitas pertemuan yang minim kerap kali akan menimbulkan kesulitan dalam hubungan tersebut. Proses wawancara pribadi selanjutnya yang telah dilakukan oleh peneliti kepada seorang mahasiswa berinisial AY yang telah menjalani pacaran jarak jauh selama 2 tahun tahun dan akhirnya harus berakhir karena kurangnya komunikasi yang dapatmenimbulkan berkurangnya tingkat saling percaya. Berikut pernyataan AY salah seorang mahasiswa yang telah menjalani pacaran jarak jauh

7 Aku itu sebenernya gak apa-apa LDRan mbak, cuma kalo yang diajak LDR aja kurang komunikasi jarang ngabarin, ya otomatis perasaan cewek kalau digituin khawatir ya mbak ya terus was-was, akhirejadi sakit hati sendiri abis itu berantem terus-terusan karena gak ada yang saling ngerti jadine kita sering gak percayaan gitu mbak, ya gimana ya mbak, aku iki emang orange nggak bisa kesepian jadine kalo ada apa-apa ngono sering khawatir, curiga gitu mbak. Yaudah mbak akhire aku putus wae sama pacar ku, aku sebel sih mbak kesel aku ama dia ki.(v.3) Berdasarkan wawancara fenomena diatas sesuai denganpendapat menurut Reisman (dalam Beebe dkk, 2004) yang menjelaskan banyak peneliti yang kemudian berkesimpulan bahwa pacaran jarak jauh memiliki probabilitas kegagalan yang cukup besar dibandingkan dengan pacaran jarak dekat (proximal relationship), bahwa banyak hambatan-hambatan dalam pacaran jarak jauh, salah satunya adalah karena komunikasi. Komunikasi (Yudistriana dkk, 2010) merupakan hal penting dalam hubungan pacaran jarak jauh, biasanya individu yang berpacaran jarak jauh mengalami situasi emosinya berbeda dibandingkan individu yang berpacaran jarak dekat, karena pada individu yang berpacaran jarak jauh seringkali diliputi oleh rasa cemburu curiga bila pasangannya tidak memberi kabar, maka dalamhubungan jarak jauh memang memerlukan rasa saling percaya untuk mempererat hubungan, sehingga tidak terjadi rasa cemburu dan curiga yang tidak beralasan ( Tips Menjaga Hubungan jarak Jauh, 2015). Menurut pendapat Oktaviani (2014) yang berpendapat bahwa membangun kepercayaan hubungan jarak jauh adalah dengan menjaga komunikasi yang terbuka dan lancar, maka tidak akan ada pikiran negatif atau merasa tidak aman (insecure), serta hubungan akan semakin kuat karena masing-masing pasangan bisa saling percaya. Penelitian survey diadakan di negara Indonesia yang telah melibatkan 123 responden pacaran jarak jauh yang dilakukan oleh Wolipop secara online, diperoleh data bahwa 49 persen responden berhasil menjalani hubungan

8 asmarajarak jauh dengan pasangannya, 38 persen responden tidak berhasil menjalani hubungan jarak jauh karena perselingkuhan, 5 persen responden menjalani hubungan jarak jauh disertai dengan keraguan/ ketidakpastian dan putus asa terhadap pasangannya dimasa depan,maka dalamhal ini dapat mempengaruhi adanya penurunan tingkat kepercayaan pasangan, sedangkan 10 persen lainnya berharap hubungan jarak jauh yang dijalaninya akan berhasil ( Survei 49% pasangan berhasilmenjalani pacaran jarak jauh, 2012). Hasil survey di indonesia ini menunjukkan bahwa menjalin hubungan jarak jauh tidaklah mudah dan memiliki persentase keberhasilan yang sedikit sekitar ± 50 persen.. Ketidakpastian hubungan lebih mungkin terjadi dalam pacaran jarak jauh karena jarak dan fisik merupakan sumber utama dalam ketidakpastian hubungan (Dainton & Aylor, 2001). Planalp dan Honeycutt (dalam Dainton & Aylor, 2001) menyatakan bahwa peningkatan dalam ketidakpastian suatu hubungan, memang berhubungan dengan penurunan kepercayaan atautrust. Oleh sebab itu, individu yang menjalani pacaran jarak jauh mengalami ketidakpastian hubungan yang tinggi, maka mereka akan memiliki trust yang rendah dibandingkan dengan individu yang menjalani pacaranjarak dekat (Dainton &Aylon, 2001). Fenomena penelitian yang dilakukan dari instansi Center for Study of Long Distance di Amerika Serikat melalui penelitian Dr. Greg Guldnef. Penelitian inimenemukan bahwa sekitar ± 70% pasangan telah gagal untuk memperjuangkan hubungan jarak jauhkarena kesulitan dalam perubahan yang terjadi dan pada akhirnya hanya mampu bertahan selama 6bulan saja.( Long distance relationship mungkinkah?, 2011). Mengatasi kegagalan dalam hubungan jarak jauh inimemang dibutuhkan rasa percaya kepada pasangan dan komitmen untuk jujur

9 dalam berkomunikasi (dalam Richo, 2010).Jika pasangan saling berkomitmen satu sama lain, saling percaya dan bersedia menanggung risiko bersama-sama, maka kemungkinan hubungan jarak jauh dapat terjalin dan dipertahankan oleh antar pasangan (dalam Wawa, 2010). Jadi dengan adanya rasa percaya memang dubutuhkan pada setiap hubungan. Hubungan itu akan tumbuh jika memilki rasa saling percaya, sebaliknya hubungan tidak akan tumbuh tanpa rasa saling percaya. Menurut Johnson dan Johnson (2000) tingkatkan trust dalam sebuahhubungan dapat berubah, hal ini tergantung sesuai dengan kemampuan dan kemauan setiap oranguntuk dapat percaya (trusting) dan dapat dipercaya (trustworthy). Menurut Hendrick dan Hendrick (1992 dalam Arbaiyah, 2014) trustmerupakan faktor yang diperlukan untuk tercapainya hubungan yang sukses. Penelitian tentang perbedaan trust pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh ditinjau dari status perkawinan ini adalah gagasan ide dan hasil pemikiran dari penulis sendiri, bukan merupakan bentuk plagiat terhadap penelitianpenelitian sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini juga merupakan hasil yang murni tanpa adanya tiruan terhadap penelitian sebelumnya, meskipun ada beberapa penelitian yang memiliki variabel yang serupa dengan penelitian ini. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Hendriani dan Ramadhini (2015) yang berjudul gambaran trust pada wanita dewasa awal yang sedang menjalani long distance marriagedengan melibatkan 3 orang partisipan wanita dewasa awal yang berusia 20 40 tahun yang sedang menjalani long distance marriage minimal 1 tahun. Ketiga partisipan tersebut sebelumnya pernah menjalani hubungan pacaran jarak jauh dengan suaminya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga komponen trust muncul pada ketiga partisipan. Ketiga partisipan sama-

10 sama memiliki keyakinan serta perilaku yang mencerminkan trust masing-masing terhadap suami, namun juga terdapat beberapa keyakinan dan perilaku yang berbeda. Penyebab munculnya keyakinan dan perilaku pada tiap partisipan juga bervariasi. Keyakinan yang dimiliki terhadap pasangan ini berperan dalam memperkuat hubungan pernikahan, khususnya dalam pernikahan jarak jauh. Hal ini membuktikan bahwa ketiga partisipan tersebut berhasil menjalani pacaran jarak jauh sampai ke jenjang pernikahan, dan setelah menikah ketiga partisipanpun juga mengalami pernikahan jarak jauh yang didasari oleh keyakinan masing-masing diri individu. Hal ini sesuai dengan pendapat menurut Maines ( Marriage and Family Encyclopedia, 2009) yang menyatakan bahwa dalam perkawinan jarak jauh atau commuter marriage, trust dan komitmen cenderung dinilai tinggi bagi pasangan commuter marriage.hal ini juga sesuai dengan pendapat Rempel dkk (1985) yang menyatakan bahwa keyakinan termasuk aspek yang paling penting untuk membangun sebuah kepercayaan pasangan dalam pengambilan resiko untuk keputusan bersama-sama dan membangun hubungan yang mendalam. Penelitian pacaran jarak jauh yang dilakukan oleh Suryadi dan Novia (2013) tentang Pemenuhan Karakteristik Trust pada Dewasa Muda yang Menjalani Hubungan Pacaran Jarak Jauh, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap 6 orang partisipan dewasa muda (tiga pasangan) yang telah terlibat dalam hubungan jarak jauh selama lebih dari dua tahun. Hasil dari peneltian ini menyimpulkan bahwa dua dari tiga pasang subjek telah terpenuhi lima karakteristik kepercayaan (perhatian, penerimaan, penghargaan, kasih sayang, dan

11 kebebasan bertindak). Namun, sisanya hanya memenuhi empat dari lima karakteristiktersebut. Karakteristik kepercayaan ini disebut dengan saling percaya. Jadi, ketika seorang individu memiliki kemampuan untuk percaya pada pasangannya, pasangan itu akhirnya akan percaya padanya ataupun sebaliknya. Penelitian pernikahan jarak jauh dilakukan oleh Yulianti (2015) tentang Emosional Distress dan Kepercayaan terhadap Pasangan yang Menjalin Commuter Marriage. Penelitian ini merupakan metode kuantitatif dengan menggunakan analisis korelasi product moment pearson. Penelitian ini melibatkan responden berjumlah 90 pasangan yang berusia 22-45 tahun yang menjalani commuter marriage pada jarak minimal 80 km. Hasil analisis data dari penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan negatif antara emosional distress dengan kepercayaan terhadap pasangan yang menjalani commuter marriage.emsoional distress sendiri hanya memberikan nilai sumbangan efektif terhadap kepercayaan pasangan yang menjalani commuter marriage sebesar 4,8 %.Kemudian penelitian lain seputar pernikahan jarak jauh yang dilakukan oleh Arida (2011) tentang Gambaran Trust pada Istri yang Menjalani Commuter Marriage Tipe Adjusting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian yang termasuk dalam kategori trust tinggi sebanyak 40 orang (66,6%), sedangkan subjek yang termasuk dalam kategori sedang sebanyak 20 orang ( 33,3%), dan tidak ada subjek yang berada pada kategri rendah. Penelitian pernikahan jarak jauh juga dilakukan oleh Amanah (2014) tentang Trustpada Pasangan Suami-Istri yang Menjalani Commuter marriage Tipe Adjusting dengan Usia Pernikahan 0-5 tahun. Penelitian ini menggunakan metode deskripstif kuantitatif dengan teknik snowball sampling yang melibatkan

12 35 pasangan suami istri atau 70 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukkan sebanyak 86% pasangan suami istri commuter marriage memiliki trust tinggi, sedangkan 14% pasangan lainnya memiliki trust -sedang. Hal ini menunjukkan bahwa hampir seluruh pasangan commuter marriage tipe adusting yakin bahwa istri dan suaminya akan memunculkan perilaku positif seperti bisa diandalkan, peduli, dan tanggap akan kebutuhannya baik sekarang maupun di masa depan. Meskipun pasangan ini pernah mengalami kejadian-kejadian yang menurunkan trust-nya, tetapi mereka mampu menegosiasikannya dengan cara memperbaiki frekuensi dan kualitas komunikasi, saling instrospeksi diri, dan memahami satu sama lain. Tinggal terpisah dengan pasangannya tidak membatasi pasangan commuter marriage tipe adjustingini untuk tetap merespon positif, peduli dan tanggap akan pasangannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang disertai fenomena dan beberapa penelitian sebelumnya yang telah dijabarkan diatas, konsep yang mendasari dapat dilihat adanya perbedaan antara kelima penelitian yang digunakan, serta populasi yang ingin diteliti. Variabel bebas dari penelitian ini adalah hubungan jarak jauh yang dibagi menjadi dua kelompok, yaituhubungan jarak jauh belum menikah (pacaran jarak jauh) dan hubugan jarak jauh yang menikah (pernikahan jarak jauh), sedangkan variabel tergantungnya adalah Trust pasangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Oleh karena itu peneliti menemukan rumusan masalah yaitu apakah terdapat perbedaan tingkat trust pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh ditinjau dari status perkawinan antara pasangan hubungan jarak jauh yang belum menikah dengan pasangan hubungan jarak jauhyang sudah menikah dan muncul pertanyaan penelitian yakniapakah orang atau pasangan

13 jarak jauh yang sudah menikah memiliki kepercayaan yang lebih tinggi daripada orang atau pasangan jarak jauh yang belum menikah?. Dengan demikian peneliti ingin melakukan penelitian yangberjudul Perbedaan Trust Pasangan yang Menjalin Hubungan Jarak Jauh Ditinjau dari Status Perkawinan. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perbedaan Trust pasangan hubungan jarak jauh yang belum menikah (pacaran jarak jauh)dengan hubungan jarak jauh yang sudah menikah (pernikahan jarak jauh) 2. Mengetahui tingkat Trus tpasangan hubungan jarak jauh yang belum menikah (pacaran jarak jauh) dengan pasangan hubungan jarak jauh yang menikah (pernikahan jarak jauh) 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru dalam penerapan ilmu psikologi khususnya psikologi sosial terutama dengan perbedaan kepercayaan pasangan yang menjalin hubungan jarak jauh ditinjau dari status perkawinan pasangan yang sudah menikah dengan pasangan yang belum menikah 2. Manfaat Praktis a. Secara praktis dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi agar masyarakat tahu bahwasanya kepercayaan

14 sangat penting dalam menjalin sebuah hubungan terutama hubungan jarak jauh. b. Bagi orang dewasa agar mengerti bahwa sebuah hubungan akanberkualitas, jika antar pasangan memilki rasa saling percaya agar tercipta kebahagiaan dan kesejahteraan dalam berhubungan terutama hubungan jarak jauh.