BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alternatif utama media pembelajaran, hiburan dan kesenangan. Sudah sulit

PERANCANGAN BUKU POP-UP MUSEUM SANGIRAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TENTANG PENINGGALAN SEJARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak mungkin hanya memproduksi sebuah destinasi saja. Kegiatan pariwisata juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Situs Sangiran (Sangiran Early Man Site) adalah salah satu Kawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembuatan buku Pop-Up Monumen Cagar Budaya di Surabaya ini adalah


MUSEUM SANGIRAN: HISTORISITAS DAN RELEVANSINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH SKRIPSI. Oleh SIGIT DWIYANTORO NIM

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan atau promosi dituntut semakin inovatif, kreatif dan efektif. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Berbagai macam masalah yang ada di dalam dunia pendidikan menimbulkan beberapa alasan pada penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB V VISUALISASI KARYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implementasi Kampanye Pariwisata Museum Sangiran di Kabupaten Sragen

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang populer, di antaranya Dunia

PERSEPSI MAHASISWA CALON GURU TENTANG PEMANFAATAN SITUS SANGIRAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR EVOLUSI

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1.5 Ruang lingkup dan Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ludruk sebagai ikon kesenian kota Surabaya sudah tidak memiliki daya

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat dimana berbagai informasi yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. - Arkeologika, benda koleksi merupakan benda objek penelitian ilmu arkeologi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tugas Akhir RD Perancangan Konten Virtual Museum Mpu Tantular Sidoarjo Tanya Liwail Chamdy

BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Kontekstual. B. Pemahaman Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha I 1

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengertian Judul 2. Latar Belakang 2.1. Latar Belakang Umum Museum di Indonesia

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pelestarian budayabangsa bukan suatu obsesi yang akan menghantarkan

BAB III METODE PENCIPTAAN

Kata kunci: persepsi, partisipasi publik, pemanfaatan, Museum Situs Sangiran, berbasis masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. PERANAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DALAM PERANCANGAN VISUAL GAME THE LEGEND OF PRAMBANAN"/Permana Adi Wijaya

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN MUSEUM PALEONTOLOGI PATIAYAM

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makin majunya teknologi pada dasawarsa ini telah mengubah sebuah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ratusan objek wisata yang menarik untuk di kunjungi, mulai dari objek wisata alam,

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

HAND OUT X. Penggunaan Model dalam pembelajaran IPS/ Sejarah Oleh : H. Achmad Iriyadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surabaya memiliki banyak monumen bersejarah yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Cerita dan tokoh-tokoh yang

BAB I PENDAHULUAN. tradisional Surabaya guna meningkatkan minat anak pada produk lokal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kaya akan karya seni budaya. Setiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wahyono (2009) mengatakan bahwa Indonesia adalah bangsa dan negara yang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

KRITIK POPULER FILM DOKUMENTER WARISAN SANG EMPU

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB IV KESIMPULAN. purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III STRATEGI PROMOSI DAN KERJASAMA DINAS PARIWISATA KEBUDAYAAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hidupnya. Wujud dari proses belajar yaitu adanya interaksi antara

BAB I. PENDAHULUAN. umat manusia tanpa termakan oleh waktu. Bentuk tertulis ini membutuhkan sebuah media,

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Persepsi dan Partisipasi Publik dalam Upaya Pemanfaatan Museum Situs Sangiran Berbasis Masyarakat

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i. Daftar Isi... iii. Daftar Gambar... vii. Daftar Tabel...x

PROPOSAL MUSEUM SAINS DAN TEKNOLOGI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Film Dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGHARGAI PENINGGALAN SEJARAH. By : Arista Ninda Kusuma / PGSD USD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Sri Baduga merupakan Museum umum yang di dalamnya terdapat koleksi peninggalan sejarah ilmu, seni, dan budaya yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (n.d.) yang diakses pada tanggal 17 September

BAB V MENJAHIT UNTUK ANAK USIA DINI. bahan menjadi satu. Banyak teknik menjahit yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Indonesia mempunyai banyak tempat bersejarah dan banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

MUSEUM KONTEMPORER JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu bisa menjadi bosan dan hasil kerjanya tidak akan maksimal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan segala sesuatu yang telah terjadi di masa lampau. Sejarah juga selalu menjadi hal yang penuh misteri bagi sebagian anak-anak, karena sejarah hanya bisa dilihat dari peninggalan-peninggalan maupun buktibukti otentik yang tidak begitu jelas. Sama halnya dengan sejarah manusia purba di Indonesia, yang sampai sekarang masih banyak anak-anak yang belum tahu atau bahkan tidak mau tahu. Padahal untuk mempelajari sejarah manusia purba tidaklah sulit, karena sudah disediakan Museum yang khusus mempelajari sejarah manusia purba serta kehidupannya. Salah satu diantaranya adalah Museum Sangiran yang berlokasi di Sragen Jawa Tengah. Namun, banyak anak-anak yang kurang tertarik untuk berkunjung ke Museum, karena Museum dianggap sebagai tempat yang membosankan. Untuk itu perlu adanya suatu media berbentuk buku yang berfungsi mengemas secara lengkap tentang apa saja yang ada di Museum tersebut. Dimana buku tersebut akan dibuat menarik sehingga tidak adanya kebosanan bagi anak-anak dalam membaca buku tersebut. Menarik disini maksudnya dengan membuat sebuah buku yang berbeda dan belum pernah digunakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merancang buku pop-up Museum Sangiran sebagai media pembelajaran peninggalan sejarah. 1

2 Museum Sangiran merupakan museum purbakala yang terletak di Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Lokasi dari Museum Sangiran ini berdekatan dengan area Situs Sangiran. Situs Sangiran ditetapkan sebagai situs Warisan Budaya Dunia (No C 593 oleh UNESCO) sebagai kawasan The Sangiran Early Man Site, dengan pertimbangan pentingnya nilai sejarah yang terkandung di Situs Sangiran pada Desember 1996. Di dalam Museum Purbakala Sangiran ini dapat diperoleh informasi tentang manusia purba terutama yang ada di Pulau Jawa. Koleksi dari museum ini diantaranya fosil manusia purba, binatang bertulang belakang, fosil binatang air, batu-batuan, serta alat-alat yang digunakan manusia purba yang terbuat dari batu seperti kapak persegi, serpih dan bilah. Selain fosil terdapat pula diorama, yaitu sebuah gambaran patung manusia purba di tengah ekosistemnya yang menunjukan bagaimana cara manusia purba tersebut hidup serta dapat dilihat dengan jelas bagaimana raut wajah, bentuk tubuh serta lingkungan buatan. Sehingga nampak jelas bagaimana kehidupan manusia purba pada masa itu. Dalam mempelajari peninggalan sejarah bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat bersejarah secara langsung, salah satunya yaitu Museum. Museum dianggap sebagai tempat yang menyimpan banyak peninggalan sejarah. Museum adalah lembaga yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Museum berfungsi mengumpulkan, merawat, dan menyajikan serta melestarikan warisan budaya masyarakat untuk tujuan studi, penelitian dan kesenangan atau hiburan (Museum, 2009: 20).

3 Namun, sebagian anak-anak menganggap bahwa museum adalah suatu tempat yang gelap, angker dan dipenuhi benda-benda tua yang sudah berdebu. Sehingga membuat anak-anak enggan untuk berkunjung ke Museum. Hal itu membuat anak-anak banyak yang kurang tahu tentang sejarah. Selain dengan melakukan kunjungan langsung ke museum, mempelajari sejarah bisa dilakukan melalui buku. Buku merupakan media cetak yang dapat berperan mendidik untuk untuk semua kalangan. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangun watak bangsa (Muktiono, 2003: 2). Mempelajari sejarah melalui buku memanglah menarik bagi sebagian anak-anak yang memang tertarik dengan sejarah karena buku bisa dibaca dimanapun, kapanpun dan ketika lupa informasi tersebut masih tetap ada di buku tidak akan hilang. Namun bagi sebagian anak-anak yang tidak tertarik dengan sejarah menganggap bahwa mempelajari sejarah merupakan suatu kegiatan yang membosankan. Karena sampai sekarang, ketika mempelajari tentang sejarah pasti akan disodorkan sebuah buku yang tebal, penuh tulisan serta kurang adanya visual yang menarik. Hal ini merupakan salah satu alasan tidak tertariknya anak-anak dalam mempelajari sejarah. Dari pada menghabiskan waktu mereka membaca buku sejarah yang membosankan tersebut, kebanyakan anak-anak memilih bermain atau membaca buku cerita fiksi yang mempunyai visual lebih menarik. Karena masa Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Sehingga pada masa ini mereka lebih mementingkan visual dari pada verbal.

4 Buku pop-up dianggap mempunyai daya tarik tersendiri bagi anak-anak yaitu dengan menyajikan visualisasi dengan bentuk-bentuk yang dibuat dengan melipat, menarik, membuka dan sebagainya. Buku pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi. Sekilas pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan teknik melipat kertas (Nancy dan Rondha, 2012: 1). Buku popup dibuat dengan memberikan kejutan-kejutan dalam setiap halamannya sehingga dapat membuat rasa kagum bagi anak-anak ketika membuka dari halaman yang satu ke halaman selanjutnya. Buku pop-up ini difokuskan pada koleksi-koleksi yang ada di Museum Sangiran berupa fosil manusia purba, hewan purba serta alat-alat yang digunakan manusia purba pada masa itu. Buku ini tidak hanya berisikan visual saja tetapi akan ditambahkan unsur verbal. Unsur verbal digunakan untuk memberikan keterangan pada visualnya. Berdasarkan uraian diatas maka Perancangan Buku Pop-up Museum Sangiran perlu dirancang sebagai media pembelajaran peninggalan sejarah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah dari perancangan ini adalah Bagaimana merancang Buku Pop-up Museum Sangiran sebagai media pembelajaran peninggalan sejarah?

5 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam perancangan buku pop-up Museum Sangiran sebagai media pembelajaran peninggalan sejarah adalah: 1. Buku membahas tentang peninggalan sejarah yang ada di Museum Sangiran yaitu berupa koleksi fosil manusia purba. 2. Pada buku terdapat informasi penjelasan singkat tentang manusia purba tersebut. 3. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah Bahasa Informal. 4. Biaya produksi 1 buku sebesar Rp 200.000,- 1.4 Tujuan Perancangan Tujuan yang ingin dicapai pada Tugas Akhir ini adalah untuk merancang buku pop-up Museum Sangiran sebagai media pembelajaran peninggalan sejarah. 1.5 Manfaat Perancangan Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Memberikan masukan bagi Museum Sangiran tentang penggunaan media promosi berupa buku pop-up 2. Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan desain komunikasi visual, khususnya yang terkait dengan perancangan buku pop-up sebagai media pembelajaran.