BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare adalah suatu keadaan dimana penderita mengalami defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu dijaga, ditingkatkan dan dilindungi kesehatannya. Masa usia sekolah disebut

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB I PENDAHULUAN. dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat 2010 (Mubarak dan Chayatin, 2007).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA ANAK SD NEGERI 3 GAGAK SIPAT BOYOLALI. Nur Hikmah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cuci tangan mengunakan sabun telah menjadi salah satu gerakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini di Indonesia terdapat lebih dari sekolah negeri,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menekankan pada praktik-praktik kesehatan (Wong, 2009). Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Perubahan perilaku dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi sumber daya manusia, serta memiliki konstribusi yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. satu kebutuhan dasar manusia. Personal hygiene atau kebersihan diri

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa balita adalah masa emas tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam membesarkan anak menjadi bagian

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. (PHBS) dapat dilaksanakan di masyarakat, rumah tangga, dan sekolah. PHBS

BAB I PENDAHULUAN. masa keserasian bersekolah. Umur anak sekolah dasar adalah antara 6-12 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB I PENDAHULUAN. belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari hari (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka memperbaiki kualitas

sekolah dengan upaya promotif dan preventif (Simon, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. imunisasi, status gizi, dan penyakit infeksi pada anak. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

serangan diare dan 3,2 juta kematian per tahun pada balita disebabkan oleh diare.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang masih tinggi (Kemenkes RI, 2011). Anak usia sekolah merupakan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang rutin dilaksanakan puskesmas dengan mengontrol status PHBS di masyarakat

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DI DESA PLOSOWAHYU KAB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

dilaporkan ke pelayanan kesehatan sehingga jumlah yang tercatat tidak sebesar angka survey (Dinas Kesehatan Provinsi Riau, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN OLEH PEER EDUCATOR TERHADAP PHBS PADA ANAK KELAS V SD N 2 DI JAMBIDAN BANGUNTAPAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak menyebarkan kotoran dan tidak menularkan penyakit,langkahlangkah

BAB I PENDAHULUAN. Sehat dalam keperawatan anak adalah keadaan kesejahteraan yang optimal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental

BAB I PENDAHULUAN. (Perry & Potter, 2005). Personal hygiene pada anak jalan jarang diperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak usia sekolah. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia sekolah yang kritis karena pada usia tersebut rentan terhadap masalah kesehatan. Anak usia sekolah selain rentan terhadap masalah kesehatan juga peka terhadap perubahan. Masalah ini kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi serta professional kesehatan lainnya yang saat ini masih memprioritaskan kesehatan anak balita. Padahal peranan mereka sangat dominan akan mempengaruhi kualitas hidup anak di kemudian hari (Globe, 2009). Anak dalam usia sekolah disebut juga sebagai masa intelektual, dimana anak mulai berpikir secara konkrit dan rasional. Tugas perkembangan anak dalam usia sekolah adalah belajar mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan, meliputi kesehatan dan kebersihan diri, serta terdapat adanya hubungan positif yang tinggi antara jasmani dan prestasi dimana apabila tubuh anak sehat maka banyak prestasi belajar yang diraihnya (Yusuf, 2001). Anak dalam usia sekolah sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat mengidentifikasi 1

2 tentang kebutuhan kebersihan diri dan berperilaku hiup bersih dan sehat itu sangat penting bagi dirinya (Hurlock, 2000). Peningkatan kualitas anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat bervariatif, bila tidak ditangani sejak dini, gangguan kesehatan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra, 2007). Beberapa kebiasaan anak yang bisa mempengaruhi perilaku kesehatan pada anak khususnya di sekolah yaitu pola sarapan anak, kebiasaan mencuci tangan, kebersihan telinga, kebersihan kulit, kebersihan kuku, kebersihan rambut, mandi dan juga kebiasaan anak-anak untuk jajan di tempat sembarangan dengan jajanan yang rata-rata tidak sehat untuk dikonsumsi oleh anak-anak (Syamsu, 2002). Gaya hidup masyarakat modern telah menyebabkan aktivitas anak usia sekolah dasar dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Kebiasaan sebelum dan sesudah makan mereka tidak mencuci tangan, sebelum tidur mereka jarang untuk sikat gigi, banyak anak yang tidak memperhatikan kebersihan pakaian setelah dipakai seharian, perilaku anak yang BAB tidak dijamban atau di sembarang tempat, kebiasaan anak suka jajan di sembarang tempat yang tidak terjamin kebersihannya dan aktivitas fisik yang berkurang merupakan fenomena yang semakin luas terjadi di kalangan siswa sekolah dasar (Adriana, 2011). Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan salah satu upaya preventif (pencegahan terhadap suatu penyakit atau masalah kesehatan) dan promotif (peningkatan derajat kesehatan) pada seseorang, sehingga dapat

3 dikatakan sebagai pilar Indonesia Sehat 2010 (Dinkes, 2005). Perilaku tersebut diharapkan dapat diterapkan pada semua golongan masyarakat termasuk anak usia sekolah. Oleh karena itu, pembinaan kesehatan anak-anak sekolah baik jasmani, rohani, dan sosial merupakan suatu investment dalam bidang man power dalam negara dan bangsa Indonesia (Entjang, 2000). Terdapat beberapa ayat Al-Quran yang mengungkapkan tentang perilaku hidup bersih dan sehat dalam hal berpakaian serta makanan dan minuman yang dimakan, antara lain : Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan - : 31). Selain itu dalam ajaran agama Islam terdapat nasehat yang menyatakan Didiklah anak-anakmu, karena sesungguhnya anak-anakmu itu akan hidup disuatu zaman yang berbeda dengan zamanmu Maksud dari hadist diatas adalah orang tua berkewajiban mendidik anakanaknya sebagai persiapan untuk masa depannya. Persiapan ini sangat perlu mengingat kondisi ilmu pengetahuan. Sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan terserang berbagai penyakit serta munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10 tahun), misalnya diare, cacingan

4 dan anemia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa setiap tahun 100.000 anak Indonesia meninggal akibat diare, dan data dari Departemen Kesehatan menyatakan bahwa diantara 1000 penduduk terdapat 300 orang yang terjangkit penyakit diare sepanjang tahun, angka kejadian cacingan mencapai angka 40-60%, anemia pada anak sekolah 23,2% dan masalah karies dan periodontal 74,4% (Depkes, 2007). Data nasional menyebutkan 16% kejadian angka keracunan nasional terjadi di lingkungan sekolah, diare menempati urutan pertama dari angka kejadian infeksi saluran pencernaan pada tahun 2002-2004 (Promkes, 2010). Dampak utama yang sering terjadi akibat PHBS yang tidak baik pada anak usia sekolah adalah cacingan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak serta mempengaruhi masalah-masalah non kesehatan lainnya (Depkes RI, 2008). Hal ini dikarenakan aktifitas anak usia sekolah yang lebih banyak berhubungan dengan tanah, memiliki kuku yang panjang dan jarang sekali mencuci tangan, baik setelah bermain maupun ketika akan makan. Dampaknya anak anak yang terinfeksi cacingan biasanya mengalami : lesu, pucat/anemia, berat badan menurun, tidak bergairah, konsentrasi belajar kurang, kadang disertai batuk batuk (Arali, 2008). Selain itu, dampak lain yang dapat ditimbulkan apabila tidak melakukan PHBS adalah mudahnya terkena penyakit diare, disentri, kolera, typhus, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan sebagainya (Dinkes DIY, 2008).

5 Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2007), menemukan 34% kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 16% kejadian diare pada anak umur 1 4 tahun. Walaupun perilaku cuci tangan pakai sabun sudah dipahami masyarakat secara luas, namun praktiknya masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus secara berkesinambungan terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit tersebut terutama anak-anak dengan melakukan pendidikan kesehatan tentang PHBS. Kajian ilmiah yang dilakukan oleh Curtis and Cairncross (2003) menyarankan bahwa perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) khususnya setelah kontak dengan feses (setelah ke jamban dan membantu anak ke jamban), dapat menurunkan insiden diare hingga 42 47%. Selain itu berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utari (2005) mengatakan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat seseorang ternyata berpengaruh terhadap kejadian diare. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : faktor lingkungan, status ekonomi, pendidikan, pengetahuan, kebiasaan pribadi dan perilaku. Sehingga dari penelitian tersebut mengatakan perlunya penyuluhan dan pendidikan kesehatan tentang perilaku hidup bersih dan sehat agar masyarakat bisa terhindar dari berbagai penyakit terutama diare. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kasihan 1 Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, di dapatkan data bahwa

6 Puskesmas Kasihan 1 membawahi dua kelurahan yaitu kelurahan Bangunjiwo dan kelurahan Tamantirto. Puskesmas Kasihan 1 memberikan pelayanan terhadap 20 Sekolah Dasar dan tiga Sekolah Menengah Pertama. Program Puskesmas Kasihan 1 yang merupakan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya di Sekolah Dasar adalah screening setiap ajaran baru, sedangkan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) seminggu sekali. Selain itu Puskesmas Kasihan 1 mengadakan sistem rujukan apabila ada siswa yang memerlukan pemeriksaan khusus. Dari 20 Sekolah Dasar yang berada dalam wilayah Puskesmas Kasihan 1 yang akan dijadikan subyek penelitian adalah para siswa kelas empat dan lima Sekolah Dasar Banyuripan Bangunjiwo Kasihan Bantul. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SD Banyuripan diperoleh data bahwa jumlah seluruh siswa adalah 89 siswa. Jumlah siswa kelas empat adalah 20 siswa dan jumlah siswa kelas lima adalah 20 siswa. Hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah SD Banyuripan mengatakan bahwa sebagian besar anak masih belum mengerti tentang menjaga kebersihan diri terutama kebersihan gigi, tangan dan kebersihan pakaian. Selain itu, di SD Banyuripan terdapat beberapa siswa yang terkena penyakit cacar. Sebagian besar sikap siswa SD Banyuripan tentang PHBS yang masih kurang peduli terhadap penampilan dan kesehatan. Sebagai contoh, masih banyak siswa yang kukunya panjang, rambut yang acak-acakan dan pakaiannya yang

7 tidak rapi. Walaupun sudah berulang kali diperingatkan oleh kepala sekolah dan guru, sikap dan tindakan mereka yang masih tetap saja dilakukan karena masih kurangnya kesadaran dari diri sendiri. Keadaan lingkungan di Sekolah Dasar Banyuripan sudah cukup bersih. Hal ini terlihat dari halaman sekolah yang bersih serta tersedia tempat cuci tangan dan tempat sampah yang diletakkan di depan kelas masing-masing, sudah tersedianya kamar mandi dan jamban. Hanya saja air yang digunakan untuk kebutuhan kamar mandi sekolah masih sangat kurang kebersihannya dan sangat mudah tecemar dikarenakan sumber air berasal dari sumur timba yang tidak ada tutupnya, lingkungan sekitar sekolah juga tampak gersang dikarenakan musim kemarau dan sekolah tersebut jauh dari pusat pelayanan kesehatan dan pusat kota. Berdasarkan data di atas telah ditemukan masalah tentang kebiasaan Perilaku Hidup Bersih Sehat di sekolah yang masih kurang. Sehingga, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai masalah yang muncul. Selain itu, dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di SD Banyuripan, Kepala Sekolah mengatakan bahwa SD tersebut belum pernah dilaksanakan pendidikan kesehatan terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Sehingga, penelitian ini akan dilakukan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang PHBS dalam menjaga keberihan diri. Hal ini, bertujuan agar pengetahuan dan sikap meningkat bukan hanya sekedar tahu bagaimana harus berperilaku, tetapi tumbuhnya kesadaran agar dapat berperilaku lebih baik dan ke arah yang positif yaitu pencegahan

8 penyakit. Selain itu, agar derajat kesehatan di SD Banyuripan secara tidak langsung juga dapat meningkat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin meneliti pengetahuan, sikap dan perilaku menjaga kebersihan diri pada siswa SD kelas 4 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang PHBS terhadap perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku menjaga kebersihan diri pada siswa SD Banyuripan kelas 4 dan 5. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SD Banyuripan tentang PHBS di sekolah pretest dan posttest pada kelompok eksperimen. b. Untuk mengukur pengetahuan, sikap dan perilaku siswa SD Banyuripan tentang PHBS di sekolah pretest dan posttest pada kelompok kontrol. c. Untuk mengetahui perbedaan pada masing-masing kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Sekolah

9 Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak sekolah untuk meningkatkan pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dimasa yang akan datang. 2. Bagi keluarga Sebagai pendorong bagi anak untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat dalam menjaga kebersihan diri. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan bagi ilmu keperawatan dalam melakukan praktik keperawatan komunitas khususnya pada anak usia sekolah. 4. Bagi Penelitian selanjutnya Untuk memudahkan penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai sumber untuk meningkatkan wawasan peneliti. E. Penelitian Terkait 1. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, N, (2008) tentang Pengetahuan dan Sikap Siswa terhadap Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) Siswa SD Negeri Ngebel Ka penelitian ini adalah cross sectional. Sampel yang diteliti siswa kelas 4 dan kelas 5 SD Negeri Ngebel Kasihan Bantul dengan jumlah sampel 64 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel

10 bebas. Metode yang digunakan Quasy eksperiment dengan rancangan Pre- Post Test with control. Persamaan dari penelitian ini adalah sampel yang digunakan yaitu, siswa kelas 4 dan siswa kelas 5 tetapi dengan jumlah responden yang berbeda. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Aprilia, D. (2011) tentang Pendidikan Kesehatan Perilaku Hidup Bersih Sehat tentang Cuci Tangan terhadap Tingkat Pengetahuan dan Keterampilan pada Pencegahan Penyakit Menular Anak Usia Sekolah SDN Tlogo Imbas Gugus 3 Tamantirto Kasihan Quasy Eksperimental Pretest-postest with Control Group. Sampel yang diteliti adalah siswa kelas 4 dan kelas 5 SDN Tlogo Imbas Gugus 3 dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan PHBS tentang cuci tangan terhadap tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa dalam mencegah penyakit menular. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel bebas. Persamaan dari penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan yaitu Quasy Eksperimental Pretest-postest with Control Group. Selain itu untuk sampel yang diteliti adalah siswa SD kelas 4 dan kelas 5 tetapi dengan jumlah responden yang berbeda. 3. Kesehatan Perilaku Hidup bersih dan Sehat pada Siswa SD di Wilayah Kerja

11 populasi atau subjek penelitian yaitu siswa SD. Perbedaan dari penelitian ini adalah lokasi penelitian, variabel yang diteliti, dan pendekatan penelitian menggunakan Quasy Eksperimental. 4. Sikap Siswa Sekolah Dasar Negeri Ciporos 03 Karangpucung tentang Kebersihan Diri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas 4 sampai kelas 6 Sekolah Dasar Negeri Ciporos 03 kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang kebersihan diri berada dalam kategori baik dan sikap responden terhadap kebersihan diri adalah mendukung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang diteliti, lokasi penelitian dan metode yang digunakan yaitu Quasy eksperiment dengan rancangan Pre-Post Test with control. Persamaan dari penelitian ini adalah populasi yang digunakan yaitu, siswa Sekolah Dasar.